Yuk jangan lupa buat tinggalin jejaknya ya!
***
"Mas, ini buat projek yang terakhir udah gue kirim ke klien ya...." Alea berujar kepada laki-laki yang duduk tepat di sebelahnya.
"Itu udah hasil editan atau belum?"
Alea mengangguk. "Udah Mas, gila aja. Itu udah editan yang ketiga kali." Ujarnya kesal karena mengingat keribetan kliennya yang selalu meminta perubahan.
Bekerja menjadi seorang ghost writer untuk orang-orang ternama memang cukup menjanjikan. Penerimaan yang diperolehnya dari satu buah buku saja bisa berkali-kali lipat lebih banyak jika dibandingkan dengan menjadi penulis biasa. Namun karena klien yang mempekerjakan mau memberi gaji mahal juga, pekerjaan yang harus dilakukan pun benar-benar berat dan all out.
"Ini klien lo anggota dewan yang lagi naik daun bukan sih?" Seno berujar sembari menekan-nekan layar keyboard laptop yang ada di pangkuannya.
"Iya, Mas. Yang kemarin trending di twitter itu loh." Balasnya kemudian.
Seno yang duduk disebelahnya menoleh, "Fee kali ini kayaknya bisa buat lunasin apart lo, deh ..."
"Aminin aja dulu, Mas. Gue juga udah capek banget kerja siang malam buat lunasin tu apartemen. Dari dulu perasaan nggak lunas-lunas, heran!"
Seno tertawa mendengar keluhan gadis cantik yang sudah dianggapnya adik sendiri itu. "Ya lagian lo gaya banget, Ya. Timbang nyari tempat tinggal aja milih yang high class banget!" Ejeknya pada perempuan dua puluh dua tahun itu.
Alea mendengkus. "Bukannya gaya, Mas. Gue sebenernya juga oke-oke aja tinggal di tempat biasa. Tapi buat sekarang gue emang lagi butuh privasi aja sih. Lo tau kan gimana image gue di luar sana?"
"Kalo di tempat mahal kaya gitu seenggaknya keamanannya terjamin lah!" Lanjutnya menjelaskan.
Seno menghela napas. "Lo nggak capek emang?"
"Capek kenapa?" dahinya mengernyit heran.
"Gak usah pura-pura bego deh!"
"Haha...." Tawanya setelah laki-laki di sebelahnya mencebik kesal. "Lagian lo kaya baru tau gue kemarin aja, Mas. Gue mana peduli sama rumor sampah kaya gitu."
"Tapi lo cewek, Ya...."
"Terus kalo cewek kenapa emang?" ucapnya menantang.
"Gini ya, Ya." Laptop di pangkuannya kini sudah beralih di letakan di samping. "Sebagai cewek, gue yakin lo pasti tau seberapa penting isu soal virginitas gini. Apalagi kita hidup di lingkungan orang timur yang belum terlalu open minded."
"Gue juga nggak ada rencana nikah, Mas. Jadi nggak masalah kalo orang-orang nganggep gue udah nggak perawan!"
"Ya...." Seno memanggilnya dengan nada suara yang rendah, tetapi dengan penuh penekanan.
"Ya?" jawabnya sambil tersenyum tengil.
"Lo bener-bener ya..... setiap kali gue bilangin bukannya dengerin malah ngledek mulu!" Ujarnya kesal.
"Lagian lo nggak kapok-kapok sih nasehatin gue mulu, Mas. Daripada buang tenaga buat nasehatin gue, mending lo kelarin kerjaan aja tuh! Hidup gue nggak semenarik itu buat diurusin!" Jawabnya dengan enteng.
"Awas ya kalo besok lo suka cowok dan pengen balikin image lo! Jangan mohon-mohon ke gue buat suruh bantu."
Alea terdiam. "Kayaknya nggak bakal sih, Mas. Sejauh ini semua laki-laki juga masih gue anggap brengsek! Kecuali lo ya tentunya....."
"Tapi gue nggak mungkin suka lo sih ....." Lanjutnya kemudian.
"Sialan lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleandra
Teen Fiction"Ya, open BO nggak?" Gila! Alea hampir melempari laki-laki yang barusan berbicara itu dengan buku cetak setebal 350 lembar lebih yang ada di tangan kanannya. Bagaimana bisa mulutnya begitu lancar mengatakan hal menjijikan seperti itu pada perempuan...