Blair membuka matanya yang terasa berat dengan perlahan. Merasa tubuhnya kaku sehingga sulit digerakkan. Pemandangan yang ia pertama kali lihat adalah warna putih, nuansa rumah sakit. Ia melihat bunga dimeja yang masih segar, seperti ada yang rajin merawatnya.
Tak lama kemudian pintu ruangan terbuka, lalu seseorang masuk. "Blair?" Panggilnya. Matanya melebar, terkejut melihat Blair yang bangun.
Blair dengan perlahan menoleh ke orang itu. Orang itu mendekatinya, wajahnya seperti menahan tangisnya.
Orang itu memeluk Blair dan menangkup pipinya. "Akhirnya kau bangun juga." Ia tersenyum lebar.
Blair tidak menjawab apapun, membuatnya terheran. "Ada apa Blair? Kenapa mukamu seperti bingung?"
Blair mulai mengernyitkan alisnya. "Maaf, tapi kau siapa ya?."
.
.
.
St. Mungos.
Begitu Blair menanyakan nama padanya, orang itu dengan cepat mencari Healer. Ia berpikir Blair mengalami amnesia, namun hatinya melega saat Healer mengatakan otak Blair aman, sehingga tidak memungkinkan untuk amnesia.
"Heheh, maafkan aku Draco. Aku hanya ingin melihat ekspresimu." Kekeh Blair.
Iya, tadi sebenarnya Blair hanya ingin mengerjai pria yang didepannya ini. Alhasil Draco sedikit kesal.
"Terserah kau saja. Bisa bisanya baru siuman, malah usil. Kau ini memang jahil sekali ya?" Kata Draco sambil menyentil pelan dahi Blair.
"Aaaaa sakiiit." Keluh Blair melebih lebihkan. Sekarang dia malah berpura pura pingsan.
"Hey, aku tidak sebodoh itu tahu."
Mata Blair terbuka sebelah, lalu tertawa lagi.
"Jadi berapa lama aku koma?" Tanya Blair.
Draco menatap Blair dengan serius. "Kau koma selama hampir satu bulan Blair."
Perempuan itu terkejut, bagaimana bisa selama itu? Sebenarnya apa yang terjadi?
"Aku tidak tahu kalau hari itu kau tidak bercanda. Maafkan aku." Lanjutnya. Ia menundukkan kepalanya dengan menyesal. Draco benar benar tidak tahu jika Blair memberikannya perpisahan saat itu. Bagaimana jika Blair berhasil pulang? Ia mungkin tidak akan pernah melihat wajahnya kembali.
Blair meraih tangan Draco dan mengelusnya. "Tak apa Draco, lagipula lebih baik kamu tidak tahu. Kalau nanti kamu malah bersedih bagaimana?" Ia menarik senyumnya.
Draco menatapnya sedih. "No Blair. Berjanjilah kalau kau ingin pergi, bilang padaku." Blair mengangguk.
"Aku mengundang temanmu, harusnya mereka sudah sampai." Ucap Draco.
Dan benar saja, tak lama setelah itu pintu terbuka. Kemudian tiga orang yang familiar masuk ke ruangan.
"Blair!!" Sapa Hermione memeluk Blair.
"Rasanya aneh, perasaan baru tadi aku melihat kalian." Blair terkekeh.
"Tapi kau koma satu bulan tahu." Jawab Ron sambil menaruh keranjang buah di nakas.
"Jadi, bagaimana perasaanmu?" Tanya Harry yang menatap Blair khawatir.
"I'm fine Harry. Hanya sedikit kaku karena tidak bergerak."
Draco berdiri dari duduknya. "Aku akan pergi dulu." Kemudian ia pergi dari situ. Ia merasakan hawa yang tidak enak, karena ketiga sahabat Blair ini menatapnya dengan pandangan tidak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐊𝐀𝐋𝐎𝐏𝐒𝐈𝐀 || 𝐃𝐑𝐀𝐂𝐎 𝐌𝐀𝐋𝐅𝐎𝐘
Fiksi PenggemarKalopsia; The delusion of things being more beautiful than reality Blair Hargreeves merupakan anak bungsu dari keluarga Hargreeves. Ketika dirinya melewati sebuah pintu yang usang, tiba tiba ia bisa sampai ke Hogwarts. Dia mengira bahwa ini adalah...