Awalnya satu bab saja, Macaron saja. Tapi, dipecah jadi dua karena setelah rewrite ternyata nambah 800 kata dan jadi panjang banget. Biar enggak bosan saja sih. Jadi, yang sudah baca bab sebelumnya, gak perlu baca lagi. isinya sama saja kok ^^
"Jess!"
Elliot melirik sekilas saat Wanita itu tersenyum tipis setelah membanting tubuh di ranjang. Jemarinya membelai lembut rambutnya. Elliot mengerjap sesaat sebelum menatap wanita dengan riasan tebal yang hampir luntur itu di hadapannya.
"Iya, Hon."
"Kuenya sudah datang?" Suara pria itu masih serak.
Jess mengerucutkan bibir, terlihat sebal dengan mimik tidak suka kini tampil di wajahnya. "Kue lagi."
"Iya, kenapa memangnya?"
"Aku cuma heran, El. Kenapa kamu jadi maniak kue sekarang?"
"Apa sih maksudmu?" Elliot masih malas untuk membuka mata.
"Kue. Cokelat, kue pink, hijau, ungu itu."
"Enggak ada alasan, aku hanya ingin membelinya." Elliot kali ini membuka mata dan memutar kepala hingga tidak lagi menatap Jess.
"Kue itu terlalu manis untukmu, El sayang."
Elliot hanya terkekeh. Tidak melayani ejekan di dalam kalimat yang Jess ucapkan. Wanita satu ini memang begitu, mengucapkan apa pun yang melintas di dalam otaknya tanpa banyak berpikir. Itulah sebabnya dia betah berlama-lama dengannya. Elliot berputar, tubuhnya masih berlapis selimut. Dia masih belum bangun dari ranjang. Menatap Jess lekat-lekat dan mencoba menelisik ekspresi yang menempel di wajah itu.
"Apa kopi sudah datang?" tanyanya.
"Sudah." Jess menggoyangkan kepala dengan riang.
"Aku mandi dulu."
"Tentu."
Elliot buru-buru berjalan ke toilet. Menggosok gigi lalu membasuh muka dengan air dingin. Dia juga menatap tampilan wajahnya di cermin kamar mandi. Rambut pirangnya mencuat tak beraturan ke segala arah. Ketika dia selesai membersihkan diri, dia menarik kenop pintu dan berjalan keluar. Selama mengaitkan tali di jubah tidurnya, dia melirik sekilas ke arah bajunya yang kini menumpuk tak beraturan di atas ranjang.
Dia langsung meraih kopi yang masih mengepul di meja. Sementara itu, Jess tampak memandang dengan penuh minat. Elliot hanya memperhatikan sebentar lalu mulai sibuk menyesap kopinya. Wanita itu tersenyum kecil sebelum memposisikan dirinya di sampingnya.
"Itu kuenya?" tanya Elliot setelah satu isapan pertama.
"Ya," sahut Jess ringan.
"Kamu makan saja, Jess."
"Lho, itu kamu yang pesan kok aku yang makan?"
"Kan bisa dibagi."
"Itu tujuh kotak, El. Demi Tuhan, siapa yang mau makan kue sebanyak itu?"
"Ah, iya. Kamu benar juga," sahut Elliot sambil mengangguk.
Jess berdecak pelan. "Dasar aneh!"
"Kok aneh?" Elliot menggerakkan satu alis ke atas, mendadak tidak suka mendengar kritikan Jess barusan.
"Ya, aneh. Apa alasanmu tiba-tiba suka sama kue? Tujuh kotak lagi pagi ini, ini pasti lelucon!" Jess terkekeh pelan.
"Macaron?"
"Ya, apalah namanya itu. Warnanya saja mirip karet."
"Memang," Elliot terkekeh pelan.
"Aku heran kenapa ada orang yang menciptakan kue seperti itu?" Jess membuka kotak, menarik kue dari dalam dan memainkannya di jemari. Sepertinya tidak benar-benar berminat untuk memakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Better Than Almost Anything
ChickLitBagaimana kalau mimpi buruk yang selama ini kamu alami bukan hanya sekadar mimpi? Elliot, pemilik hotel terbesar di kota selalu dihantui mimpi buruk. Pada satu malam, seorang anak perempuan misterius memberikannya fortune cookies dengan secarik pesa...