Selama ini Bintang tidak pernah menganggap penting hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Dia bahkan tidak berpikir bahwa hidupnya sendiri penting, sebab sudah tak ada lagi orang yang benar-benar peduli dengannya.
Entah sejak kapan dia berpikiran seperti itu, nyatanya dia sudah tak ingat lagi. Meski enggan mengakui, Bintang masih sadar bahwa kondisinya yang seperti itu tidak baik. Dan ternyata juga sangat berpengaruh terhadap jiwanya yang memang bisa dikatakan agak kacau sedari awal.
Bintang merasa sendirian, dan dia takut untuk ditinggalkan.
"Mama..." matanya tak berkedip memandang sepasang bola mata jernih dihadapannya. Sementara sang pemilik pun diam — heran sekaligus bingung karena laki-laki yang duduk di depannya itu memandangnya dengan penuh kerinduan.
"Bintang?"
"Hei," lanjutnya saat tak mendapat respon apapun dari laki-laki yang pernah menolongnya itu. Dia bahkan melambai-lambaikan tangannya untuk memastikan. "Lo Bintang, kan?" Meski mereka sudah bertemu dua kali, dia tetap bertanya untuk memastikan bahwa dia memang tidak salah mengenali orang.
Baru saat Alea — gadis yang sejak tadi bertatapan dengan Bintang itu memastikan keraguannya, Bintang kembali sadar ke dunia nyata. Keningnya berkerut heran, tanda bahwa dia sedang mengingat siapa perempuan asing yang ternyata mengenalinya itu.
"Gue Alea, cewek yang pernah lo tolong itu." Menyadari bahwa Bintang sedang mengingat-ingatnya, Alea berinisiatif untuk mengenalkan diri. Mengingatkan Bintang bahwa dia adalah perempuan yang dibawanya ke rumah bengkel beberapa waktu yang lalu, juga yang belum lama ini bertabrakan dengannya ketika ingin menghadiri kuliah tamu.
Bintang mengangguk-angguk, lalu menerima uluran tangan Alea yang ingin membantunya untuk berdiri. "Thanks," ujarnya berterima kasih.
Alea tersenyum, "Sama-sama,"
"Mata lo bagus!"
"Sori, kenapa?" Alea tidak yakin dengan apa yang baru Bintang katakan. Namun saat ingin memastikan, Bintang justru menggeleng tanpa ada niatan untuk memberi tahu.
Alea yang menyadari keengganan Bintang untuk membahas lebih jauh pun hanya mengendikannya bahu. Toh sepertinya juga bukan hal penting, jadi dia juga memilih untuk tidak ambil pusing.
"Bintang!" Bintang menoleh ke arah sumber suara. Melihat papanya yang memanggil dengan intonasi yang tidak biasa, dia hanya mendengkus. Lalu memilih untuk memalingkan wajah dan menghadap Alea, "Gue duluan ya," ucapnya sembari berlalu pergi. Meninggalkan Alea yang kebingungan karena sikapnya yang terlihat begitu aneh itu.
***
Aleandra
Alea tidak tahu yang sebenarnya sedang terjadi. Hari ini kesialan seolah sedang mengikutinya, sebab dari pagi nasibnya tidak terlalu baik.
Bangun kesiangan hingga akhirnya memilih untuk membolos kuliah, ban mobilnya bocor saat ingin mencari makan siang, hingga menabrak laki-laki di restauran — yang belakangan dia tahu bahwa laki-laki yang ditabraknya itu adalah Bintang, sosok yang pernah menolongnya saat dia hampir dilecehkan oleh orang-orang tidak dikenal. Namun yang terjadi dia justru ditinggalkan. Benar-benar miris jika kembali diingat.
Alea memandang bingung laki-laki paruh baya yang terlihat kesal. Entah siapanya BIntang, yang bisa dia tangkap jelas adalah dua orang itu sepertinya tidak memiliki hubungan yang begitu baik.
Alea mengedikkan bahunya, lalu memilih berjalan masuk sesuai dengan niat awalnya. Mencari makanan untuk makan siang sekaligus makan malamnya nanti. "Bukan urusan gue juga,"
***
Bintang
Bintang hampir saja kehilangan kendali. Kesadarannya bahkan hampir sepenuhnya hilang setelah melihat kedua bola mata perempuan itu.
Namanya Alea, perempuan yang pernah dia tolong beberapa waktu lalu. Perempuan pertama yang masuk ke kamarnya, yang bahkan dengan sadar dia membiarkannya berbaring di sana, saat dia bahkan tak pernah membiarkan orang lain untuk memasuki area privasinya itu.
Bintang mengaku mengaku bahwa ada sesuatu di dalam diri Alea. Entah apa tepatnya, yang jelas sesuatu yang mengingatkannya dengan sosok mama yang sangat dia rindukan.
Alea memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang lain, dan itu baru dia sadari ketika mereka bertabrakan untuk yang kedua kali.
"Akhirnya aku tau sesuatu itu. Sepasang bola mata jernih yang sangat aku kenali, sangat cantik dan sangat indah untuk dilihat. Semoga kita bisa bertemu kembali, Alea!" Batinnya sembari berlalu pergi ke luar restauran. Meninggalkan Alea yang diam kebingungan karena sikapnya yang mungkin terlihat aneh.
Saking lamanya gak pernah update, aku sampai hampir lupa sama jalan ceritanya gaes!
Terima kasih buat semua orang yang udah nungguin Alea ya...
Karena ceritanya agak sedikit beda sama cerita yang biasanya aku buat, jadi aku harus baca² dulu buat nulis.Semoga tidak membosankan ya,
Anyway, karena masih suasana lebaran aku mau minta maaf juga.
Minta maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan yang selama ini sudah aku lakukan.
Semoga kalian selalu baik² aja, sehat selalu, dan juga bahagia.
Yang mau voucher buat beli karyaku di karya karsa, jangan lupa follow terus DM aku ya.
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleandra
Teen Fiction"Ya, open BO nggak?" Gila! Alea hampir melempari laki-laki yang barusan berbicara itu dengan buku cetak setebal 350 lembar lebih yang ada di tangan kanannya. Bagaimana bisa mulutnya begitu lancar mengatakan hal menjijikan seperti itu pada perempuan...