Unknown Place

389 31 0
                                    

Kehidupan menjadi anggota keluarga Hargreeves tidaklah mudah. Semua orang harus bangun pada pukul jam 7 tepat, dan langsung melakukan aktifitasnya sehari hari. Mungkin itu hal yang biasa bagi orang dewasa, namun bagaimana dengan anak kecil berumur 11 tahun? tentu saja sulit. Bahkan setelah mereka sarapan, mereka harus berlatih bersama selama setidaknya 4 jam. Mungkin kamu terheran heran, mengapa mereka perlu melakukan kegiatan yang ketat secara monoton setiap harinya, kalau begitu izinkan aku mengenalkan mereka padamu.

Keluarga Hargreeves merupakan keluarga yang terpandang, dengan Sir Reginald Hargreeves yang merupakan kepala keluarga. Sir Reginald mengumpulkan 8 anak yang secara misterius lahir dan mengadopsi mereka. Mereka bukanlah anak anak biasa, tapi mereka adalah anak yang mendapat kemampuan istimewa. Mungkin ini yang menjadikan motivasi Sir Reginald untuk menjadikan mereka team superhero yang dapat menyelamatkan manusia dari bahaya. Mereka beranggotakan Luther The Spaceboy, kemudian Allison Hargreeves The Rumor, Klaus Harrevees The Seance, Diego Hargreeves The Kraken, Number Five, Ben Hargreeves The Horror, Number Seven, dan Number Eight The Levitation.

"Number Eight, apa yang kau lamunkan? Sekarang waktunya makan, fokuslah menghabiskan makan siangmu." Ucap Mr. Hargreeves sambil menyendokkan makanannya ke mulutnya.

Merasa namanya dipanggil, Blair menoleh ke ayahnya dengan cepat ia menjawab. "Tidak apa ayah, aku kepikiran apakah sihir itu benar benar ada?"

Reginald berhenti melakukan kegiatan makannya sejenak, lalu ia menoleh kearah anak bungsunya. Ia terheran, karena sejak dulu Blair adalah anak yang pendiam bila dihadapannya. Jadi apa yang mempengaruhinya sampai rasa percaya dirinya muncul?

"Entahlah, mungkin saja ada. Namun itu terjadi berjuta juta tahun yang lalu. Orang sudah meninggalkan sihir dan beralih ke teknologi." Jawabnya.

"Sihir? Mana mungkin ada yang namanya sihir." Ucap Diego sambil tertawa diakhir kalimat.

Blair mendengus dan berkata "Kan aku hanya bertanya, lagipula kita ini punya kekuatan, masa sihir saja tidak ada?" Blair menatap Diego dengan tatapan sengit. Dan akhirnya mereka bertengkar dalam kesunyian makan siang.

___________________________________

Sekarang adalah waktu luang untuk para anak anak Hargreeves sebelum mereka berlatih lagi. Ketika yang lain memilih untuk memiliki waktu bersama, sedangkan Blair memilih untuk bersantai di gazebo yang berada di halaman depan sambil membaca buku novel fiksinya. Jauh dari keramaian karena ia sedang membutuhkan ketenangan dari ke tujuh saudaranya yang sangat berisik.

Ditengah kesunyian, Blair mendengar suara langkah yang mendekati dirinya. "What do you want Five?" Tanya Blair yang tidak menoleh sedikitpun ke orang itu.

"Nothing, hanya capek didalam rumah." Jawab Five, dia mendudukan dirinya di sebelah Blair.

"Lukamu yang kemarin sudah sembuh?" Blair menutup buku novel fiksinya dan menatap anak laki laki berhidung mancung yang disebalahnya.

"Sudah, kan ada Pogo yang mengobati." Five menjawabnya sambil menunjukkan pergelangan tangannya.

Dua hari yang lalu saat Hargreeves melakukan aksi melawan gangster, Five melakukan hal yang ceroboh sehingga pergelangan tangannya terluka. Beruntung mereka memiliki Pogo yang siap membantu kapan saja.

"Jadi bagaimana dengan latihan mu? Katanya kamu bisa melintasi waktu?" Tanya Blair dengan semangat.

Five tersenyum." Belum, ayah belum mengizinkan. Aku harus berlatih lagi sebelum melakukannya." Jawabnya dengan nada sedikit kecewa.

Kemudian Blair mengusap punggung Five dengan perlahan. Gadis itu berusaha menyemangati kakaknya. "Perlahan saja, pasti nanti bisa."

"Five, kalau nanti dilahirkan kembali, kamu ingin jadi dirimu yang sekarang, atau orang biasa?" Blair mulai berangan angan sambil mendongakkan wajahnya, melihat langit yang berwarna biru cerah.

"Of course i want to be an ordinary boy. Aku iri sekali dengan Vanya."

Blair tertawa pelan, kemudian teringat akan sesuatu. "Kalau nanti sudah bisa melintasi waktu, ajak aku ya Five, lumayan bisa jalan jalan gratis."

Five mengacak rambut Blair pelan. "Bahkan aku sekarang bisa membawamu ke Paris kalau ayah izinkan, tapi yah pasti tidak boleh."

Gadis itu mengangguk paham, ia sangat tau bahwa ayahnya sangat tidak mengizinkan anaknya liburan. Paling paling liburan di rumah, itupun juga setengah tahun sekali.

Teng Teng Teng

Tak lama kemudian bell berbunyi, menandakan bahwa mereka harus kembali pada jadwal.

"Ayo masuk, ayah menunggu kita." Ucap Five sambil beranjak dari duduknya dan sudah duluan masuk ke rumah.

Blair please open your eyes, please

Baru saja Blair ingin melangkahkan kakinya ke rumah, ia mendengar suara aneh yang berasal dari pintu yang berada di pojok taman.

Come on Blair, I can't lose you

Blair sempat mengira bahwa ini hanyalah halusinasinya saja, namun sepertinya tidak. Ia mendengar seorang pria yang menangis pilu dari pintu yang berdebu itu. Dengan rasa penasarannya, perlahan Blair mendekati pintu itu dan menatapnya cukup lama. Alisnya mulai mengernyit karena merasakan keanehan didalamnya. Dengan ragu ia mendorong pintu berwarna merah tersebut dan masuk ke dalamnya.

Hamparan rumput hijaulah yang pertama kali ia lihat. Sinar rembulan yang menyinarinya membuatnya menjadi semakin indah. Tempat itu cukup memikat matanya, mengingat dirinya tidak pernah pergi ke wisata alam seperti ini semasa hidupnya.

Kembali ditarik oleh kenyataan, Blair terheran kenapa tiba tiba dirinya bisa terdampar disini. Padahal beberapa detik sebelumnya ia masih berada di rumahnya, namun sekarang malah berada di tempat lain. Ketika ia menoleh ke belakang, pintu yang ia lewati tadi sudah menghilang entah kemana.

"Astaga, kemana pintunya pergi? Bagaimana bisa aku pulang?" Ucap Blair yang mulai panik.

"FIVE! FATHER! WHERE ARE YOU?" Ia berteriak ke sekelilingnya namun tidak menemukan sosok saudaranya maupun ayahnya.

"Apa ini ulah Five? Jangan jangan dia bohong? Apa dia yang membuatku teleportasi ke sini?"

Blair yang masih panik menahan rasa tangisnya kuat kuat. Bukannya dia cengeng, namun anak kecil mana yang bila tersesat di antah berantah dan tidak menangis? Mau sekuat apapun anak itu pasti pada akhirnya mereka akan menangis.

Ia mencoba untuk memberanikan dirinya untuk melihat disekelilingnya. Dan ia melihat sebuah kastil yang sangat besar di depannya. Didalam kastil itu terdapat cahaya disetiap celah jendelanya, menandakan jika ada orang yang tinggal disana.

"Come on Blair, ingat kata ayah. You have to be brave." Ucapnya sambil menyemangati dirinya. Kemudian dia mulai melangkahkan dirinya ke kastil yang besar itu.

Ternyata cukup jauh untuk sampai kesana. Kaki kecilnya mulai kelelahan karena berjalan dari titik awalnya tadi, menuju Kastil. Sesampainya disana, Blair kembali terkagum dengan keindahan kastil yang besar itu.

Ketika ia melewati pintu utama, ia dikejutkan oleh seorang pria tua yang tiba tiba berdiri dibelakangnya. "Apa yang kau lakukan disini? Tempatmu bukanlah disini." Tanyanya dengan suara yang lembut.

Blair yang terkejut pun menoleh kearah pria itu. "Aku juga tidak tahu mengapa aku bisa kemari. Tadi ketika aku melewati pintu tiba tiba aku dibawa kemari."

"Kamu bukan berasal dari dunia ini bukan?" Tanya pria tua itu kembali.

"Apa maksudmu? Memangnya ini dimana?"

"Selamat datang di Hogwarts." Jawabnya sambil tersenyum lembut.

TBC.

𝐊𝐀𝐋𝐎𝐏𝐒𝐈𝐀 || 𝐃𝐑𝐀𝐂𝐎 𝐌𝐀𝐋𝐅𝐎𝐘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang