•
•
_________________
Emperor's Archduke
_________________
•
•
Jaemin telah menetapkan hatinya.
Mungkin sebaiknya ia melihat sendiri bagaimana Jeno akan memenuhi sumpah darah mereka. Kiranya ia setuju untuk tak menolak dan menerima semua perlakuan Jeno padanya dengan terlalu mudah. Ia takut tapi disisi lain, dirinya bukanlah seseorang yang buta untuk melihat bagaimana perubahan Jeno hari demi hari pada dirinya.
Tak ada tatapan tajam dan ucapan penuh kebencian itu. Hanya senyum tulus dan ucapan lembut serta sentuhan yang bahkan Jaemin akui tak bisa ditolaknya. Karena hati kecilnya masihlah paham bagaimana mencinta seorang Jeno Kaizer kalau Jaemin tak menyangkalnya. Karena selama sisa hidupnya ia hanya mencintai Jeno. Dan rasa itu begitu sulit untuk dirinya tanggung.
Trauma atas rasa sakit dan penderitaan itulah penyebabnya. Apa kah salah jika ia hanya berusaha mengubah takdirnya itu, menghindari Jeno. Tanpa sadar jika Jeno telah berubah menjadi seseorang yang berbeda dari mimpi buruknya di masa lalu.
Ia tahu tak ada salahnya mengikuti perkataan ibunya walau ia masih takut jika dirinya harus kesakitan lagi. Jaemin menghela nafas, ia sudah yakin.
Ada benarnya ia melihat bagaimana Jeno akan berjuang untuknya.
Dan Jaemin kini mengikuti sedikit keegoisnya, tega tak tega untuk melihat seberapa besar cinta Jeno untuknya. Seberapa jauh Jeno akan berkorban untuknya.
Kini Jaemin tersenyum kecil memandang Jeno yang masih berada disana dengan Sehun. Dan ia ingin sekali kesana pula melihat salju, jadi Jaemin menggerakkan tubuhnya perlahan - lahan untuk bangkit. Mencoba menggerakkan inderanya dan menapak lantai kamar.
"Akhhh"
Susah payah Jaemin menjaga keseimbangan tubuhnya sampai tubuhnya limbung dan terhuyung karena rasa lemas tak berdaya bercampur dengan rasa pening yang menghantam kepala serta dadanya tanpa ampun. Jaemin sudah bersiap jika tubuhnya menghantam lantai karena tangannya tak sanggup untuk sekedar berpegangan.
Namun....
Sebelum Jaemin menyadari apa yang terjadi, ia membelak saat bukan rasa sakit yang ia rasakan melainkan aroma mint bercampur pinus dan rengkuhan pada pinggangnya. Serta wajahnya yang jatuh diceruk leher jenjang itu. Jaemin menahan nafas, perlu beberapa saat untuknya menyadari apa yang terjadi ketika lututnya mendarat dengan aman di lantai sementara kedua lengannya mencengkram erat bisep kekar itu. Jaemin seketika mendongak dan terdiam saat irisnya bertemu pandangan dengan manik kelam Jeno.
Terlebih kini Jeno tersenyum teduh padanya dan meremas pelan pinggangnya. Jaemin tak bisa mempercayai matanya. Padahal beberapa detik sebelumnya ia masih melihat Jeno memunggunginya dan memandang danau. Dan secepat itu pula Jeno menangkap tubuhnya.
"Nana? Kau mau kemana? Tubuhmu masih lemas. Kau harusnya tetap diranjang. Kau harus istirahat"
"Saya....ingin melihat salju Yang Mulia."
"Hmm? Baiklah"
"Hah? Y-yang Mulia!"
Jaemin mengigit bibir bawahnya saat Jeno menggendongnya. Kini lengan Jaemin bergelayut manja melingkari leher kokoh Jeno sementara sang pangeran mahkota menggendongnya dan melangkah menuju halaman. Begitu merasakan hawa dingin itu Jaemin memandang angkasa dan tanpa sadar bibirnya membentuk senyuman cantik mendapati guguran salju menghujani mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Emperor's Archduke | Nomin 🍁
أدب الهواة🍁ONGOING 🍁 FOLLOW SEBELUM MEMBACA Empress Kaizer atau Archduke Alvarez? Sebuah cerita tentang takdir. NOMIN BXB MPREG Contain ⚠️ Trigger warning MISGENDERING