The Sunset is Beautiful Isn't it?

159 12 2
                                    

Author Note: Dibaca perlahan, diresapi dan dirasakan
______________________________

"Blair, bertahanlah Blair kumohon." Ucap Draco yang menangisi gadis yang dicintainya sedang terluka parah. Darah tidak kunjung berhenti keluar dari perut Blair, kini lantai mulai terlumuri oleh darahnya sendiri.

Suara Draco mulai bergetar karena menangis. Matanya memerah, tangannya bergetar karena takut kehilangan Blair.

Ditengah ketakutan Draco yang semakin memuncak, Blair menatap wajah prianya dengan lembut. "Maaf, sepertinya aku tidak bisa memenuhi janjiku sendiri." Ia mengusap pipi pria didepannya, mencoba menenangkannya.

"No! Tetaplah disini Blair, bersamaku. Kumohon." Tangisannya terdengar sangat pilu. Sangat mengerikan saat orang yang kau cintai sekarat dipelukanmu.

Blair yang mulai menutup matanya yang mulai terasa berat. Ia merasakan luka diperutnya membuatnya kehilangan kesadaran. "Aku mulai mengantuk Draco."

Draco menggeleng kuat. "Tidak kuizinkan kau tertidur Blair! Tetap sadarlah!" Nafasnya mendadak tersenggal karena menangis. Hatinya sangat sakit saat Blair mulai kesusahan bernafas. 

Blair tersenyum. "The Sunset is beautiful isn't it, my love?" Mata Blair mulai menutup dan menghembuskan napas terakhirnya. Draco tidak dapat melakukan apapun, yang ia lakukan hanyalah menangisi tubuh gadisnya yang sudah tidak bernyawa.

Hari itu, Blair Hargreeves meninggal dipelukan Draco. Namun Draco masih mencoba berbicara dengan Blair, meski ia tahu gadisnya tidak akan membuka matanya.

"Blair please open your eyes." Suara Draco melirih. Menatap sedih wajah gadis yang sudah tidak bernyawa dipangkuannya.

Semakin lama hatinya terasa sakit karena Blair tidak menjawabnya. Sudah tidak ada senyuman yang selalu mengembang di wajah itu. Tidak akan ada lagi pipi yang merona karena tersipu. Dan bibir yang selalu menjadi candunya tidak akan memanggil namanya lagi.

Draco mengecup dahi Blair dengan lembut. "I love you my snowflakes. Beristirahatlah dengan tenang. Dunia ini terlalu kejam untuk kita berdua."

Beberapa menit kemudian Draco menggendong Blair menuruni menara Astronomi. Tatapan matanya benar benar kosong, hatinya sudah sangat sangat sakit, dan wajahnya benar benar kacau.

Ia tidak mempedulikan tentang Voldemort yang barusan berbicara lagi melalui kepala semua orang. Orang yang ia cintai nyatanya sudah pergi. Tidak ada alasan lagi dia untuk bertahan.

Sesampainya di bawah, Draco membaringkan Blair dibawah. Ia mendengar semua orang menangisi orang yang mereka kenal meninggal.

"Blair?" Harry yang baru datang melihat sesosok Blair terbaring dibawah lantai. Dengan cepat ia menghampiri Blair.

"NO! Wake up blair, i beg you!" Harry berteriak kencang. Setelah kehilangan Snape, ia kembali menangis karena kali ini kehilangan Blair. Ia tidak menyangka jika ia akan kehilangan teman yang ia sayangi juga.

Harry terisak, napasnya tak beraturan. Kemudian menatap Draco dengan tajam. "Ini semua karenamu sialan!" Ucapnya dengan amarah.

Harry menarik kerah Draco dengan kuat. Sedangkan Draco melihat Harry masih dengan tatapan kosong. Lalu Harry memukul pipi Draco, membuat bibirnya sedikit berdarah.

Neville datang untuk melerai mereka. "Harry! Kendalikan dirimu!" Ucap Neville.

"Blair meninggal karenamu sialan!" Kata Harry masih dengan emosinya. Draco kini muak mendengar teriakan Harry yang terus menyalahkan dirinya.

"Berhentilah menyalahkan orang lain Potter! Ini semua karena Voldemort! Bukan karena aku, kau atau yang lain!" Draco membalasnya dengan berteriak. Ia meluapkan kekesalan dan kesedihannya saat itu.

𝐊𝐀𝐋𝐎𝐏𝐒𝐈𝐀 || 𝐃𝐑𝐀𝐂𝐎 𝐌𝐀𝐋𝐅𝐎𝐘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang