"Tang, lo nggak papa?" Rino mengguncang bahu Bintang yang tiba-tiba terdiam setelah menyaksikan kecelakaan kecil barusan.
"Tang ..." Rino semakin kuat mengguncang bahunya karena khawatir akan Bintang yang masih saja terdiam dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Rino menghela napas. Sepertinya kejadian kecelakaan yang dilihat mereka tadi berhasil membangkitkan kenangan pahit seorang Bintang akan perempuan yang yang di cintainya itu. Perempuan yang membuatnya masih bisa berdiri hingga sekarang karena perkataan-perkataannya yang memintanya untuk hidup lebih baik darinya.
"It's okay, Tang. Dia bukan nyokap lo dan semuanya bakal baik-baik aja." Rino membisiki Bintang dengan kalimat-kalimat yang menyatakan bahwa apa yang di lihat Bintang barusan hanya sebuah kecelakaan dan tidak ada kaitannya dengan mamanya.
Setelah kejadian kecelakaan itu, memang bisa di bilang Bintang sedikit trauma jika melihat kecelakaan. Kesadarannya bisa tiba-tiba menghilang, tidak peduli dia ada dimana dan dengan siapa.
Bintang yang tak kunjung merespon Rino akhirnya membuatnya memutuskan kembali menstarter motornya, dan berjalan menjauhi kerumunan orang tersebut. Untunglah saat pergi tadi mereka memang memilih berboncengan sehingga kejadiannya akan sedikit lebih mudah tertangani seperti ini.
Yeah, this is the best option that Rino has ever thought.
***
"Lo baik-baik aja?" Rino menanyakan keadaan Bintang sembari memberikan segelas air putih yang tadi diambilnya.
Dibandingkan dengan anak-anak bengkel yang lain Bintang memang paling dekat dengan Rino, sehingga wajar jika dia paling tau sedikit kehidupan Bintang yang sangat berat. Kehidupan yang terlalu berat untuk dialami anak kecil sepertinya - dulu, sehingga menimbulkan trauma bahkan hingga sekarang.
Fyi, Bintang sebenarnya berasal dari keluarga yang cukup terpandang di negeri ini. Hanya saja kondisi keluarganya sedikit tidak harmonis dan sangat toxic jika dia tetap memilih untuk terus tinggal di sana.
Awalnya dia berpikir hubungan ayah dan ibunya yang kurang baik karena keduanya tidak punya waktu untuk saling berkomunikasi karena terlalu sibuk bekerja. Namun saat dia dulu pulang dari sekolah menengah pertamanya setelah ujian akhir, dia menemukan fakta baru bahwa alasan dibalik rusaknya hubungan keduanya bukanlah soal kurangnya waktu. Melainkan karena adanya orang ketiga yang merupakan selingkuhan papanya yang saat itu sedang jaya-jayanya setelah memasuki dunia politik.
Sejak saat itu Bintang benar-benar kehilangan respect pada ayahnya. Apalagi setelah satu tahun berlalu which is saat dia baru memasuki SMA, ibunya tiba-tiba meninggal karena sebuah kecelakaan saat berniat pergi dari rumah. Sebuah fakta yang begitu menyakitkan yang bahkan tidak juga membuat papanya sadar.
Bintang remaja benar-benar murka. Melihat ayahnya menikah lagi hanya setelah satu bulan ibunya meninggalkan mereka, tanpa permintaan izin darinya sama sekali. Dan lebih parahnya lagi ayahnya bahkan membawa seorang gadis yang tepat berumur dua tahun di bawahnya, yang ternyata adalah anak kandung atau saudara tiri Bintang. Itu berarti bahwa ayahnya sebenarnya telah menyelingkuhi ibunya bukan saat dia berjaya di dunia politik, tetapi bahkan semenjak dia masih belum melepas ketergantungannya dengan ASI mamanya.
"It's okay, Rin. thanks ya ..." Bintang berujar sembari menerima minum pemberian teman satu bengkelnya.
Rino sempat memelototkan matanya atas panggilan Bintang barusan. Namun alih-alih memprotes seperti biasanya, dia memilih mengalah dan membuat sekarang sebagai waktu pengecualian. Pengecualian yang membolehkan jika bintang ingin memanggilnya 'Rin' yang terdengar seperti panggilan untuk seorang perempuan.
***
Sebenarnya bengkel yang dimiliki Bintang saat ini adalah hasil pelariannya dari kehidupannya di rumah yang sudah tidak sudi dia tinggali. Rumah yang lebih bisa disebut neraka karena hanya tersisa kenangan buruk yang ada di dalamnya.
Bintang mengambil napas dalam. Mengedarkan pandangan pada bengkel dua lantai yang lantai atasnya di sulap menjadi seperti rumah seperti yang sedang dilihatnya sekarang. Sebuah ruang penyimpanan yang setelah di modifikasi akhirnya bisa menjadi tempat tinggal Bintang, Rino dan beberapa montir lain yang bekerja di bengkelnya yang memang tidak punya tempat tinggal.
Bintang mulai menerawang ingatannya yang tentang bagaimana perjuangannya mendirikan tempat ini. Dia yang awalnya hanya berniat membangun bengkel untuk menghidupi dirinya agar tidak lagi menerima sokongan dari papanya, dan agar bisa keluar dari tempat terkutuk itu, malah justru berakhir seperti sekarang karena dalam prosesnya ada banyak pelajaran yang ditemui dan sedikit mengubah pola pikirnya.
"Kapan ketemu psikiater lagi?" Bintang menoleh ke arah Rino yang ternyata sedari tadi masih duduk tenang di sebelahnya.
"Minggu depan." Jawabnya singkat.
Bintang memang secara rutin menemui psikolog untuk menghilangkan ilusinya ketika melihat sebuah kecelakaan. Apapun kecelakaan yang dilihat oleh kedua matanya, yang terbayang dalam pikirannya adalah kecelakaan mobil yang menimpa mamanya hingga tewas.
Dan alasan kenapa dia lebih memilih menemui psikiater daripada psikolog karena memang masalahnya lebih banyak menangani kondisi psikologis yang cukup berat dari traumanya saat melihat kecelakaan, yang kadangkala juga membutuhkan beberapa resep obat sebagai penenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleandra
Roman pour Adolescents"Ya, open BO nggak?" Gila! Alea hampir melempari laki-laki yang barusan berbicara itu dengan buku cetak setebal 350 lembar lebih yang ada di tangan kanannya. Bagaimana bisa mulutnya begitu lancar mengatakan hal menjijikan seperti itu pada perempuan...