56. Sayonara

289 25 20
                                    

HAPPY READING
______🍃🍃🍃______

Alunan ayat-ayat suci al-qur'an mengalun indah mengantarkan kepulangan Gildan menuju peristirahatan terakhirnya. Galen tertegun, nafasnya seketika tercekat melihat bendera kuning yang berkibar di depan rumah sahabatnya itu.

Galen mencengkram bahu Andra yang berada disebelahnya dengan nafas yang memburu,"Bilang sama gue kalau yang di dalem itu bukan Gildan?!"

"Len..."

"BILANG DRA! BILANG KALAU YANG DI DALEM ITU BUKAN GILDAN!" Galen semakin kuat mencengkram bahu Andra. Menghiraukan tatapan para pelayat lainnya yang sedang melayat dirumah Gildan.

"Len dengerin gue dulu..." Bara memegang bahu Galen.

"Ikhlasin Gildan. Dia udah gak ada,"

'Bugh'

Galen memukul wajah Bara dengan keras. Ia menatap tak terima ke arah Bara,"JAGA MULUT LO! GILDAN MASIH HIDUP! SOHIB GUE BELUM MATI!"

Dengan nafas yang memburu. Galen hendak melayangkan pukulannya lagi pada Bara. Namun hal itu segera ditahan oleh Galvin dan Elvin.

"Len, Gildan udah gak ada. Tolong lo tenang dulu... semua orang juga lagi berduka. Lo bisa jangan bersikap kenak-kanakan kayak gini? Kasian Gildan," ucap Galvin, berusaha menenangkan Galen.

"Gue tahu lo terpukul. Kita semua terpukul atas kepergiannya Gildan. Ada baiknya lo temuin Gildan buat... terakhir kalinya,"

Emosi Galen perlahan mereda. Bergantikan dengan perasaan sesak dan hancur. Ia meremat tangannya sendiri agar tangisnya tidak pecah dalam kabungan duka ini.

"Gue temenin," Andra merangkul Galen. Dan membawa Galen masuk ke dalam rumah Gildan.

Tubuh Galen membeku seketika, ia tertegun. Lidahnya terasa kelu melihat sahabatnya terbujur kaku dengan kain putih yang menutupi wajahnya.

"Dan..." air mata Galen turun. Tubuhnya meluruh ke lantai. Ia mendekat ke arah jasad Gildan dan menangis sesejadi-jadinya disana.

"Bangun... gue tahu lo cuman tidur. Lo gak beneran ninggalin gue kan?" Lirihnya.

"Lo udah janji sama gue, Dan. Lo bakalan ikutan foto yearbook bareng kita semua," Galen meremat jarinya agar tangisannya tidak pecah.

Ia masih berharap semua ini hanya mimpi buruknya. 2 orang yang sangat penting di kehidupannya tiba-tiba saja meninggalkannya dalan kurun waktu yang bersamaan.

Untuk Gildan, terimakasih sudah menjadi sahabat yang bisa mengerti Galen. Terimakasih sudah hidup dan menjadi bagian dari AVILAS GEN 2. Kisahmu di tutup dengan hembusan nafas terakhirmu.

"Gue ikhlas, Dan. Jangan lupain wajah gue, nanti say hai kalau kita ketemu disana," Air mata Galen turun membasahi pipinya. Ia tidak sanggup untuk tidak menangis dihadapan sahabat yang selama ini selalu ia bawa kemana-mana.

"Kita semua ikhlas," Andra merangkul Galen, mengusap pundak cowok itu. Lalu tersenyum teduh. "Keluar dulu yuk, Gildannya mau di mandiin,"

Galen tersenyum getir mendengarnya. Ia bangkit dari posisi duduknya. Lalu berjalan keluar dari rumah Gildan bersama dengan Andra.

'Dan, terimakasih udah hadir di mimpi gue tadi malem. Udah dengerin keluh kesah gue untuk terakhir kalinya. Gue bakalan kangen sama lo, Dan... pasti'

_____🍃🍃🍃_____

Ririn keluar dari ruang rawat inap neneknya. Setelah berpamitan hendak pergi bertakziah ke rumah Gildan kepada neneknya.

GALENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang