32

764 75 6
                                    

"Tolong bawa anak-anak kekamar Bi." Titah Sohyun pada seorang maid muda yang sejak kedatangannya berdiri di pintu masuk.

"Baik nyonya." Setelah maid itu masuk dengan menggendong Yuan dan menggandeng Louis.

Sohyun menatap tajam Chanyeol yang hanya terduduk lesu dilantai rumahnya sambil menutupi wajahnya. Pria itu menangis tanpa suara, namun air yang membasahi marmer dibawah nya memberitahu. Wanita itu menghembuskan nafas pelan, menepuk punggung kokoh itu perlahan.

"Kau apakan Yara?"

"Maaf-" hanya kata itu yang keluar dari bibir tebal Chanyeol sejak bermenit-menit ia diam dan menunduk.

"Demi tuhan!" Teriak kyungso dari ambang pintu, seolah mengeluarkan seluruh amarahnya lewat teriakan itu. Pria cebol itu datang dengen terburu-buru menghampiri Chanyeol juga istrinya yang sudah lelah menghadapi sahabat dari suaminya ini.

Kyungso menarik Chanyeol agar berdiri, ia bahkan menarik kerah kemeja sahabat nya itu, seolah tidak peduli dengan tinggi badan keduanya yang terlampau cukup jauh.

"Katakan Chan- katakan yang Sohyun beritahu itu tidak benar. Katakan!?" Kyungso menatap Chanyeol nanar.

"Kau mencium Mabel?" Lirih nya.

"Itu tidak sepenuhnya benar Kyung~ percayalah."

"Kau sudah menyakiti gadis yang sangat mencintai mu Chan, jika kau ingin tau. Dengan mencium Mabel kau sudah melukai Yara. Bukan hanya hatinya namun juga kepercayaan nya."

Tubuhnya tiba-tiba melemas, apa yang Kyungso katakan itu benar namun ia juga bingung apa yang harus dilakukan. Gadis itu pergi tanpa mau sedikitpun mendengarkan penjelasan nya.

Bagaimana pun Yara tidak salah, hatinya terluka, kepercayaan nya direnggut dan ia telah dilecehkan. Gadis mana yang tidak marah jika diperlakukan seperti itu.

"Dia sudah pergi meninggalkan aku, dia pergi.."

"Cari dia bodoh! Kau hanya akan diam disini dan mendekatkan Yara meninggalkan mu, begitu?! Cari dia!"

----

"Eomma~" lirihnya sambil mengusap nisan sang ibu.

Air matanya banjir membasahi nisan sang ibu yang belum usang meski sudah bertahun-tahun. Ia menumpukan kepalanya pada batu itu, seolah memeluk tubuh sang ibu seperti dulu kala saat ibunya masih hidup dan ada bersamanya.

"Kau lihat semuanya bukan?"

Rasanya ingin bicara untuk melanjutkan kalimatnya saja sangat sulit, dadanya sesak sekali. Sudah penuh dengan rasa kecewa yang sekarang malah semakin bertambah.

"Appa~ oppa~ Chanyeol~ semuanya mengecewakan aku. Sekarang siapa yang harus ku percaya eomma, siapa!?"

Ingin rasanya memeluk tubuh sang ibu disaat sulit seperti ini, kemana ia harus pulang sekarang? Tidak mungkin pulang kerumahnya bersama Joy, karena ia tau Chanyeol akan pergi kesana untuk mencairnya. Atau ia harus pulang kerumah ayah nya? Yara lebih baik jadi gembel daripada harus pergi ke neraka.

"Aku- aku ikut bersamamu saja eomma. aku tidak tahan berada di sini."

Yara tersenyum dengan air mata yang menggenang di kelopak mata nya, tangannya mengambil sebuah batu tajam ditanah sebelum mengarah kannya pada pergelangan tangan.

Matanya terpejam saat perlahan sisi tajam batu itu mulai Yara gesekan pada pergelangan tangan kanannya.

"Oppa tau kau tidak akan berani melakukan nya."

Yara tersentak dan langsung membuka lebar lebar matanya, benar saja itu adalah sang kakak yang sudah berdiri dibelakang tubuhnya sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celana yang ia kenakan.

You and Your Past |Chanyeol|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang