Sukses tertempa

19 2 0
                                    


Di mata society, sukses adalah menjadi dokter atau insinyur.
Tapi, kupikir tidak begitu. Kau tau, sukses tak melulu sama jalannya.
Kau punya jalan sendiri.

Aku pernah baca cerita tentang Soichiro Honda, tokoh yang cukup mengisnpirasi. Bukan seorang insinyur, seperti yang society pikirkan, tapi aku cukup bangga padanya. Dia dikenal bego dan tidak memiliki otak cemerlang, selalu duduk paling belakang, dan enggan berurusan dengan guru untuk aktif belajar di sepetak kelas.

Saat merintis bisnisnya, ia diliputi kegagalan, kehabisan uang, dikeluarkan dari universitas dan sampai jatuh sakit. Namun, yang lelah adalah tubuhnya, bukan jiwanya. Jiwanya tetap jiwa seorang pemenang, bermimpi dan terus bermimpi.

Dia pernah berkata begini..
"Nilaiku jelek di sekolah. Tapi, saya tidak bersedih, karena dunia saya di sekitar mesin, motor dan sepeda".

Di umur 30tahun, ia mencoba membuat ring piston dari bengkelnya sendiri dan menawarkannya tapi ditolak oleh toyota karna dianggap tidak memenuhi standar. Ia jatuh sakit kembali selama dua bulan. Setelah sembuh ia mencoba untuk kuliah kembali untuk mencari solusi soal ring piston nya. Tapi, setelah 2tahun menjadi mahasiswa ia akhirnya dikeluarkan karna jarang mengikuti kuliah.

Dia bilang..
"Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya"

Dia berkata kepada rektornya bahwa tujuannya kuliah adalah memperoleh pengetahuan bukan ijazah. Betul dikatakan bahwa ijazah adalah tanda bahwa kita PERNAH SEKOLAH bukan tanda bahwa kita PERNAH BERPIKIR. Penjelasan Soichiro dianggap sebagai penghinaan oleh rektornya.

Namun pada akhirnya, berkat kerja keras Soichiro, desain ring pistonnya diterima pihak Toyota. Kemudian Soichiro berniat untuk mendirikan pabrik sendiri, lagi-lagi ia gagal. Lalu ia mengumpulkan modal untuk melanjutkan usaha nya dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Tapi sayangnya saat perang meletus, pabriknya terbakar bahkan hingga dua kali mengalami kejadian serupa.

Ia tetap bertahan untuk tidak menyerah, ia mengumpulkan karyawannya dan memerintahkan mereka mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat untuk bahan mendirikan pabrik.

Tapi malang, lagi-lagi ia harus tertimpa musibah. Gempa bumi menghancurkan pabriknya. Setelahnya, ia berusaha untuk mencoba usaha lain namun selalu gagal.

Saat mengalami krisis moneter, Soichiro hendak menjual mobilnya untuk memberi makan anak dan istrinya, namun setelah perang meletus, Jepang kekurangan bensin, dan keadaan ekonomi Jepang terpuruk sehingga Soichiro tidak dapat menjual mobilnya.
Sebut saja sepeda pancal, penghibur kegundahannya saat itu, ia bermain main dengan sepedanya dan memasang motor kecil pada sepeda itu. Tak disangka, ternyata tetangga dan kerabatnya amat menyukai sepeda itu dan berjibaku untuk memesannya sehingga Soichiro kehabisan stok. Lalu, ia kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan bagaikan magnet ditangannya, tak pernah terlepas. Kemudian setelah motor menyusul mobilnya.

Sochiro pernah berkata..
"Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99persen kegagalan saya"

Bercermin dari kisah Soichiri Honda pendiri Honda itu sendiri, harga yang harus ia bayar untuk menebus kesuksesan tidaklah kecil. Dikucilkan orang-orang tentu sudah menjadi makanan sehari-hari.
Bayangan akan kah besok bisa makan atau tidak, air mata atas balasan dari usahanya yang tak setimpal, tapi ternyata perjalanannya belum selesai, ia masih sedang diuji keseriusannya oleh Tuhan. Apakah ia pantas dititipi kesuksesan itu? dan saat ini, justru Tuhan membalas segala jerih payahnya dengan berlipat-lipat keberhasilan.

Terkadang, kita mundur dan memilih menyerah padahal kita tidak pernah mengerti bahwa ternyata saat kita memutuskan menyerah, satu langkah ke atas adalah lantai kesuksesan kita. Jika saja kita tahu, mungkin tidak ada orang gagal di dunia ini. Benar, sukses itu teruntuk orang-orang pilihan.

Kita tidak pantas merasa pantas untuk menjadi sepertinya jika masih melihat ujian dari sudut pandang negatif.
Tuhan memberi kesulitan karena ingin menghadirkan kemudahan, begitupun masalah karna Tuhan ingin memberikan solusi.
Agar kelak kau sukses, kau tak lagi sombong. Namun menginspirasi, sebab hatimu sudah tertempa. Kau sudah mahir untuk ikhlas dan sabar.

"LIFE GOES ON. MAKA IKUTLAH BERJALAN. JANGAN PERNAH MENYERAH, KARNA GAGAL YANG SEBENARNYA ADALAH KETIKA KAU SUDAH BENAR-BENAR TAK BERNAFAS"

..

AforismeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang