🍁 Chapter 57 : Asperse 🍁

15.7K 1.4K 337
                                    

____________________

Emperor's Archduke

____________________

Jeno memandang nanar taman kekaisaran yang luas dari jendela kamarnya dengan netra obsidiannya yang bergetar. Helaan nafasnya yang lemah serasa menyayat hati. Tatapannya masih kosong dan sekalipun dirinya terus terjaga sepanjang malam, ia tak merasa lelah sedikitpun, dan ia tak pernah melepaskan genggamannya pada tangan Jaemin yang samar - samar terasa hangat. Lantas Jeno memandang kekasihnya yang terbaring tepat dihadapannya. Walau keadaan Jaemin membaik, wajahnya sedikit memerah karena aliran darahnya mulai berangsur seperti sedia kala dan nafasnya teratur dalam tidurnya, Jeno berusaha membuat Jaemin tetap hangat dengan selimut tebalnya sekalipun ini adalah musim panas. Tapi tetap saja, Itu tidak banyak membantu.

Namun Jeno masih berharap jika ia tak harus menunggu terlalu lama. Ia benci dengan saat - saat menyakitkan ini. Setiap kali ia memberikan ramuan pada Jaemin, ia berharap ia tak harus menunggu hingga tiga hari. Itu terlalu lama dan menyiksa untuknya. Jeno menghela nafas panjang lantas mengecup punggung tangan Jaemin sebelum mengusap wajahnya frustasi. Suaranya bahkan bergetar karena terlalu terpukul.

Yah, bagaimana ia bisa tenang dan baik - baik saja jika sudah kesekian kalinya Jeno membiarkan Jaemin terluka. Ia terus menyalahkan dirinya untuk semua yang terjadi. Dimasa lalu dan dimasa sekarang.

Ia tak bisa menjaga janjinya untuk melindungi Jaemin, selalu seperti ini. Dan ia sendiri yang harus kesakitan melihat Jaemin terluka. Jeno masih merasa semua yang ia lakukan untuk Jaemin hingga saat ini masih belum cukup. Sungguh ia kecewa pada dirinya sendiri.

Ia mengulanginya. Membuat Jaemin terluka. Jeno tak akan pernah bisa baik - baik saja. Jeno tak akan sanggup menahan air matanya jika cintanya terluka. Mungkin semua akan mempertanyakan bagaimana mungkin pangeran kegelapan menitihkan air mata karena Jaemin. Karena Jaemin adalah alasan dirinya hidup. Karena Jaemin adalah dunia dan rumahnya. Karena Jaemin takdirnya.

Jadi sekalipun Jeno terisak, meneteskan airmata dengan tubuhnya yang bergetar hebat, itu karena dia begitu mencintai Jaemin. Itu karena hatinya terlampau sakit. Dan hanya akan sembuh ketika Jaemin memeluknya lagi dan berkata semua akan baik - baik saja.

"Maafkan aku sayang....maaf..Na, jika saja...aku menjagamu dengan baik"

"Nana?...a-apa kau sedang bermimpi indah hm? Kenapa tidurmu nyenyak sekali? Apa kau tidak rindu padaku jika ingin tidur lebih lama? Bangunlah sayang..hm? Kumohon...rasanya sakit sekali melihatmu seperti ini"

Jeno menyandarkan keningnya pada tangan mereka yang bertautan. Memejamkan matanya berusaha menghalau perih yang membuat dadanya terhimpit dan suaranya tercekat hingga bergetar terisak.Namun Jeno membeku saat suara nafas Jaemin menjadi merintih, Jeno merasa jantungnya berhenti ketika kelopak mata Jaemin bergerak - gerak gelisah dan Jaemin menggenggam tangannya erat pula. Jeno segera bangkit dan mendekatkan wajahnya pada Jaemin, ditengah ketidakpercayaan dan kelegaan itu Jeno mengusap kening Jaemin dan mengecupi kening kekasihnya lembut.

"Eungh..."

"Nana..cupp...sayang? Hei, aku disini. Bagaimana? Apa masih sakit hm?"

"Ya-yang Mulia..."

"Ya, sayang. Katakan padaku, kau mau minum dulu?"

Jaemin mengangguk lemah karena ia memang perlu membasahi tenggorokannya yang nyeri dan kering kerontang juga rasa pahit yang memenuhi mulutnya. Jeno segera duduk diranjang, memangku Jaemin dan menahan lengannya, menyandarkan kepala Jaemin pada dadanya agar Jaemin mudah meneguk airnya. Jaemin terlihat begitu kehausan, dan itu hal yang baik Jaemin menghabiskan air minumnya. Jeno lantas menyeka kening Jaemin yang bermandikan keringat lalu kembali merebahkan tubuh Jaemin, ketika Jeno hendak kembali ke kursinya Jaemin menahan tangan Jeno, menggenggam erat tangan kekar itu agar Jeno tak meninggalkannya.

Emperor's Archduke | Nomin 🍁Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang