No Way Home

130 11 0
                                    

Sesampainya disana, Blair melihat Draco yang sedang duduk di pembatas. Dirinya tersenyum, cukup indah menurutnya melihat punggung pria itu dibawah sinar rembulan.

"Kau mau bunuh diri atau bagaimana?" Blair mendekati pria itu.

Draco menoleh ke Blair, kemudian menoleh ke depan lagi, melihat bintang bintang. "Tidak, masih banyak hal yang ingin ku lakukan didunia ini."

Blair merasa tertarik dengan obrolan ini. "Contohnya?"

"Menjadi Healer."

Blair menahan tawanya, membuat Pria berambut pirang itu sedikit tersinggung dan menoleh ke gadis itu.

"Seorang Draco Malfoy menjadi Healer? Tidak pernah terbayangkan olehku sebelumnya. Kau benar benar tidak bisa ditebak ya?"

"Itu karena dirimu yang hampir setiap tahunnya terluka terus. Ku yakin Madam Pomfrey bosan melihatmu di Hospital Wings." Meskipun itu sebenarnya ejekan, namun pipi Blair mulai memanas karena Draco ingin menjadi Healer karena dirinya.

Draco menarik tangan kiri Blair hingga bisa ia lihat dengan jelas. Dahinya mengerut saat melihat bekas luka ditangannya.

"Apa apaan ini? Kau terluka lagi?" Baru saja diejek. Gadis ini malah dapat luka lagi.

"Sebelum ini kau bersama Umbrige kan? Apa dia memberikanmu detensi ini?" Tanya Draco dengan curiga. Blair hanya tersenyum simpul.

Blair menarik tangannya. "Sudah membaik kok."

"Membaik apanya dasar bodoh! Beraninya dia melakukan itu!" Draco turun, dan berdiri disampingnya.

"Harusnya kau tidak membela Potter bau itu!"

"Itu bukan salahnya Draco, tenanglah." Blair menatap mata Draco sambil memohon. Membuat pria ini luluh. Sedangkan Draco masih khawatir karena Blair baru saja sembuh namun malah terluka lagi.

"Tapi karena membelanya kau jadi terluka. Apa kau tidak mau memberitahu orangtuamu?" Lanjutnya.

"I wish I can do that." Ia menggenggam tangannya, mengusapnya dengan perlahan. Blair kembali teringat dengan keluarganya, sudah sekitar empat tahun ia tidak melihat mereka. Tentu saja ia rindu, mereka adalah satu satunya keluarganya. Meskipun mereka bukan keluarga kandung, tapi mereka telah bersama dari mereka umur satu bulan.

"So you cant? Why?" Tanya Draco.

"Apa kau lupa? Keluargaku bukan berasal dari dunia ini." Blair terkekeh.

Setelah mendengar itu rasanya ia ingin menjahit mulutnya. Bagaimana bisa ia lupa dengan fakta itu. "Sorry."

"No problem Drake."

Blair menatap kedepan, tersenyum saat melihat keindahan Danau Hitam. "Mungkin apa yang dikatakan Pansy ada benarnya. Aku tidak tahu keluarga asliku, bahkan tidak tahu ibu kandungku. Yang ku punya hanyalah keluarga tiri."

"Lupakan dia. Yang terpenting kau punya orang orang yang menyayangi dirimu kan?"

"Family is where you are surrounded by people who love you." Draco menatap Blair dengan tulus, wajahnya nampak sempurna saat terpapar sinar rembulan malam ini.

"Thanks Draco. Kau selalu bisa membuatku tenang."

Tiba tiba saja Blair mendapat sekelebat kejadian yang berputar di kepalanya. Ia kembali melihatnya, mimpi buruk itu. Tapi kali ini bukan Draco yang terkapar tidak berdaya ditanah, melainkan dirinya yang bersimbah darah.

"You okay?" Tanya Draco saat melihat wajah Blair menegang.

"Ye-yeah. I'm fine." Jawab Blair. Dirinya tidak ingin membuat Draco kembali khawatir, maka dari itu ia tidak menceritakannya.

𝐊𝐀𝐋𝐎𝐏𝐒𝐈𝐀 || 𝐃𝐑𝐀𝐂𝐎 𝐌𝐀𝐋𝐅𝐎𝐘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang