Twist Potato (2)

164 30 0
                                    


Elliot mengetuk pintu rumah gadis itu beberapa kali sambil sesekali berhenti untuk dia meniup tangannya yang kedinginan. Dia nekat datang ke tempat ini karena sama sekali tidak tahu apa yang terjadi. Bagaimana gadis itu memutuskan hubungan begitu saja dan kenapa? Semalaman dia mengingat, tidak ada masalah di antara mereka.

July bilang kalau Angel marah setelah melihat foto di rumahnya. Akan tetapi, apa hubungannya? Mereka bukan saudara tiri atau semacamnya hingga membuat hubungan yang terjalin harus putus begitu saja. Bukan pula teman masa kecil yang mungkin dulu tidak sengaja disingkap rok-nya olehnya untuk membuat Angel memutuskan hubungan.

Pintu itu berderit terbuka setelah ketukan kelima. Wajah Angel muncul dari dalam pintu. Raut kemarahahan pasti kentara di sana. Gadis itu buru-buru menutup pintu. Untunglah tangannya sigap untuk menahan sebelum pintu itu tertutup sepenuhnya.

"Bisa kita bicara sebentar, Angel?"

"Untuk apa?"

"Angel, aku butuh penjelasan," ucapnya jujur. "Please."

"Tidak ada yang perlu dijelaskan, kita putus!" Angel mendorong pintu.

Elliot masih berusaha untuk menahan pintu. Tangannya gemetar. Kakinya juga terasa lunglai. Matanya menatap wajah gadis itu, benar-benar berusaha untuk menunjukkan ketulusan dan kejujuran. Dia hanya berharap semoga tubuhnya tidak roboh saat ibi dan bisa bertahan sampai semua ini selesai.

Dia harus mendapatkan penjelasan sekarang juga. Diputuskan tanpa kejelasan seperti ini menyakitkan. Apalagi hari pernikahan telah ada di depan mata. Tidak mungkin dia akan menerima perlakuan Angel begitu saja. Setelah dia berusaha keras untuk mendapatkan gadis itu, menyerah bukan pilihan sekarang. Dia harus membuat gadis itu tetap ada di sisinya dan tidak pergi.

"Setidaknya beri aku penjelas—"

Elliot memotong kalimatnya dan menutup mulut ketika bersin menyerang. Hidungnya tiba-tiba saja gatal. Mungkin akibat hawa dingin. Dia menutup mulut dan hidungnya ketika udara keluar dari hidungnya berkali-kali hingga menimbulkan sensasi tidak enak.

"Aku mohon," katanya memohon di sela-sela bersinnya. "Sebentar saja!"

Angel terdengar menarik napas berat lalu bergerak menyamping. Membuka pintu lalu mempersilakannya masuk. Ada rasa lega yang menjalar ketika akhirnya Angel memintanya masuk. Setidaknya Angel mungkin masih memiliki belas kasihan dan sisa cinta di hatinya. Dia langsung menurut saat gadis itu meminta duduk dan menunggu.

Angel langsung masuk ke dalam kamar sementara Elliot menunggu. Awalnya dia menatap gadis itu lalu matanya beralih pada jam dinding yang menempel di tembok di atas meja makan. Kalaupun Angel terlalu muak untuk bicara dengannya maka dia akan menunggu. Meskipun, gadis itu mungkin akan membuatnya menunggu seharian, dua hari atau mungkin satu minggu. Dia menarik napas lega ketika suara langkah kaki terdengar mendekat. Bibirnya merekahkan senyuman. Meski begitu, Angel datang dengan wajah datar dan tidak membalas senyumannya. Gadis itu juga membawa sesuatu dalam genggaman.

"Ini kalungmu, kan?" Angel mengacungkan kalung di tangannya. Bandul kalung itu meluncur turun dari genggaman Angel.

Kalung katanya. Ini sangat random. Apa korelasi adanya kalung dengan hubungan mereka? Sejak kapan kalung menjadi sumber sengketa sebuah hubungan? Memangnya kalung itu benda keramat atau apa?

Tunggu. Kalung Angel bilang. Di atas semua itu, kalungnya.

Elliot tersentak. Sebuah pikiran liar menghampiri. Teori yang kini berputar di dalam benaknya rasanya tidak mungkin terjadi. Namun, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Mungkinkah kalung itu yang sempat dikatakan Angel? Kalung pemerkosa itu?

Better Than Almost AnythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang