27. Rencana di Hari Minggu

776 71 290
                                    

HAPPY READING

______🍃🍃🍃______

"Gue udah nemuin targetnya, Len. Satu ada di deket perempatan pasar Geboy. Satu lagi di pertigaan perumahan Gonjang-ganjeng,"

Galen menganggukan kepalanya singkat. Mendengar laporan yang keluar dari mulut Graska dan Abrizan.

Kedua sahabatnya yang berbeda sekolah sekaligus berbeda aliansi geng dengannya itu. Sengaja ia kumpulkan di markas besar AVILAS untuk merundingkan acara di hari Minggu besok.

"Kata aing mah nih ya, Len. Mendingan arurang meuli gamis keur budak letik. Soalna aing nenjo di daerah pasar Asem eta loba barudak letik awewe. Karunya da aing mah nempo na ge," seru salah seorang anggota dari geng Abrizan.

Abrizan ketua sekaligus pendiri MACAN BODAS. Kebanyakan penghuninya itu barudak Bandung semua. Sedangkan di geng Graska yang di pimpin oleh Graska sendiri, yaitu BARADAS kebanyakan penghuninya anak jaksel semua.

Galen mengangkat sebelah alisnya,"Kira-kira gue beliin sekalian gamis buat para ibu-ibu disana gak? Soalnya kan bentar lagi kita juga kan puasa,"

"Lah puasa lo?" tanya Andra dengan raut wajah meledeknya.

"Puasa lah anjir! Gue bukan lo yang pernah minjem kalungnya si Bara cuman buat mokel di tukang nasi padang,"

Andra terkekeh pelan,"Ngaca anjir. Lo juga pernah mokel di cafe. Pas baca doa, malah login agama sebelah,"

Galen mendengus kasar. Emangnya kapan geng AVILAS pada puasa full? Jangankan dia sama Andra. Gildan yang tampangnya kalem aja tuh. Pernah mokel di tukang mie ayam.

Pas ditanya 'gak puasa dek?' Jawaban Gildan gak jauh dari kata 'Saya musafir, Mas'.

Tapi itu dulu. Gak tahu deh kalau puasa Bulan depan. Bakalan sanggup gak mereka puasa full.

"Litterly, kalau kita beli gamis buat dibagiin sama anak-anak kecil perempuan. Sekalian aja kita bagiin juga baju koko buat anak-anak cowok, alat sholat sama Al-Quran buat mereka," sahut salah seorang anggota BARADAS.

"Gue setuju. Kalau anggaran Daddy Revan kurang. Nanti gue tambahin," timpal Graska.

Mereka semua menganggukan kepalanya setuju. Mendengar usulan dari anggota BARADAS.

"Bingung gak sih lo, Bar?" tanya Gildan. Yang daritadi duduk diluar markas sambil nyemilin es doger.

Dia gak ikutan nimbrung di dalem soalnya dia, Bara, Saka, sama Galvin bagian beli bahan sembako. Mereka mah cuman terima info beresnya aja.

"Bingung kenapa?" tanya Bara. Seraya menyuapkan es dogernya ke dalam mulut.

"Geng lain biasanya kalau ngumpul gini tuh kan yang dibahas pasti buat tawuran, rencana kompoy bareng gitu. Lah ini kita kumpul malah buat rencana berbagi,"

"Pick me banget gak sih geng kita?" celetuk Saka.

Galvin menoyor kepala Saka dari belakang,"Geng sendiri lo katain pick me. Orang mah bersyukur lo masuk geng yang gak sesat,"

"Bener kata Galvin, Dan, Sak. Lagian kalau kita kebanyakan tawuran, kompoy dijalan kayak waktu kelas 10. Kita juga yang bakalan rugi," ujar Bara.

"Emangnya lo mau bolak-balik penjara terus? Gak kesiksa lo waktu kita dibawah pimpinan si Galen sama Andra yang dulu?"

"Bersyukur lo, kita udah gak tawuran lagi. Galen sama Andra juga sekarang bisa ngontrol emosinya, walaupun minusnya sekarang Galen malah jadi playboy sana-sini,"

Saka berpikir sejenak. Ia memutar ingatannya ke 2 tahun belakang. Ya, emang bener sih mereka dulu waktu kelas 10 bener-bener aktif tawuran, kompoy di jalan, sampe duit orang tua mereka aja ludes kayaknya buat nebus mereka di kantor polisi.

GALENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang