Jika kamu merasa tak memiliki musuh, coba lihatlah sekitar
Tidak ada yang tahu, bahwa mungkin saja — musuh yang selama ini kamu anggap tak ada itu adalah salah satu dari orang terdekat mu- Aleandra -
Flashback
"Lo tau nggak sih kalo anak fakultas sebelah baru ditembak di kantin? bikin heboh satu kampus tau," ujar seorang perempuan yang sedang memoles ulang hasil riasannya.
Teman yang diajak berbicara kemudian menimpali, "Iya anjir. Rame banget. Nyampe masuk base."
"Tapi wajar sih, orang dia cakep banget." Ujar yang lainnya menambahkan.
Kejadian langka baru saja terjadi di salah satu kampus swasta di ibu kota. Bak kejadian di dalam drama di mana seorang laki-laki yang terkenal se antero kampus tiba-tiba mengatakan cinta di depan umum. Namun tak berakhir manis seperti kisah romansa pada umumnya, sang laki-laki justru ditolak mentah-mentah oleh si perempuan.
"Siapa sih ceweknya? gue ada lihat sih videonya. Cuma gak tau wajahnya. Kaya nggak pernah lihat gitu loh..."
"Tapi emang cakep banget sih,"
Perempuan yang memulai pembicaraan itu meletakkan lip tintnya kembali ke dalam tas. "Alea. Aleandra. Anak fisip."
Berbeda dengan kumpulan perempuan yang sedang bergosip dengan tenang di luar kamar mandi, seorang perempuan yang ada di dalam kamar mandi justru mengepalkan tangan. Emosinya cukup memuncak, sebab mendengar topik obrolan perempuan-perempuan sebelumnya. "Kenapa semua orang harus sayang ke lo, Ya."
Entah di mana letak kesalahannya, Aleandra yang sedang menjadi topik pembicaraan banyak orang — tanpa dia sendiri sadari tentu saja, kini malah harus menghadapi salah satu orang yang tidak menyukainya.
"Oh anak fisip, pantes lah. Isinya kan emang bening-bening semua."
"Mana tajir-tajir kan? wajar lah." tambah yang lain.
"Tapi setau gue dia bukan anak orang tajir sih.."
Ketiga perempuan yang sedang asyik mengobrol menoleh ke arah sumber suara. Pasalnya orang yang tiba-tiba muncul dari dalam kamar mandi ini tiba-tiba ikut bergabung di tengah-tengah pembicaraan yang masih berlangsung.
"Maksud lo gimana, ya?" tanya salah satu di antaranya.
Si perempuan menoleh dan tersenyum manis. "Sori banget nih, gue tadi nggak sengaja dengerin obrolan kalian dari dalam kamar mandi."
"Kebetulan gue anak fisip juga, jadi cuma mau bantu ngelurusin hal-hal yang kurang tepat." Jawabnya dengan mimik wajah yang terlihat tidak enak. "Sori ya, jadi kelihatan ikut campur."
Salah satu dari perempuan tersebut menggeleng. "Nggak kok, sans."
"Emang di bagian mana info yang kurang tepat?" salah satu di antaranya bertanya.
Diam-diam perempuan tersebut tersenyum. Di samping wajahnya yang kelihatan polos dan baik-baik, ternyata hatinya tidak sebaik yang terlihat.
"Ini rahasia ya," dia sedikit memelankan suara. Sengaja memberikan penekanan bahwa apa yang akan dia sampaikan adalah informasi penting yang bersifat sangat rahasia.
"Rumornya dia anak broken home, terus jadi simpenan om-om. Makanya bisa perawatan mahal sama pake barang branded terus."
Kontan tiga orang yang mendengar informasi tersebut terkejut. Dan dari obrolan singkat tak berbukiti itu lah, rumor seorang Aleandra seorang perempuan simpanan dimulai.
***
"Kak, kak Ale beneran bisa naik motor kan?" Meimei yang duduk di boncengan terdengar khawatir. Pasalnya gaya berkendara Alea sangat unik hingga membuatnya takut.
Kecepatan motornya sangat pelan, tapi rasanya motonya berjalan dengan tidak seimbang hingga membuat Meimei sedikit ketakutan.
"Bisa dong, Mei. Kamu tenang aja. Kakak jago kok." Jawab Alea sembari menepuk pelan dadanya dengan tangan kiri.
"Kak jangan dilepasin tangannya dari setang .." teriak Meimei. Dengan dua tangan saja, kemampuannya bahkan sudah mengkhawatirkan. Apalagi dengan satu tangan, Meimei khawatir mereka tak akan sampai di bengkel dengan keadaan baik-baik saja.
"Iya-iya, kakak bisa kok. Kamu tenang aja. Percaya sama kakak." Meimei merapatkan pegangannya di pinggang Alea. Hal ini membuat Alea tersenyum karena perempuan kecil yang di belakangnya ternyata benar-benar takut dengan gayanya berkendara.
Jujur dia sendiri tidak yakin. Sudah sangat lama sejak terakhir kali dia naik motor. Namun informasi dari Kak Helen yang mengatakan bahwa jalan menuju bengkel customer ini bisa ditempuh tanpa melalui jalan raya, membuat dia yakin untuk mengendarai motor bersama dengan Meimei. Untunglah sejauh ini belum terjadi apa-apa, dan semoga mereka berdua juga bisa sampai tujuan dengan selamat.
"Belokan depan ambil yang mana, Mei?"
"Kanan, Kak."
"Oke, meluncur." Entah hanya perasaannya saja atau bukan, rasanya jalan yang saat ini mereka lewati terasa tidak asing di ingatan Alea. Dia merasa pernah melewati jalan tersebut, tetapi dia lupa kapan dan dengan siapa dia melewatinya.
"Ini beneran, Mei?"
Mei-mei yang masih memeluk pinggang Alea dengan erat menjawab. "Beneran kak. Orang aku udah sering banget lewat sini bareng bunda."
"Nanti setelah belok kanan, kita tinggal lurus terus nyampe deh ke bengkelnya Bang Bin."
"Hah? bonbin?" Jawab Alea bingung. "Kok jadi kebun binatang sih, Mei?"
"Bukan kebun binatang, Kak. Bang Bin. Bukan bonbin."
Alea hanya manggut-manggut saja. Entah dengar atau tidak, dia hanya tidak mau menganggu Meimei yang sedang fokus mengkhawatirkan keselamatannya.
Alea mencoba berpikir hal lain. Dia mencoba mengingat-ingat kapan tepatnya dia pernah melewati jalan ini. Bengkel, cowok tampan, Bang Bin.
Anjir!
Ini customer langganannya emaknya Meimei bukan Bintang kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleandra
Teen Fiction"Ya, open BO nggak?" Gila! Alea hampir melempari laki-laki yang barusan berbicara itu dengan buku cetak setebal 350 lembar lebih yang ada di tangan kanannya. Bagaimana bisa mulutnya begitu lancar mengatakan hal menjijikan seperti itu pada perempuan...