Jebakan

4 1 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

"Mundur!" titah Milla tanpa penjelasan. Mau tak mau Vino, Faris juga Tara harus menyetujuinya. Pasalnya, mereka mengerti kenapa Milla sampai menyeru untuk mundur, pasti ada hal genting yang sudah diperkirakan Milla.

"Balik di posisi awal. Kita ketemu di sana!" ucap Milla lagi.

Beberapa menit kemudian, Vino dan Faris sampai duluan di dalam mobil box, atau tempat di mana Alan mengawasi.

"Loh Milla sama Tara dimana?" tanya Alan bingung.

"Gue kira udah sampe duluan" jawab Vino.

Alan mencoba menghubungi keduanya, namun jaringan mereka sama-sama terputus. Dengan keadaan seperti ini membuat Alan menjadi khawatir. Meskipun ia masih bisa memantau ke adaan di dalam lewat kamera yang Tara bawa.

"Pasti ada yang ngga beres" gumam Alan dengan tangan meremas.

"Kita harus gimana?" tanya Vino refleks melihat raut Vino.

"Lah Tasya? Dia di mana?" tanya Faris sedikit gelisah.

"Kalian tetap di sini!  Kalo Tasya, Kita masih terhubung dengan Tasya" balas Alan menghela nafas pendek.

"Tasya, cepat balik. Gimana keadaan Lo?"

Di sisi lain, Tasya masih memantau serius lewat snipernya.

"Gue aman! Tapi gue ngga ngeliat si Milla. Gue bentar lagi balik," ujar Tasya pada Alan.

Saat panggilan itu berakhir. Tasya segera bagun dari posisi tengkurapnya, ia bermaksud memantau dari sisi lain.

Ia beranjak setelah mengemas senjatanya. Posisi berjongkok, ia melihat bayangan seseorang, ditempat yang sama di mana ia berada. Dari bayangan itu, dia mengetahui bahwa dirinya sedang di todong pistol tepat dibelakangnya.

Perlahan Tasya berdiri dengan mangangkat kedua tangannya. Dengan posisi tetep membelakangi seseorang itu.

Seseorang dibelakang itu merebut HT juga earphone milik Tasya.

"Argh...." erang Tasya kesal.

"Diam!" titah lelaki itu, sedikit membentak.

...

....

.....

Sebelumnya, Milla merasa ada yang tidak beres dengan kejadian ini. Ia merasa janggal dengan apa yang di katakan Alan sebelumnya, bahwa anak buah Alan juga ikut dalam rencana ini. 

Bukankah, ini rencana yang cukup besar, akan tetapi Milla tidak melihat ada penembak jitu dari musuh. Atau musuh terbilang sedikit.

Oh iya, lelaki berambut coklat itu adalah anak buah Alan yang udah masuk di geng Triad. Setelah mendengar percakapan Tara dengannya, Milla merasa curiga. Firasat buruknya mulai bermain saat ini. Maka dari itu ia putuskan untuk memilih mundur.

Tara sudah diberitahu untuk mundur, namun Milla sudah memperkirakannya, hal itu pasti akan susah ia lakukan jika kecurigaannya benar. Soalnya Tara masuk ke kandang duluan.

Jones VS JonedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang