Chipotle Cheese Steak

577 81 0
                                    


Angel menarik kenop pintu. Hanya keheningan yang menyambut pagi ini, rumahnya memang sepi seperti biasanya. Sophie menghilang entah ke mana sejak pertengkaran kemarin sore. Dia juga tidak peduli kalau perempuan itu pergi sampai ke ujung dunia sekalipun, Sophie pun pasti memikirkan hal yang sama tentang dirinya. Angel tersentak ketika ponsel di atas meja rias berdering sesaat. Nama Elliot tertera di layar. Senyuman mulai timbul di wajahnya.

Dia buru-buru meraih mantel dan kotak bekal lalu bergerak keluar dari flatnya. Dia masuk ke dalam lift dan menunggu benda ini membawanya turun. Setelah sampai di lantai dasar, Angel langsung berjalan lebih cepat. Mungkin dia akan berlari kalau tidak ingat dirinya tengah mengandung sekarang. Bibirnya tertarik dan membentuk senyuman ketika menemukan Elliot yang berdiri di luar sambil menepuk tangannya. Wajah pria itu memerah, mungkin sudah lama terpapar udara dingin.

"Sudah lama?" tanya Angel sembari berjalan mendekat.

Elliot menggeleng alu tersenyum simpul. Pria itu berjalan mendekat untuk menyambut dan buru-buru meraih syal yang melilit lehernya dan memasangkannya ke leher Angel. "Kamu tidak boleh kedinginan."

"Tidak dingin kok. Kamu saja yang pakai."

"Gadis bandel!"

"Kamu akan kedinginan, El."

"Anak kita akan kedinginan kalau kamu terus saja bandel."

"A—anak kita?" tanyanya.

"Ya. Memangnya anak siapa, aku ayahnya, bukan?" Elliot mengangkat alis.

Angel hanya mengangguk kaku. Dia hanya kaget karena Elliot menyebut anak itu sebagai anaknya. "Kamu benar."

"Bolehkah aku menyapa anak kita?"

"Tentu saja boleh, El. Kamu kan ayahnya."

Elliot kini berjongkok dan mengulurkan tangan untuk mengusap perut Angel. Gerakan yang membuat Angel berjingkat sedikit. Pria itu berdeham pelan mungkin berpikir kalau dirinya tidak nyaman. Mungkin Angel sendiri jenis manusia hypocrite. Kemarin dia jelas-jelas mencium bibir pria itu. Sekarang, sentuhan sedikit saja membuatnya bergidik. Namun, pengalaman buruk malam itu terkadang masih senang bermain-main di dalam benaknya.

"Maaf," katanya. "Kamu kaget, ya?"

"Enggak apa-apa, El. Aku cuma kaget, k amu boleh menyentuh perut aku," kata Angel sambil menarik tangan Elliot untuk membelai perutnya.

Pria itu tersenyum lalu memfokuskan matanya pada perut Angel. Sentuhan tangannya lembut dan menyenangkan. "Sayang, kamu makan apa hari ini? Coba bilang sama Ayah, apa ada sesuatu yang kamu inginkan?"

Pertanyaan yang membuat Angel terkekeh pelan. "Dia baru sebesar blueberry sekarang, jadi belum bisa jawab."

Elliot kini mendongak untuk menatap Angel. "Kalau begitu, kamu ingin apa, Angel? Coba bilang!"

"Hal yang kuinginkan?"

"Iya, benar. Coba bilang, kamu ngidam apa?"

"Kamu."

"Apa?"

"Ngidam kamu."

"Kamu gombal ya sekarang," ujar Elliot sambil terkekeh.

Angel tertawa pelan. "Kan kamu yang ngajarin."

"Iya sih." Elliot kini menggaruk kepalanya. "Makasih ya, sudah menginginkanku."

Angel mengangguk. "Kita jalan sekarang!"

"Oke."

Elliiot mengusap perut Angel sekali lagi sebelum beranjak berdiri, Angel berdeham pelan. Dia masih menunduk ketika mengulurkan tangan. "El."

Better Than Almost AnythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang