Apa sihir benar-benar ada? Jika itu tidak ada lalu semalam itu apa? Kenapa Yara luluh begitu saja ketika Chanyeol mengusap punggung nya dengan lembut, kenapa ia harus jatuh kedalam mata Chanyeol yang seakan menatapnya dalam nan lembut, kenapa mata itu seolah mengatakan aku benar-benar mencintai mu, aku sungguh-sungguh.
Jika benar seperti itu, lalu bagaimana dengan ayah dan kakak nya nanti. Apa dengan menikah dengan Chanyeol masalah nya akan selesai? Apa perseteruan antara dirinya, Sehun dan ayahnya akan usai? Akankah? Apa ayahnya akan membenci Yara jika ia memiliki pilihan lain untuk ia nikahi.
Yara tidak ingin merasa dilema berkepanjangan seperti ini, seolah bodoh tidak tau yang mana yang akan ia pilih. Jika ia memilih menuruti yang ayahnya inginkan ia tidak akan bahagia namun Yara akan dinggap sebagai anak yang penurut dan pengertian. Lalu jika Yara memilih Chanyeol, ia sendiri pun belum tau pasti apa yang ia rasakan untuk pria beranak satu ini.
Yara benar-benar harus memilih.
"Selamat pagi sayang"
Chanyeol mengecup pipi dan kening Yara, meninggalkan cairan basah di area kulit yang baru saja bersentuhan dengan bibir tebal Chanyeol. Ia begitu terkejut saat membuka matanya ternyata Yuan tidak lagi diantar mereka dan Chanyeol sedang tidur disebelahnya sambil terus menatapnya lalu menciumnya.
"Ya! Kenapa hanya ada kita disini? Dimana Yuan?!"
"Dia pergi jalan-jalan dengan Joy tadi."
"Apa!?"
"Tidurlah, aku masih ingin memeluk mu."
"Aw!" Yara meringis saat tangannya terasa perih akibat pisau yang menggores jarinya, membuat Yara terbangun dari lamunannya yang terjadi pagi tadi. Yara menyedot darahnya sendiri. "Bodoh kau Yara." Gumamnya pada dirinya sendiri.
"Sedang memikirkan ku?"
Yara tidak menanggapi, memilih melanjutkan kegiatannya sebelum nya. Memotong bawang merah.
"Kumohon jangan abaikan aku." Si pria kembali bersuara namun kali ini sambil memeluk tubuh mungil Yara dari belakang dan menyandarkan dagunya pada pundak gadisnya.
Bagaimana Yara tidak marah jika Chanyeol terus saja berbuat seperti ini. Hal-hal spontan seperti ini akan membuat nya mati perlahan, bukankah jika jantungmu sedang berdegup kencang itu tandanya ia sedang tidak baik? Yara tidak sehat.
"Lepaskan! Jangan macam-macam padaku."
"Macam-macam? Aku hanya satu macam sayang."
"Ya! Park! Jangan melakukan ini padaku, hiks..."
Chanyeol merasa bingung karena Yara tiba-tiba menagis masih dalam posisinya dipelukan Chanyeol. Ia tentu tekejut lalu membalik tubuh gadisnya hingga menghadap padanya, Chanyeol menagkup wajah Yara yang merunduk menghapus air mata dipipinya dengan raut khawatir.
"Aku menyakitimu ya?"
Dengan nafas yang terengah akibat tangisan nya sendiri Yara mulai memukul dada bidang Chanyeol. "Aku, hiks.. benci padamu."
Chanyeol menghentikan pergerakan tangan Yara lalu menarik gadisnya kedalam pelukannya. "Mian, kumohon jangan benci padaku."
"Kau tau jantungku berdebar kencang saat kau melakukan hal seperti ini, kau mau aku mati perlahan? Hiks..." Dengan wajah memerah dan air mata yang membasahi pipinya ia menatap Chanyeol seolah menggebu ingin memukuli nya hingga tewas.
Menyeramkan sebenarnya, namun Chanyeol tertawa terbahak-bahak setelah membiarkan Yara mengoceh.
Chanyeol mencubit pipi Yara menangkapnya lalu tersenyum. "Aku suka jika kau merasa seperti itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
You and Your Past |Chanyeol|
FanfictionRate: 17++ Tentang sikap dingin seorang duda tampan seperti Park Chanyeol, sikapnya yang kadang berubah ubah. it's about his past. "Bercerailah dengannya, Yuan butuh aku dan Chanyeol untuk membesarkan nya. Bukan dirimu~"