PTSD

1.2K 199 8
                                    

Post traumatic stress disorder atau gangguan stres pascatrauma adalah gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang tidak menyenangkan. PTSD ini dapat dipicu oleh kejadian tragis yang pernah dialami atau pun disaksikan oleh orang tersebut.

Penderita PTSD seringkali teringat pada kejadian traumatis seperti misalnya perang, kecelakaan, bencana alam, dan pelecehan seksual. Kondisi ini bisa berlangsung berbulan-bulan atau bertahun-tahun, dengan pemicu yang dapat membawa kembali kenangan trauma disertai dengan reaksi emosional dan fisik yang intens.

Orang dengan gangguan pascatraumatic ini akan sering mengalami mimpi buruk terkait kejadian yang menjadi traumanya, menghindari tempat, aktivitas, dan bahkan seseorang yang terkait dengan kejadian traumatis tersebut hingga cenderung menyalahkan dirinya atau orang lain atas apa yang telah terjadi.

Penderita PTSD sering kali mudah takut atau marah meski tidak dipicu oleh ingatan pada peristiwa traumatis. Selain itu penderita juga sulit tidur dan berkonsentrasi.

"Sial!" Bintang berlari karena melihat bahwa perempuan yang tidak jauh dari posisinya sedang berteriak meminta tolong.

Bug!
Bintang memukul dua orang laki-laki yang sedang berusaha merobek baju wanita yang ingin di lecehkannya.

"Bangsat!" Dia mengumpat karena mendapat satu pukulan yang berhasil membuat sudut bibirnya sedikit mengeluarkan darah.

Bintang mengelapnya dengan ibu jari kanan, lalu meludah sebelum akhirnya menerjang kedua orang yang sedang berkelahi dengannya secara membabi buta.

Kedua orang tersebut tidak bisa mengimbangi Bintang yang sudah marah. Memukul dan menendang anggota tubuh tanpa henti hingga dia benar-benar menjadi tidak terkendali dan membuat dua orang  tersebut akhirnya memilih untuk melarikan diri.

Dia menghembuskan napas. Menepuk dua tangannya pelan lalu menoleh ke arah perempuan yang ditolongnya yang kini sedang menangis sembari menelungkup kan kepala.

Lagi-lagi dia menghela napas. Memutuskan melepas jaket hitam yang dikenakannya dan berjalan perlahan menuju gadis yang tadi di tolongnya itu.

"Jangan nangis! Udah gue hajar dua orang tadi." Ucapnya sembari menyelampirkan jaketnya ke punggung wanita berbaju hitam ini.

Sang wanita masih menangis. Namun setelah beberapa menit akhirnya mendongak, lalu menatap Bintang yang sempat terpaku setelah melihat wajahnya.

"Mama." Gumamnya yang tidak terdengar oleh perempuan di hadapannya.

Alea berdiri. Masih dengan wajah sembabnya dia ingin mengucapkan terima kasih pada laki-laki yang berdiri kaku di hadapannya.

Namun sebelum dia benar-benar berhasil mengucapkan dua kata itu, tubuhnya seketika ambruk dan ditangkap oleh Bintang yang bergerak cepat dan paham akan situasi yang sedang terjadi.

***

"Ugh..." Alea menggeliat dalam tidurnya.

Bintang yang duduk di sebelahnya sembari memainkan rubik segera bangkit dan melihat kondisi perempuan yang setengah jam lalu pingsan di dalam pelukannya.

Jujur dia belum pernah mengalami hal semacam ini dalam hidupnya sehingga dia benar-benar khawatir, meski tidak mengenal perempuan ini sama sekali.

Masih tetap berdiri dan memperhatikan Alea, Bintang menunggu dengan sabar saat Alea perlahan membuka matanya dan beberapa kali berkedip untuk menyesuaikan  dengan cahaya kamar yang terlihat begitu terang.

Memang Bintang sudah menyalakan lampu karena kondisi di luar sudah cukup petang.

"Lo gapapa?" Bintang tidak tahu harus bersikap bagaimana dalam menghadapi gadis yang terbaring di depannya.

Selama ini dia tidak pernah bersinggungan langsung dengan perempuan, apalagi sampai membawanya ke kamarnya seperti ini. Jadi selain menanyakan keadaannya, tentu saja tidak ada pertanyaan lain yang terlintas di dalam otaknya.

"Udah mendingan?" tanyanya sekali lagi.

Dia sedikit khawatir jika perempuan cantik di depannya akan marah setelah tau jika dia membawanya ke kamar. Tapi mau bagaimana lagi, tidak ada satu tempat pun yang terpikirkan olehnya untuk membawa gadis ini, dan tidak mungkin juga baginya untuk meninggalkannya di pinggir jalan karena dia juga masih punya hati nurani.

"Gue dimana?" akhirnya orang yang diajaknya berbicara merespon, meski tidak sesuai dengan apa yang dia tanyakan.

Alih-alih menjawab, perempuan ini malah justru melontarkan pertanyaan padanya.

"Kamar gue!" Seketika Alea duduk dari posisi berbaringnya. Dia begitu kaget setelah mendengar jawaban dari pemuda yang amat menyeramkan yang berdiri di sampingnya itu. Laki-laki yang menanyakan keadaannya dengan  wajah yang begitu menyeramkan karena tidak berekspresi sama sekali.

Alea menyibakkan selimut dan bernapas lega saat menemukan bahwa pakaian yang dikenakannya masih lengkap. Dia benar-benar bersyukur bahwa apa yang dia jaga selama ini masih tersegel dengan baik.

"Gue nggak ngapa-ngapain lo. Tenang aja!"

Bintang menyadari tentang apa yang dikhawatirkan perempuan di hadapannya. Dia benar-benar tidak melakukan apapun selain membopongnya dari jalan hingga ke bengkelnya ini. Tidak ada jalan lain, dan untungnya juga bengkelnya terletak tidak terlalu jauh dari tempat kejadian.

"Nih minum dulu." Bintang memberikan segelas air putih pada Alea.

Dengan hati-hati Alea menerima uluran tangan  yang memegang segelas air itu, lalu meminumnya sedikit. "Thanks," Ucapnya yang tidak di gubris Bintang sama sekali.

"Lea. Aleandra." Alea memindahkan gelas di tangan kanannya ke tangan kiri, lalu menjulurkan tangan kanannya untuk mengajak Bintang berkenalan.

"Bintang." Tanpa membalas uluran tangan perempuan cantik di depannya, Bintang langsung memberitahukan namanya.

Alea tersenyum. Diam-diam merasa dongkol dalam hatinya karena baru kali ini di cueki, tapi tetap mencoba bersikap biasa karena orang di depannya telah menolongnya dari kejadian mengerikan tadi.

"Kalo udah agak mendingan, turun. Gue mau lanjut kerja dulu!" Tanpa membalas senyum Alea, Bintang berkata dan langsung berbalik untuk  pergi. Meninggalkan ruangan berdinding abu-abu tanpa repot menoleh sama sekali.

"Irit ngomong banget sumpah!" Alea bergumam saat pintu di kamar tersebut kembali tertutup.

Dia benar-benar merasa kaget ada laki-laki secuek Bintang yang ditemuinya di dunia ini. Namun meski barusaja mencibir, bibirnya tetap saja menyunggingkan senyum karena merasa bersyukur bahwa Tuhan masih menyelematkannya dari kejadian naas di jalan tadi.

Terima kasih Tuhan, dan terima kasih juga Bintang!

AleandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang