22. Berita Duka

840 69 289
                                    

Happy Reading
_____🍃🍃🍃_____

23:15

Acara berlangsung hingga larut malam. Diarasa para tamu undangan sudah tidak ada yang datang lagi. Galen segera mencari kamar untuk ia tempati.

Dia lelah butuh yang empuk-empuk.

Namun sepertinya malam ini. Tidurnya tidak akan tenang sama sekali, saat melihat ternyata para sahabatnya memesan kamar bersebelahan dengannya. Entah apa maksud dan tujuannya.

"Ah Galen, Ah..." Saka terkekeh pelan seraya membuka pintu kamarnya menggunakan kartu.

"Lo daritadi desah-desah mulu. Punya masalah apaan sih njing?" sinisnya. Galen memegang knop pintu kamarnya. Namun pergerakannya langsung terdeteksi secara tiba-tiba oleh Andra.

"Ciee ada yang udah gak sabar belah duren nich." celetuk Andra.

"Musyikk! " seru Saka

"Belah duren dimalam hari. Paling enak bersama kekasih. Dibelai bang, dibelai mas, dibel---

"Berisik! Lo bertiga bisa gak sih jangan gangguin gue! Gue capek, mau tidur" Galen memotong nyanyian Gildan.

Raut wajahnya sangat menunjukan bahwa hari ini ia sangat benar-benar kelelahan.

"Oh tidak semudah itu! Kita ngambil kamar disamping kamar lo sama Ririn," Saka dengan senyuman tengilnya. Menunjukan kartu akses pintu masuk.

"Udah ah gue mau tidur. Persiapan dengerin suara orang yang mau bikin dedek," Saka membuka pintu kamarnya. Kaki cowok itu melangkah memasuki kamarnya.

"Telur ayam kampung sama madu nya, Kakak? Biar kuat gempur semalaman," kekeh Bara seraya berjalan melewati tubuh Galen. Niatnya hendak masuk ke dalam kamarnya yang terletak diujung.

"Lo pikir gue seloyo itu segala pake begituan lagi!" sembur Galen.

"Ya siapa tahu aja butuh. Kan lo pemula," timpal Galvin yang entah datang darimana.

Galen berdecak pelan. Dia yang nikah, kok kayaknya para sohibnya ini yang lebih berpengalaman sih. Kan Galen jadi curiga kalau sebebarnya mereka lah yang sudah pernah merasakan yang namanya bikin dedek.

"Len," panggil seseorang. Membuat Galen beserta teman-temannya menoeh.

"WESHHH KASIH JALAN BOY! MANTEN INI MANTEN LEWAT!" Gildan dengan hebohnya merentangkan kedua tangannya untuk menghalau para sahabatnya. Memberikan akses masuk untuk Ririn yang baru saja datang.

Ririn tersenyum kikuk. Gini amat punya suami yang sahabatnya gak waras.

"Silahkan pemaisuri nya ndoro Galen, jalannya sudah lega,"

Galen memutarkan bola matanya jengah melihat tingkat sahabatnya. Tatapannya berali kepada Ririn dengan dahi mengeryit,"Kenapa?"

"Tadi gue ke lantai lima mau nyari kamar kosong. Tapi ketahuan Om Revan. Terus gue disuruh kesini. Sekamar sama lo,"

"WUHUUUU," sorak mereka berjamaah.

"Dia yang mau malam pertama. Kenapa aing yang deg-degan sih," Andra memegang dadanya sendiri dramatis.

Ririn mengusap pipinya yang sedikit gatal tercium oleh nyamuk yang tidak sengaja hinggap disana. Gadis itu menatap para anak AVILAS dengan tatapan bingungnya.

GALENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang