"Angel?" sapa Elliot tanpa bisa menutupi kekagetannya.
Bertemu gadis ini di kuburan sama sekali bukan jenis pertemuan yang diperkirakannya. Namun, seperti biasa gadis itu tidak menjawab hanya mengangguk saja. Meski merasa aneh karena gadis itu tiba-tiba saja datang ke tempat ini, Elliot memilih untuk diam saja.
Sejak pertemuan di hotel kemarin, baru kali ini mereka bertatap muka. Semua kata-kata yang diucapkan waktu itu seolah tidak mengubah apa pun. Ekspresi Angel masih sama, dingin. Namun, Elliot tidak bisa menyembunyikan senyumannya.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Elliot karena gadis itu tidak mengatakan apa pun.
"Anda tentu tahu apa yang akan orang lakukan di tempat ini?"
Elliot tersenyum. Membalas pertanyaan dengan pertanyaan, Angel punya bakat alami dalam hal berkelit. Gadis selalu tampak defensif, entah apa yang dilindungi olehnya. Elliot kini menyapukan pandangan di deretan nisan yang membisu. Ya, orang-orang datang ke tempat ini dengan hanya satu tujuan yang sama.
"Berziarah?"
Angel hanya mengangguk. Tidak ada senyuman yang menghiasi wajahnya.
"Ke makam siapa?" Elliot bertanya lagi.
"Kerabat," sahut Angel pendek, sepertinya tidak ingin memberikan informasi lebih jauh. "Anda sendiri?"
"Kalau aku tidak sedang berziarah." Elliot menimpali meski tahu gadis itu tidak akan menanggapi. "Aku mengunjungi rumah orang tua, seorang teman lalu mencari jalan untuk pulang sekarang."
Gadis itu berkedip sebentar. Ekspresi kebingungan tergurat jelas di wajahnya. Elliot tersenyum, ekspresi yang jarang diperlihatkan itu malah membuat Angel semakin menggemaskan.
"Maksudnya?" tanya Angel akhirnya.
"Rumah adalah di mana keluargamu berada, dan keluargaku ada di sini."
"Oh. Anda benar."
"Mungkin kamu sama denganku. Sama-sama tidak punya tempat untuk pulang." Pria itu kembali mengumbar senyuman.
"Aku punya," sanggah Angel cepat.
"Oh, kupikir kamu juga pulang ke makam sepertiku."
"Kita berbeda. Aku hidup di dunia nyata."
"Maksudmu? Kan kuburan ini nyata." Elliot berupaya tampak sangat bingung agar gadis itu mau menjelaskan.
Angel mendesah. "Aku hidup di dunia nyata, bukan di dunia dongeng seperti putri duyung yang seakan tidak memiliki tempat kembali hingga memilih menjadi buih ketimbang pulang ke lautan."
Elliot mengulum senyuman, benar-benar menahan diri untuk tidak mengatakan kalau Angel terlalu pendendam karena masih membahas topik pembicaraan mereka kemarin. Padahal dia sendiri tidak yakin jika obrolan itu bahkan sampai di telinga Angel. Tetapi, kalau melihat gadis itu bisa menyiapkan alasan balasan maka artinya Angel sempat memikirkannya. Fakta ini membuat Elliot senang.
"Kalau kamu memang punya tempat untuk pulang kenapa kamu kelihatan benci pada dunia?"
"Anda terlalu mudah menghakimi seseorang." Angel terlihat malas menanggapi pertanyaan yang terlontar dari bibir Elliot.
"Iya sih. Aku akui itu, Angel. Makanya aku pikir kita sama saja." Elliot masih melanjutkan kalimatnya. Biarlah kalau dianggap menyebalkan.
"Lalu Anda akan menyebut kalau semua ini adalah takdir?" Angel menangkupkan tangan di depan makam orang tua Elliot.
"Maksudmu pertemuan kita di sini? Sekarang?" Elliot mengangkat alis.
Angel hanya mengangguk. "Apalagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Better Than Almost Anything
ChickLitBagaimana kalau mimpi buruk yang selama ini kamu alami bukan hanya sekadar mimpi? Elliot, pemilik hotel terbesar di kota selalu dihantui mimpi buruk. Pada satu malam, seorang anak perempuan misterius memberikannya fortune cookies dengan secarik pesa...