37

434 47 3
                                    

Hari sudah mulai malam saat Yara melihat Chanyeol datang dengan wajah lesunya, wajahnya benar-benar berantakan seoalah baru saja mendengar kabar buruk. Lantas Yara mengahampiri Chanyeol dengan segelas teh hangat kala laki-laki itu malah memilih untuk duduk ruang tengah, alih-alih menghampirinya.

"Sesuatu terjadi?" tanya Yara sambil menyerahkan teh di tangannya, "minum dulu, agar pikiranmu lega."

Tanpa basa-basi Chanyeol mengambilnya dan meneguknya hingga setengah sebelum meletakkannya di atas meja, selanjutnya pria jangkung itu malah menyembunyikan wajahnya di dalam ceruk Yara membuat gadis itu terkejut meskipun ia menerimanya dengan lapang dada, ia yakin ada hal yang terjadi hingga Chanyeol seperti ini.

"Yuan dimana?" tanyanya masih bersembunyi di ceruk Yara.

"Dia baru saja tertidur."

Terdengar hirupan nafas dalam kala Chanyeol menghirup ceruknya cukup lama, "aromamu menenangkan ku."

Sebenarnya apa yang sedang Chanyeol alami sampai laki-laki itu begitu cemas, apa yang membuat Chanyeol seperti ini? Tidak mungkinkan ia seperti ini jika hanya menjenguk Mabel di sana? Pasti sesuatu telah terjadi.

Tanpa banyak bicara lagi, Yara memilih diam, ia enggan bertanya dan akhirnya malah mengganggu pikiran Chanyeol lebih jauh lagi. Ia memilih untuk mengelus rambut Chanyeol dengan tenang, menyisirnya dengan jemarinya yang lentik.

"Maaf-" lirih Chanyeol sebelum mengangkat kepalanya dan menatap Yara.

"Minta maaf untuk apa Chan?"

Helaan nafas panjang terdengar begitu jelas di telinga Yara, jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya, ia takut saat melihat wajah Chanyeol yang seperti ini.

"Besok Mabel sudah diperbolehkan pulang... Dan dia akan tinggal di sini untuk sementara waktu. Maafkan aku Yara."

Meskipun sedikit terkejut, namun ia tetap saja tersenyum, ia tau benar hal ini akan cepat terjadi. Sungguh ia sudah mengambil keputusan ini dan Yara tidak akan berhenti begitu saja, hanya karena kedatangan Mabel. Ia percaya benar dengan Chanyeol. Yara yakin Chanyeol tidak akan meninggalkannya.

Kini tangannya terulur untuk menangkup wajah Chanyeol yang menunduk, lalu memberikan kecupan pada pipi kanan laki-laki itu, "kau sudah melakukan hal baik Chan... Kenapa harus meminta maaf untuk perbuatan baikmu ini?"

"Tapi aku akan menyakiti hatimu."

"Aku baik-baik saja, bawalah dia kesini dan rawat dia hingga pulih."

"Maafkan aku Yara."

"Sssst! Jangan katakan itu lagi atau aku tidak akan rela dia kemari," Yara tekekeh, ia mencoba dengan keras memberikan keyakinan penuh pada Chanyeol agar laki-laki itu kembali tersenyum.

Sungguh Chanyeol merasa begitu beruntung memiliki Yara disisinya, gadis itu begitu pengertian dengan semua yang terjadi padanya. Yara benar-benar seperti lentera di tengah kegelapan malam, dia adalah anugrah yang Tuhan berikan untuk ia jaga dengan baik.

Yara adalah kehidupannya yang berharga sekarang.

Kini gantian Chanyeol yang mengangkup wajah Yara untuk memberikan kecupan lama pada bibir gadisnya, hanya sekedar menempelkan tanpa ada niat untuk melumatnya, ia hanya ingin Yara tau kalau ia bener-bener mencintai dan menyayangi gadis itu sepenuh hati.

"Mama!"

Sebuah pekikan dari ujung ruangan membuat keduanya sama-sama terkejut hingga bibir mereka terlepas, dengan gelagapan Yara bangkit dan melihat Yuan yang tiba-tiba memekik.

Yara bisa melihat anak itu sudah tumbuh semakin besar, kini langkah Yuan tidak lagi gontai seperti saat mereka pertama kali bertemu, langkanya begitu mantap kala menginjak lantai. Yara tersenyum bangga seperti seorang ibu sungguhan yang melihat anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik.

You and Your Past |Chanyeol|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang