17. Lift

635 68 309
                                    

Happy Reading
_______🍃🍃🍃_______

Galen berjalan santai masuk ke dalam lift yang sepi. Tangannya bergerak hendak menekan angka 12.

"TUNGGU DULU!!"

Pergerakan Galen terhenti seketika. Ia menatap heran ke arah gadis yang baru saja masuk ke dalam lift dengan nafas yang terengah-engah.

"Bentar deh. Kayaknya gue kenal sama postur tubuhnya," batinnya. Memperhatikan gadis berdress hitam dengan rambut panjang yang di gerai.

Gadis itu mendongak. Dan...

"MISKIN! LO NGAPAIN DISINI?!" teriak Galen histeris. Saat mengetahui siapa gadis yang bersamanya di lift.

"Lo!" Ririn, gadis itu. Menatap Galen tajam.

Sial! Kenapa sih nasibnya selalu dipertemukan dengan Galen? Gak di sekolah, disini. Kenapa harus ada Galen terus sih?!

"Wah parah lo! Ngapain lo malem-malem di hotel? Habis jual diri lo?" tanya Galen. Dengan senyum miring yang terpatri jelas di bibirnya.

Ririn mendelikan matanya. Kalau saja ia sedang tidak buru-buru, dia pasti akan menyahuti ucapan Galen dengan segala hujatannya. Tapi kali ini berbeda, dia harus cepat-cepat pulang untuk melihat kondisi Abahnya.

"Kenapa diem lo? Benerkan lo habis jual diri?" decihnya. Tangan Galen terulur hendak menakan angka 12. Namun lagi-lagi niatnya terurung ketika seorang pria paruh baya bertubuh gempal masuk ke dalam lift dan menekan angka 1.

"Bacot banget sih lo jadi orang. Minggir sana!"

Ririn mendorong kasar tubuh Galen. Agar menyingkir dari hadapannya. Membuat cowok itu mendelikan matanya tak terima.

Pria paruh baya bertubuh gempal yang sedaritadi diam-diam memperhatikan. Melirik ke arah Ririn. Lalu tersenyum.

Ririn yang menyadari bahwa dirinya di perhatikan. Menolehkan kepalanya ke samping dan mendapati ada seorang pria paruh baya yang menatapnya dengan senyuman aneh.

"Kamu mau pergi ke lantai berapa?" tanyanya.

"Eh? Mau ke lantai 1 Om," jawab Ririn seadanya.

"Kita satu arah. Kamu mau pulang?"

Ririn mengangguk.

"Mau Om anterin gak? Sebutin aja alamat kamu dimana, nanti Om anterin,"

Ririn membulatkan matanya. Mendengar ucapan Om-Om hidung belang dihadapannya ini. Sialan! Emangnya dia cewek apaan mau maen sama om-om perut buncit begini.

"Kamu cantik gini, udah ada yang punya belum?" goda nya.

Ririn menatap Om-Om dihadapannya dengan mata berapi-api. Gadis itu hendak melayangkan amukannya.

"Om--"

"Sayang," amukan Ririn seketika terpotong oleh suara lain. Ia tersentak kaget saat sebuah tangan melingkar di pinggangnya.

"Kamu jangan maen sama om-om dong. Aku daritadi disini, masa kamu cuekin sih?"

Ririn melebarkan matanya. Ia melotot menatap Galen. Sedangkan yang di tatap demikian. Hanya menampilkan raut wajah menyebalkan. Tampol-able.

"Maaf ya, Om. Kalau Om mau cari purel, cari yang lain aja. Yang ini punya saya,"

Ririn semakin dibuat terkejut mendengar ucapan Galen. Maksudnya apa ini?! Galen menganggapnya wanita penghibur?! SIALAN SI DENESOH!

"Emangnya kamu siapa berani nyuruh saya begitu? Emangnya kamu sanggup ngasih dia apa? Mendingan kamu sama om aja, manis. Om bisa ngasih kamu apa aja yang kamu mau,"

GALENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang