Rape Culture

1.5K 210 16
                                        

Rape culture adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu masyarakat ataupun lingkungan yang terkesan menyepelekan tindak pelecehan seksual (Source: Oxford Dictionaries).  Dibandingkan dengan menyalahkan pelaku pelecehan, budaya rape culture justru malah cenderung menyalahkan korban sehingga kerap juga di sebut dengan istilah victim blaming.

Dalam lingkungan sosial di masyarakat, pada umumnya jika terjadi kasus pelecehan seksual maka akan terbentuk dua kubu besar yang saling bertolak belakang. Kelompok yang mendukung penuh korban yang berani untuk speak up di muka publik dan menghujat si pelaku agar di berikan hukuman sebesar-besarnya, atau kelompok pemaaf yang mendukung pelaku berubah menjadi lebih baik (namun tetap tidak membenarkan perilakunya) tetapi sedikit memojokkan korban dengan berbagai asumsi yang dibangunnya sendiri.

"Ya salah sendiri perempuannya pakai baju terbuka"

"Perempuannya seksi begitu, layak diperkosalah"

"Kucing kalo dikasih ikan ya masa iya ditolak"

Beberapa kalimat yang biasanya di lontarkan oleh kubu kedua yang seringkali dijumpai di kalangan masyarakat.

Lalu bagaimana dengan kasus sexual harrassment yang baru-baru ini terjadi? yang melibatkan orang-orang dalam lingkungan pesantren yang notabene adalah lingkungan yang sangat baik? yang pastinya perempuan-perempuan di dalamnya menutup aurat dan tidak menggunakan pakaian yang cukup terbuka seperti yang diasumsikan oleh sebagian masyarakat?

Of course dalam membicarakan hal semacam ini kita tetap tidak boleh menyangkut pautkan dengan hal lain yang sebenarnya tidak lagi relevan untuk dibandingkan. Dari sisi manapun, kita hanya bisa menyalahkan pelaku sebagai seorang individu atau oknum yang independen, yang tidak ada kaitannya dengan masalah etnis, agama, dan sebagainya karena sebenarnya hanyalah sebuah kebetulan jika pelaku pelecehan berasal berada di lingkungan yang dekat dengan lingkungan yang begitu agamis. 

Pelaku sexual harrasment bisa berasal dari manapun, umur berapa pun, dan juga dari jenis kelamin apa pun. Setiap orang punya probabilitas yang sama untuk menjadi korban maupun pelaku jika tidak bisa mengatasi nafsu bejatnya sendiri.

"Ya, nggak takut ketahuan lo?" 

Baru saja Alea duduk di bangku nomor tiga dari barisan paling belakang, seorang gadis cantik yang tidak diketahui namanya oleh Alea itu berujar.

Alea hanya memandangnya sekilas, tetapi tidak menanggapinya sama sekali. Dia baru saja sampai dan lebih baik menggunakan waktu berharganya menunggu dosen untuk tidur daripada meladeni orang-orang kurang kerjaan seperti mereka.

"Tobat, Ya! Biar nggak keburu di DO." Lanjutnya yang di balas dengan cekikikan beberapa gadis lain yang berada di sebelahnya.

Alih-alih menanggapi, Alea justru menelungkupkan kepalanya ke atas meja dengan menggunakan lengan kirinya sebagai tumpuan.

Mengikuti kuliah umum yang mana dia tidak bersama Aleta, Alea benar-benar tidak punya teman mengobrol sehingga lebih senang untuk tidur . Bahkan jika tidak ingat kalau jatah membolos nya sudah habis, sekarang ini dia tentu memilih untuk tidur di kamar apartemennya yang baru lunas itu.

"Eh, pura-pura nggak denger girls!" Kali ini orang yang berbicara berbeda dengan sebelumnya.

Alea mendengkus, tapi tidak dengan mendongakkan wajahnya sama sekali. Biarkan saja kelompok orang ini menganggapnya tidur sungguhan dan tidak mendengarkan omongan tidak bermutunya barusan.

"Bisa diem nggak?" tiba-tiba ada suara seorang laki-laki yang berhasil membuat kelompok orang-orang menyebalkan ini terdiam.

Beberapa anak perempuan yang ada di sebelah Alea memang tertawa-tawa tidak jelas setelah menghina gadis cantik dengan rambut sebahu itu. Namun karena suara mereka yang amat keras, sepertinya telah berhasil mengganggu ketentraman orang lain yang duduk tepat di belakang Alea dan kumpulan gadis-gadis tersebut. 

"Sori, Mas!" Ucap salah satu yang entah siapa.

Sepertinya orang yang barusan berbicara ini adalah seorang senior, karena panggilan yang di sematkan oleh gadis terakhir berbicara ini memanglah menggunakan kata 'Mas' tanpa langsung menyebutkan nama.

Alea tidak pikir panjang. Dia tetap tidak mempedulikan hal tersebut dan tetap menutup matanya hingga benar-benar tertidur.

AleandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang