Lima belas menit yang lalu Yara sampai dirumahnya, rumahnya yang sebenarnya. Tempat yang ia tinggali bersama Joy sahabatnya sejak dulu.
Saat ini Yara hanya duduk dikamarnya sambil memeluk kedua kaki nya, menerawang kejadian beberapa saat lalu saat ia dirumah ayahnya.
"Minum teh hangat ini dulu, jangan terlalu diambil pusing." Ucap Joy sambil menyerahkan secangkir teh hangat.
Yara menunjukkan senyuman terbaiknya, ia beruntung memiliki sahabat sebaik Joy. Sangat. "Terimakasih Joy."
"Aku yakin nanti kakak dan ayahmu akan mengerti."
"Joy, Sekarang aku mulai berfikir apa aku memang egois?" Pandangannya kembali menerawang. Kosong.
"Ayah dan kakak ku sudah melakukan banyak hal untukku, tapi aku..,
... Harusnya aku bisa membantu disaat sulit seperti ini."
Sahabatnya itu mendekat kearah Yara menarik tubuh gadis itu lalu memeluknya erat. "Tidak Yara, jika kau tidak bahagia dengan keputusan yang ayahmu buat kau bisa menolaknya. Ini hidupmu." Joy melepas pelukannya memegang erat pundak Yara berharap sahabatnya itu mendapat kan energi positif yang coba ia salurkan pada Yara.
"Kau berhak atas kehidupan mu."
---
Mentari baru saja muncul dari tempat persembunyiannya, dan ponselnya sudah berdering entah untuk yang keberapa kalinya sangat berisik hingga Yara terbangun dari tidurnya.
Siapa lagi jika bukan si majikan. Park Chanyeol. Memang sejak semalam duda satu anak itu menghubungi nya, namun Yara tidak pernah menggubrisnya hatinya sedang tidak baik jadi Yara mengabaikannya.
Yara tidak peduli jika ia nanti Kembali kerumah tuannya dan akan dimarahi habis-habisan. Yara mengambil ponselnya dari atas nakas ia menyerah dan mengangkat panggilan dari Chanyeol.
"Wae?" Tanya Yara malas sambil menggaruk kepalanya.
"Ya! Apa? kemana saja kau?"
"Aku minta libur satu hari boleh tidak?" Tanya Yara dengan nada yang dibuat memelas, ia tau Chanyeol sedang menghela nafasnya geram.
"Apa-apaan kau ini, tidak! Yuan mencarimu sejak semalam. Kenapa juga tidak pulang. sebenarnya kau ini ada dimana, pulang sekarang juga!"
"Aish! Iya cerewet sekali sih."
Sebelum Chanyeol mulai mengomelinya lagi Yara mengakhiri panggilan nya terlebih dulu, pria itu memang seorang laki-laki tapi mulutnya seperti perempuan. Sangat cerewet dan menyebalkan.
Yara yakin diseberang sana Chanyeol dengan mengumpatinya, tapi siapa peduli salah sendiri sangat cerewet.
Yara melangkah turun dari ranjang lalu pergi kekemar mandi. Dua puluh menit cukup baginya untuk mandi dan bersiap.
Tangannya baru saja akan memutar knop pintu, namun Joy sudah lebih dulu membukanya. "Aish! Kau membuatku kaget saja." Ucap Yara sambil memegangi dadanya yang terkejut akibat kedatangan Joy yang tiba-tiba.
"Baru mau aku bangunkan."
Yara tersenyum, "aku harus segera kembali ke rumah orang gila itu Joy."
"Apa kau sudah baik-baik saja?"
"Aku baik, kau tidak perlu cemas."
"Kau yakin?"
Yara memukul kepala Joy pelan sambil terkekeh. "Bodoh! Sudahlah jangan terlalu cemas padaku, aku harus pergi sekarang."
---
Kakinya memasuki pekarangan rumah besar dengan cat rumahnya yang dominan berwarna putih. Yara langsung tersenyum saat melihat Yuan, anak itu sedang sarapan rupanya. Dengan seorang maid yang kerepotan karena Yuan tidak mau makan dan terus berlari kesana dan kemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and Your Past |Chanyeol|
FanficRate: 17++ Tentang sikap dingin seorang duda tampan seperti Park Chanyeol, sikapnya yang kadang berubah ubah. it's about his past. "Bercerailah dengannya, Yuan butuh aku dan Chanyeol untuk membesarkan nya. Bukan dirimu~"