Not a Good Person

89 10 0
                                    

Gimana kabar kalian?


Alea mengambil napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Membenarkan posisi sling bag di lengan kanannya, lalu menuruni anak tangga dengan perasaan yang sedikit lebih tenang. Bahkan ketika berjalan kepalanya juga mendongak, seolah menunjukkan kepada semua orang bahwa dia bukanlah seorang pecundang. Dia adalah perempuan yang kuat. Gadis baik-baik yang tidak bisa diperlakukan semena-mena, apalagi direndahkan oleh orang lain yang bahkan tidak berkontribusi dalam hidupnya. 

"Lo bener, Mas. Gak ada yang salah dengan keinginan menyelamatkan diri sendiri." Gumamnya sembari menarik kedua sudut bibirnya ke samping.

Setelah menemui bagian disipliner jurusan, kini Alea sudah bisa hidup tenang. Dia menjelaskan dengan detail apa yang sebenarnya terjadi, juga asal muasal kenapa rumor buruk bisa melanda dirinya. Bahkan dia juga mengikuti saran tidak langsung dari Seno, sebab hanya dengan cara itu dia bisa membuktikan bahwa semua tuduhan yang diarahkan padanya memang tidak benar.

Toh pada dasarnya baik dan buruk itu juga tergantung sumber kebenarannya, juga POV seseorang dalam melihatnya. Oleh karena itu, dia percaya bahwa menunjukkan sifat asli seseorang bukanlah sebuah kejahatan, meski kebenarannya bisa menghancurkan masa depan orang tersebut.

"Sori, tapi lo yang memaksa gue buat bertindak sejauh ini," kali ini dia meminta maaf untuk dia, seseorang yang sudah menebarkan fitnah padanya, yang mungkin kini sedang terpojokkan di ruangan ber-AC yang baru ditinggalkannya beberapa saat yang lalu.

Masih dengan aura penuh percaya dirinya, dia terus berjalan melewati para mahasiswa. Bahkan suara bisik-bisik mereka yang pasti sedang membicarakannya itu pun tak dia hiraukan. Dianggapnya sebuah angin lalu yang tidak perlu digubris, apalagi sampai mendapatkan perhatiannya.

"Ya," Alea menghentikkan langkah. Merasa ada seseorang yang memanggil namanya, dia menoleh. Lalu tersenyum ketika melihat sosok yang sedang melambaikan tangan padanya.

Seseorang tersebut berlari ke arahnya. Terlihat sangat antusias, terbukti dari dua bola matanya yang berbinar. "Gimana tadi? semua aman kan?" tanyanya. Suaranya masih tidak begitu jelas, sebab nafasnya masih tidak beraturan karena berlari-lari.

"Of course. Everything is good." 

Perempuan yang ada di hadapannya tersenyum. Sangat terlihat ekspresi leganya ketika mendengar bahwa permasalahan pelik sahabatnya sudah teratasi. "Bagus, udah gue duga."

Alea tersenyum. Dari banyaknya ketidakberuntungan dalam hidupnya, setidaknya apa yang ada di depannya ini adalah salah satu hal yang patut disyukuri. "Thanks ya, Ta. Udah jadi salah satu orang yang berdiri di sisi gue."

"Gue selalu bersyukur karena punya lo," lanjutnya.

Aleta yang ada di hadapannya mengangguk. "Kaya siapa aja sih, Ya. Namanya temen harus saling percaya, right?"

Alea mengangguk.

"Rayain yuk!" Celetukan Aleta membuat dahi  Alea mengernyit. Pasalnya perubahan obrolannya terlalu signifikan, jadi dia harus mencernanya lebih dulu.

"Konteks?"

"Merayakan kejadian apa? something good happen?" tanyanya.

Aleta mendengkus. "Yes, of course."

"What is that?"

"No. You should says, who is she?"

"What do you mean?" tanya Alea tak paham.

"It's you, Ya. Something good happened with you.

"Sesuatu yang perlu dirayakan itu lo, keberhasilan lo mengembalikan nama baik."

Alea semakin dibuat bingung. "Maksud lo merayakan gue yang udah gak dicap ani-ani lagi?"

Aleta meringis, lalu mengangguk. "Unfortunatelly yes."

"Yuk," Aleta menarik tangan Alea. Meski Alea belum menjawab, dia tahu bahwa perempuan itu tidak akan menolaknya. Alea adalah gadis yang sebenarnya polos, dan sangat percaya pada seseorang yang sudah dia putuskannya untuk dipercayai.

Alea membenarkan posisi tasnya, tetapi tetap mengikuti langkah Aleta yang cukup cepat itu. Dia sangat fokus dengan aktivitasnya, tanpa menyadari bahwa ada senyum yang berbeda yang ditunjukkan oleh sahabatnya. 


AleandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang