Inilah keseharian yang brengsek. Seperti mengulangi rasa sakit yang diputar sebagai film panjang yang membosankan.
Mari kita turut berduka bagi jiwa kita yang lelah. Bersedihlah untuk keberanian yang dipengecuti. Dan memompa kedewasaan dari kesadaran yang dipecut rasa sakit tak dihargai.
Pikir kecil kita kini sudah besar. Tengoklah setiap nyawa yang kau temui. Lihatlah! Lihatlah! Seperti itulah kenyataannya.
Kita semua adalah neraka. Surga masa depan adalah neraka setiap harinya.
Untuk apa kita sibuk dengan kebodohan orang lain jika kita sendiri hanyalah kebodohan yang tak tuntas. Semacam igauan akan kesombongan yang sebentar lagi tak berbekas. Menatap ke dalam, di jurang akhir dari langkah kaki yang terlampau ringan dan hampa.
Terbahaklah rasa sakit yang paling perih. Tertawalah untuk kebodohan tubuhmu. Tataplah dan lihat pikiranmu yang tolol. Di dalam tengkorak nyaris semua manusia. Terdapat kebodohan yang tak termaafkan. Kebodohan yang bernama hari esok, sekarang, nanti, saat ini, dan masa depan.
Masa lalu berakhir menjadi sejarah para idiot dan pembohong. Maniak penakut dan manusia yang terlampau banyak beralasan.
Oh tidak! Untuk terus hidup kita harus terus berbohong! Memalukan diri sendiri dan mengangguk pada sang topeng. Sampai usia tua mengubah mata menjadi rabun dan warna putih rambut membuat banyak kita masih tak sadar.
Beergegaslah untuk saling membunuh manusia. Demi hari esok. Demi anak-anak. Demi cinta. Dan omong kosong bernama rumah.
Makhluk terkejam adalah kita yang paling baik dan pendiam. Membunuh dengan orang lain. Bersantai dalam ketidakpedulian yang ekstrem.
Banyak orang terbiasa membunuh orang dalam hitungan detik. Tapi membunuh diri sendiri? Kenyataan pahit dari ketidakmampuan yang begitu menggelikan.
Ucapkan selamat pada kegilaan diri kita hari ini. Mungkin esok, saat fajar pertama membuka tenggorokan pekatnya. Kita akhirnya menatap tajam pada ranjang kita yang terakhir. Membunuh diri kita selamanya. Untuk tidur kita yang terakhir. Di mana mimpi tak lagi singgah untuk menghina kenyataan.
..
KAMU SEDANG MEMBACA
Aforisme
ActionMeraih kemanusiaan jauh lebih sulit dari pada menghancurkan seratus gunung yang berpijak diatas tanah yang pilu.