Banana Chocolate (1)

1.6K 164 4
                                    

"Halo!"

Angel memutar bola mata dan berdeham pelan. "Tidak ada Pumpkin muffins di sini."

"Oh. Kenapa?"

Angel mendengkus, masih juga bertanya alasannya. Rasa kesalnya akibat kue satu ini dan perdebatannya dengan Sophie beberapa saat lalu masih membekas di dalam ingatan. Perdebatan yang terlalu sering dilakukan, tetapi ternyata tetap membuat hatinya sakit. Ya, mungkin benar kata orang kalau tidak ada manusia yang mahir dan kebal dari sakit hati.

"Tidak ada kue itu di toko kami. Jadi, kamu bisa datang ke tempat lain saja!"

Angel tidak menunggu Mr. Evans mengatakan hal lain sebagain jawaban dan memilik berbalik untuk mendorong pintu. Sialnya, pria itu malah mengikutinya masuk ke dalam kedai. Pria it juga tampaknya tidak terlalu peduli dengan tatapan tidak suka atau sikap ketus yang ditujukan Angel padanya. Mr. Evans langsung menuju lokasi di ujung ruangan dan masih ada di sana sampai Angel keluar lagi setelah menaruh tas di loker. Melewatkan waktu sepuluh menit dengan berdiri saja di depan jendela dan tidak memesan apa pun, orang ini benar-benar punya banyak waktu untuk dihabiskan dengan sia-sia. Angel berdecak pelan dan memilih untuk mengabaikannya. Dia hanya harus fokus dengan pekerjaannya sebelum Martha menegurnya.

"Angel!"

Suara serak pria itu tetap membuat Angel berjingkat. Dia berhenti menata kue cokelat di nampan dan menoleh dengan malas. Apalagi yang diinginkan pria angkuh satu ini?

"Pagi, Mr. Evans!" Wanita berwajah oriental pemilik Kiandra berseru nyaring.

"Hai, Martha!" Pria itu menyahut santai. Senyuman terukir di wajahnya.

Eh? Mereka saling kenal? Cukup dekat pula sampai Mr. Evans hanya memanggil Martha dengan namanya saja, tapi sejak kapan?

"Mau ambil pesanan?"

Eh, dia datang buat ambil pesanan? Kalau begitu kenapa harus tanya soal pumpkin muffins segala sih?

"Sudah siap?" sahut Mr. Evans ringan.

"Belum sih. Anda mau menunggu?"

Angel melirik saat Mr. Evans mengedikkan bahu dengan sikap acuh tak acuh. "Boleh."

"Kalau begitu Anda mau mencoba resep baru kami, mungkin Anda tertarik untuk menjadikan menu itu dessert di hotel." Martha memberikan senyum ramah. Senyuman yang diberikan pada calon pelanggan.

Mr. Evans tersenyum tipis. "Boleh juga."

"Ngel, bisa tolong ambilkan kue di lemari es?"

"Yang mana?"

"Banana chocolate cake. Dua porsi."

"Ba—baik," sahut Angel terbata-bata, benar-benar gagal menutupi kekagetan ketika namanya disebut.

Angel buru-buru berjalan ke pojok ruangan, meski begitu dia diam-diam melirik dan menguping pembicaraan dua orang yang tampak akrab itu. Padahal Martha dan pria itu baru mengenal sekitar sebulan terakhir, ketika Martha menawarkan kerjasama. Mungkin Martha berperan lebih besar dalam mencairkan suasana hingga mereka seakrab ini sekarang."

"Ngomong-ngomong hanya Angel yang bekerja di sini?" Mr. Evans terdengar membuka pembicaraan.

"Ada empat orang lain tapi mereka di belakang, tiga orang membuat kue dan seorang lagi membersihkan dapur, jadi yang terlihat di depan memang hanya aku dan Angel." Martha menjelaskan.

"Oh. Pantas saja. Kedai ini masih sepi, ya!"

Angel melirik ke arah ruangan. Kedai mungil itu memang masih sepi tanpa satu orang pun pengunjung.

Better Than Almost AnythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang