02. Mahluk gemoy

2.3K 183 468
                                    

Happy Reading

_____🍃🍃🍃_____

"Bu, kok Alen di selet kesini? Alen salah apa?"

"Kamu kan salah Alen. Jadi harus ibu bawa ke kantor," balas Bu Tania selaku guru muda berusia 20 tahunan yang selalu jadi sasaran gombalan anak berusia 7 tahun itu.

Bahkan dulu Galen pernah nembak Bu Tania. Namun sayangnya, dia malah dicegat sama tunangannya Bu Tania waktu pulang dari SD. Padahal Galen kan gak ngapa-ngapain.

"Alen cuman nonjok Alvan. Itu salah, ya?"

"Iya dong. Lain kali kamu gak boleh gitu lagi, ya. Kasian Arvannya jadi kesakitan gitu," tunjuk Bu Tania pada Arvan yang tengah diam sambil memandangnya penuh kemenangan.

"Kalau gini...," Galen maju beberapa langkah kehadapan Arvan,

Plak

"Salah gak?" tanyanya dengan tatapan polosnya, setelah menampar pipi Arvan hingga anak itu menangis penuh dusta dan drama.

"Aduhhh Alen! Kamu dulu di akikahinnya pake domba asli apa domba hago sih, Len. Gak boleh! Itu namanya tindak kekerasan, Len," pekik Bu Tania.

Wanita itu langsung memeluk kepala Arvan lalu mengusap-ngusapnya. Tanpa dia sadari bocah dalam pelukannya malah memeletkan lidahnya mengejek Galen yang kalah telak olehnya.

Tok Tok Tok

Suara ketukan di pintu masuk ruang guru terdengar jelas. Netra pandang para guru yang berada di dalam ruangan tersebut. Lantas menoleh ke arah pintu bmasuk yang sedikit terbuka. Menampakan dua kepala yang menyembul dari baliknya.

Bu Dini hanya bisa tersenyum, saat melihat dua orang pria dewasa dengan setelan jas kantornya. Sudah berdiri di ambang pintu,"Bapak-bapak silahkan masuk," ucapnya mempersilahkan masuk orang tua Galen dan juga Arvan.

Revan dan juga Irfan selaku orang tua dari Galen dan Arvan. Masuk ke dalam ruangan sambil menatap masing-masing putranya dengan tatapan datar.

Sudah bukan hal baru lagi jika bocah dua ini membuat onar disekolah dasar kenangan indah.

Revan tidak menyangka jika anak yang terkena pukulan anaknya itu adalah anak dari musuh bubuyutan zaman SMA nya dulu. Waktu Ia berusaha mendapatkan cinta Seila.

"Alen, kamu gapapa? Ada yang luka gak?" tanya Irfan kepada Galen.

Revan mendelik sinis. Tangannya bergerak membawa Galen ke dalam gendongannya,"Ngapain lo tanya anak gue? Tanya anak lo sonoh! Inget, ini anak hasil gue collaborasi sama Seila!"

Irfan mendecih tak kalah sinis dari Revan,"Gue kan cuman nanya. Siapa tahu aja kalau anak lo ada yang luka, kan bisa langsung ke rumah sakit. Biar gue yang nanggung pengobatannya,"

"Gak usah! Lagian duit gue udah terlalu gabut disimpen di ATM kelamaan. Mendingan lo tanya noh anak lo," tunjuknya pada Arvan.

Irfan menarik anaknya untuk bangkit,"Kamu ada yang luka?"

"Ini pipi Arvan ungu-ungu keliatannya luka bukan?" tanyanya ketus.

"Cuman ungu nanti di obatin di rumah pasti bakalan sembuh. Lagian kamu juga jadi anak ngapain sih buat masalah terus-terusan? Masih Sd aja bandelnya minta dikeluarin dari KK. Papa sekolahin kamu itu buat belajar, bukan so jadi preman," Irfan menghela nafasnya sejenak setelah berbicara panjang kali lebar kepada Arvan.

GALENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang