Dalam hidup ada beberapa momen yang sulit dilupakan. Tidak peduli seseorang memiliki short term memory sekali pun, pada dasarnya momen yang cukup berkesan akan tetap mudah diingat bahkan hingga bertahun-tahun lamanya. On in other word, it was the moment when everyone realizes that it is the best thing that has happened to them.
"Tang, lo inget cewek yang terakhir kali nganter kue sama Meimei gak?" sembari menikmati segelas kopi hitamnya, Rino berujar pada Bintang. Laki-laki yang sedari tadi sibuk dengan gawai di tangannya.
Mendegar pertanyaan dari Rino yang cukup menarik, BIntang mendongak. "Lea maksud lo?" seingat dia, Rino tak sempat berbincang dengan Alea di hari kedatangan gadis itu. Namun setelah sekian hari berlalu, justru dengan tiba-tina dia membawa topik obrolan tentangnya.
"Iya, si Lea. Gue tadi lupa namanya siapa." Responnya. Terdengar bersemangat karena berhasil mengingat nama Alea.
Bintang mengernyitkan dahi heran. "Kenapa? tumben banget ngomongin cewek."
"Gue kira lo suka sama Mbak Helena," lanjutnya menambahkan.
Mendengar kalimat terakhir yang dilontarkan Bintang, Rino terlihat salah tingkah. Meski tak pernah menceritakan banyak hal, sikap dan perilakukan selama ini mungkin sudah menunjukkan bahwa dia menyukai ibu anak satu itu. "Ngapain jadi bahas si Helena, gue kan mau bahas si Lea itu." Mencoba menyembunyikan salah tingkahnya, cepat-cepat Rino mengelak. Dia mengingatkan Bintang bahwa yang ingin dibahasanya itu Lea, bukan perempuan yang berhasil membuat jantungnya terus berdetak tidak normal.
"Kenapa?"
"Gue abis dapat info dari Helena."
Bintang belum bisa menangkap apa yang sebenarnya ingin Rino katakan. "Soal apa?"
"Gue sempet nanya si Lea ini siapanya Helen, soalnya yang gue tau dia kan hidup sendiri di sini." Rino memandang ke arah mobil-mobil yang masih belum mereka benarkan. "Walaupun keliatannya masih muda, ternyata dia yang udah bantu Helen sama Meimei buat sewa rumah."
"Maksudnya?"
Rino mengambil napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Setiap mengingat cerita masa lalu Helena, dia masih sering merasa sedih dan tidak berguna. Dia merasa bahwa perempuan itu adalah wanita yang hebat, yang bahkan rela melakukan apapun untuk orang tua dan juga anaknya. "Pas waktu Helena niat buat mengakhiri hidup karena beratnya masalah yang dia alami, itu pertama kalinya dia ketemu Lea. Dia perempuan yang udah nyelamatin Helen, dan bahkan dia juga perempuan yang udah bantu ngasih tempat tinggal buat dia."
Penjelasan dari Rino membuat Bintang terdiam. Dia tidak menyangka bahwa perempuan yang terlihat tidak peduli dengan hal-hal di sekitarnya itu ternyata memiliki kebaikan hati yang cukup mendalam. Apalagi baru-baru ini dia mendengar gosip yang tidak cukup mengenakan tentang perempuan itu di kampus, sementara sekarang dia justru mendapat kabar yang sangat jauh berbeda. "Lo beneran, Ren?" Rino mengangguk.
"Baik banget ya ..." ujarnya dengan pandangan lurus ke depan, meski semua tahu bahwa yang sedang dipandangnya itu bukanlah pemandangan di hadapannya. "Gara-gara dia, gue jadi bisa ketemu sama Helen dan Meimei."
Bintang tidak menanggapi pernyataan terakhir dari Rino. Pikirannya sudah melayang jauh, memikirkan alasan kenapa dia selalu merasa ada yang berbeda dengan gadis bernama Aleandra itu. Meski pertemuannya karena sebuah ketidaksengajaan, dia selalu merasa ada sesuatu yang menghubungkan mereka. Ma, setiap kali lihat matanya, Bintang selalu keinget sama mama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aleandra
Roman pour Adolescents"Ya, open BO nggak?" Gila! Alea hampir melempari laki-laki yang barusan berbicara itu dengan buku cetak setebal 350 lembar lebih yang ada di tangan kanannya. Bagaimana bisa mulutnya begitu lancar mengatakan hal menjijikan seperti itu pada perempuan...