57. akward moment

365 20 57
                                    

HAPPY READING
_____🍃🍃🍃______

Keesokan paginya. Mereka sudah kembali mulai bersekolah seperti biasanya lagi. Namun, nampaknya kepergian Gildan masih menyisakan duka dihati Galen dan kawan-kawannya. Tak jarang, banyak dari sebagian murid-murid SMA PERWIRA, mengucapkan bela sungkawa atas kepergian Gildan yang cukup mengejutkan bagi mereka semua.

"Len, lo dipanggil Pak Teguh ke ruangannya." ucap salah seorang siswi yang tidak sengaja berpapasan dengan Galen dan kawan-kawannya di lorong. Saat mereka hendak pergi ke kelas.

"Gue doang?" tanya Galen memastikan.

Siswi itu mengangguk sebagai jawaban,"yaudah ya kalau gitu, gue permisi dulu," dan setelahnya siswi itu berlalu pergi.

Galen menghela nafasnya berat. Biasanya akan meminta di antar oleh Gildan jika tiba-tiba dipanggil seperti ini. Tapi sekarang? Nampaknya dia harus mulai terbiasa dengan keadaan 'apa-apa tanpa Gildan'.

"Gue ke Pak Teguh dulu bentaran,"

"Mau gue anter?" Tawar Galvin.

Galen menggeleng,"gak usah. Nih, gue nitip tas gue," ucapnya. Sambil melemparkan tas nya pada Galvin hingga mengenai wajah cowok itu.

Sebelum mendapat amukan dari Galvin. Galen langsung berlari menuju ruangan Pak Teguh yang berada di dekat gerbang sekolah.

"Anj-"

"Jangan dimarahin, udah." Tegur Bianca saat Galvin hendak mengeluarkan umpatannya yang tertuju untuk Galen.

Ia sebenarnya ingin protes kepada Bianca karena berani menegurnya dengan nada tinggi satu oktaf. Namun niatnya ia urungkan ketika ia menyadari bahwa Galen masih bisa bertingkah seperti dulu. Seketika raut wajah kesalnya berubah menjadi senyuman tipis di bibirnya, ia merasa tak perlu khawatir lagi jika Galen sudah tidak berlarut-larut dalam kesedihannya lagi.

"Heh sawan lo? Cengar-cengir sendiri. Tiati, kesambet," cibir Saka.

"Simpen dulu kesambetnya buat seminggu kedepan. Hari ini kita udah mulai ujian kelulusan," celetuk Bara.

"HAH?! ANJIR! DEMI NAON SIA?!"

"Makanya notif grup kelas tuh di aktifin. Bukannya dibisuin sampe 3 tahun. Tuh pemberitahuan ujian kelulusan udah di sebar dari sebelum Gildan kecelakaan. Si Gildan aja sempet nyahut waktu disebarin,"

"Eh serius nyet. Beneran sekarang ujian kelulusan? Mapelnya apaan anjir?!"

"Kalau gak salah, mapel pertama tuh Matematika Peminatan, terus yang kedua Fisika Peminatan, terus yang terakhir Bahasa inggris wajib,"

Saka ternganga mendengarnya. Shibal! Manaan dia gak bawa satu pun pelajarannya lagi. Mana tahu juga dia hari ini kalau ada ujian kelas 12. Pantesan daritadi dia gak ngeliat tanda-tanda kelas 10-11 dateng. Ternyata mereka doang toh yang sekolah. BADJINGAN.

"Semoga si Gildan-"

"Gildan udah meninggal, Sak. Lo mau nyontek ke si Gildan?"

Saka ingin menangis saja rasanya. Dia lupa satu-satunya harapan dia kalau waktu ujian kayak gini. Ternyata sekarang udah beda alam.

______🍃🍃🍃______

Bel masuk sudah terdengar sejak 10 menit yang lalu. Guru pengawas mulai membagikan soal-soal ujian mapel pertama. Yakni, matematika peminatan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GALENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang