Bersyukur

26 2 0
                                    

Hidup itu penuh dengan teka-teki. Sukar ditebak akan apa yang terjadi di penghujung cerita. Anehnya, manusia selalu mempunyai cela untuk mencela hidup.

Kamu, seseorang yang sedang membaca tulisan ini. Entah itu perempuan atau lelaki, entah itu sedang meminum kopi hangat atau tiduran di dalam kamar tidurmu. Kamu, seseorang yang mengukir impian-impianmu, memaksimalkan waktumu untuk rutinitas yang tiada habisnya. Tidak salah, tapi jangan terlalu berlebihan. Saat kamu sakit, atau kamu meninggalkan semuanya, apa yang kamu bawa? Nothing .

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lainnya.

Bekerja setiap hari dengan gaji mumpuni tentu menyenangkan, tapi jangan lupa sisihkan sedikit untuk mereka yang membutuhkan.

Sebentar, jadi teringat, Aku pernah memiliki sebuah memori yang masih kusimpan sampai saat ini. Tidak pernah terlupa sedikitpun.

Boleh ya aku ceritakan?

..

Jadi ini adalah cerita tentang temanku yang teramat sangat mengejar dunia, yang sulit untuk bersyukur dan tidak kenal terima kasih.

Suatu hari saat aku pergi bersama dua temanku, tepatnya di hari ke-lima perayaan idul fitri, aku yang masih bocah kelas 1 SMP teramat sangat mudah diajak main.

Salah satu temanku ini benar-benar sangat rempong, ia membeli banyak sekali cemilan untuk kami bertiga. Ia memang orang yang sangat boros dan over dalam menghabiskan uang, ia tidak pernah bersyukur, selalu melihat ke atas, dan terus merasa kurang. Ia membeli makanan sebanyak mungkin, uangnya dihabiskan untuk membeli banyak sekali makanan yang bahkan kurang baik untuk kesehatan, dan bahkan ia tau itu, makanan ringan cepat saji dengan jumlah banyak, dihabiskan dalam satu waktu dan ia membelinya supaya terlihat kece di hadapanku dan temanku, padahal ia bukan anak orang kaya loh, tapi ia memang sudah terbiasa menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tidak penting, terkadang ia suka memaksakan kehendak, ia selalu ingin kemauannya terturuti dan orang tuanya juga teramat memanjakannya. Bahkan keborosannya dulu mengalahi anak SMK yang ada sekolah kami.

Sesampainya kami di tempat liburan, dan ia masih saja menenteng sebuah plastik besar yang berisikan cemilan-cemilan, beberapa makanan ringan dan minuman segar. Ia ingin kami menghabiskannya bertiga, walaupun itu miliknya, tapi supaya terlihat keren saja, supaya kami berdua senang berteman dengannya.

Sembari berjalan, ia memakan sebuah cemilan dengan gaya yang teramat songong, namun sayangnya bungkus cemilan tersebut terlepas dari tangannya dan terjatuh. Terlihat dia ingin memungutnya kembali karena isi nya masih banyak dan masih bersih, tetapi aku dan temanku terlalu cepat berjalan, kebetulan pula dibelakang banyak sekali orang yang lewat, entah ia merasa tak mau tertinggal atau karna ia malu untuk mengambilnya kembali?.
Sebenarnya sayang sekali,

Sesekali terlihat ia masih saja memandang kebelakang tempat dimana cemilannya terjatuh, tak berselang lama kemudian ada seorang petugas kebersihan di lokasi itu yang memungut sampah dengan gerobak sorong, petuga itu pun memungut cemilan itu, dilihatnya masih bersih dan banyak, kupikir ia akan membuangnya dan memasukkannya ke dalam gerobak itu, ternyata petugas tersebut menyelipkan cemilan itu ke tangannya sembari mendorong gerobaknya.

Temanku pun tertawa dan berkata..

"Hahaha, rakus sekali orang itu, seperti tidak pernah makan saja, bisa-bisa nya ia menyimpan makanan bekas orang yang tidak ia kenal"

Temanku yang satu pun juga mengetawai petugas itu.
Namun dibalik itu, si petugas tadi membuat kedua temanku terdiam tercengang, terutama si tuan boros yang menjatuhkan cemilannya sendiri. Petugas itu memberikan cemilan itu kepada dua orang anak kecil, laki-laki dan perempuan yang sedang terbengong melihat anak-anak lain seusianya disekitar.

Petugas itu berkata..
"Nak, makan ini, jangan rebutan ya. Ini makanan bekas ayah tadi. Masih banyak, ayah tidak suka makanannya, rasanya aneh. Habiskan ya"

dan anak itu dengan bangga berlari ke dekat kolam renang sambil memakan cemilan itu.

Kami bertiga mendekatinya dan anak itu seakan memperlihatkan wajah yang teramat senang sekali karena bisa memakan cemilan itu. Karena sebelumnya kami melihat kedua anak itu hanya terbengong melihat anak-anak lain memakan es krim seakan mereka ingin memakannya, tapi tidak punya uang.

Seketika entah mengapa aku merasakan sesak ingin sekali menangis tersedu-sedu. Andai saja anak itu tau, ayahnya memungut cemilan bekas temanku dan memberikannya pada mereka. Pasti rasanya tidak sebahagia itu.

Aku merasa bersalah karena waktu itu, seandainya saja aku tau akan melihat kejadian seperti ini, mungkin aku tidak akan mengiyakan ajakan temanku ini. Seandainya pula aku bisa menasehati temanku untuk banyak memberi dari pada meminta, menuntut dan membeli ini itu dengan berlebihan.

Ah, senandainya saja.

Seandainya saja ia tau bahwa di luar sana banyak orang-orang yang tidak seberuntung ia, tapi ia selalu mengeluh dan merasa kurang.
Betapa durhaka nya kepada semesta, karena ia terus menerus membuat mereka kecewa dengan sikap yang mungkin saja teramat buruk ini..

Dan dari sepeninggal kejadian itu aku pun menjadi lebih peka dengan orang lain, selalu berpikir positif dan tidak berprasangka buruk, serta terus bersyukur dan tidak berlebihan.

Kawan, sebenarnya aku lelah waktu itu. Terus menerus mengikuti gaya hidup dan keinginan yang tiada habis darinya. Toh, semua ajakkannya tidak lantas membuatku menjadi milyader muda, tidak serta merta membuatku bahagia, senang tapi hanya sebentar, itu pun dalam tekanan keterpaksaan.

Dulu, aku teramat bersyukur sekali jika bisa menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Namun ternyata yang kudapat bukan seperti itu, aku masih belum bisa berguna bagi siapapun kalo aku sendiri tidak bisa mengajak orang tersebut untuk bersyukur. Artinya, kalo untuk sekedar berguna saja mah gampang, setiap manusia juga pasti bisa. Karena Allah memberikan kekayaan dengan kecukupan yang sudah memiliki takarannya, bukan kekurangan..

Hidup ini sederhana. Saat kita mampu membuat orang lain bersyukur. Kita akan turut bahagia. Sekarang, aku ingin menghabiskan sisa hidupku untuk menebar manfaat bagi orang lain. Agar kelak saat aku pergi, yang kutinggalkan di muka bumi tidak hanya nama yang tertulis di batu nisan, tapi juga jasa dan kebaikanku yang terus diingat orang, yang masih dirasakan orang lain, sampai hal tersebut yang menjadi penolongku di hadapan Rabb-ku..

" ANTARA "KURANG" DAN "MERASA KURANG" ADALAH DUA HAL YANG BERBEDA. NAMUN DUA HAL ITU TAK ADA APA-APANYA DAN TAK PERLU KITA KHAWATIRKAN JIKA KITA SENANTIAS SELALU MENGUCAP SYUKUR KEPADA-NYA "

..

AforismeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang