Buat yang selama ini nunggu Aleandra update, ini aku udah update ya cantik!
Jangan lupa feedbacknya pake vote dan komentar kalian biar aku tau kurangnya dimana
Banyaknya komentar berpengaruh tehadap lama enggaknya update part baruSelamat membaca
Kalo mau sama mau, apa masih di sebut kekerasan?- Angkasa -
Menyandang sebagai orang yang cukup antisosial bukan berarti membuat Alea tidak punya seorang pun teman. Selain berteman dengan Aleta, dia juga punya teman lain bernama Angkasa, atau mungkin bukan. Mengapa dia menyebutnya seperti itu? karena selain belum pernah bertemu langsung dengan orangnya dia juga hanya mengenalnya di anonymous chat bot telegram yang dia lakukan ketika sedang membutuhkan teman.
"Anjir! Separah itu?" tulis Alea pada kolom chatnya bersama orang yang mengaku bernama Angka itu.
Meski tidak saling mengenal, dia memutuskan untuk bertukar ID dengan Angka karena obrolan mereka cukup nyambung. Apalagi dia juga mendapatkan banyak perspektif yang berbeda dari Angka sehingga dia merasa senang berkirim pesan hingga bisa dibilang bahwa keduanya sudah berteman dan bukan hanya sekedar orang asing yang saling menyapa di anonymous chat.
"Tapi gue bingung sih, kenapa ya banyak banget kasus sexual harrasment?"
"Itu karena fetish." balasan yang diterima Alea dari Angka.
Fetish adalah sebuah kondisi ketika seseorang merasakan kepuasan atau gairah seksual dari objek-objek yang sifatnya bukan genital atau bukan kelamin, dan bisa melibatkan benda mati atau pun benda hidup. Seseorang yang memiliki fetish tertentu akan menjadi terangsang secara seksual hanya dengan memakai atau menyentuh objek yang menjadi fetishnya, seperti kaki, payudara, bokong, atau bayangan ketiganya yang berada di balik tubuh perempuan yang memakai pakaian tertutup.
Fetish bisa menggantikan aktivitas seksual atau bisa juga diintegrasikan ke dalam aktivitas seksual yang dilakukan. Orang dengan gangguan fetish biasanya butuh memegang, menggosok, mengecap, atau bahkan mencium benda fetish untuk kepuasan seksual mereka. Bahkan untuk beberapa kasus tertentu, pelaku akan meminta pasangannya untuk mengenakan objek yang menjadi fetisnya selama aktivitas seksual mereka, seperti having sex dengan menggunakan pakaian tertentu atau harus dengan kekerasan (dipukul atau disiksa lebih dulu).
"Tapi jatohnya tetep kriminalisasi nggak sih? Fetishnya ngerugiin orang anjir!"
"Gue nggak kebayang sama korbannya." lanjut Alea sembari mendudukkan diri di sofa ruang apartemennya.
Sebagai perempuan yang di cap 'nakal' oleh lingkungan, dia sadar betul tekanan yang dialami oleh perempuan yang menjadi korban. Bahkan untuk dia yang sudah terbiasa pun, tetap tidak mudah untuk bersikap biasa ketika mendapat siulan atau candaan yang mengarah ke seksualitas. Apalagi untuk perempuan yang sudah menjaga dirinya dengan baik seperti menggunakan pakaian tertutup, dia tidak sanggup membayangan rasa sedih seperti apa yang akan diterima ketika menjadi korban kekerasan sosial yang berujung pemerkosaan.
"Gue kasih tau ya. Di twitter ada yang bikin konten gini."
"Banyak cowok yang lebih sange lihat yang berhijab, dan bahkan nge-reach 80% diantara partisipannya setuju sama statement itu."
"Kalo dari pandangan lu pribadi gimana?" Alea memilih untuk menannyakan pendapat dari Angka karena dia lebih penasaran dengan pandangan teman online nya ini. Dia penasaran dengan pandangan subjektif Angka sebagai seorang laki-laki karena dia tidak bisa menanyakannya kepada Seno.
Meski terkesan cuek dan tidak peduli dengan sekitar, nyatanya seorang Aleandra memang sering mengamati orang-orang di sekelilingnya hingga dia sadar betul bahwa praktek catcalling yang sering dia dapatkan juga diterima oleh perempuan lain, even mereka yang memang berpakaian tertutup tidak seperti dirinya.
"Capek banget sumpah!" Tanpa menunggu balasan dari Angka, Alea meletakkan ponselnya di atas meja, lalu bejalan menuju dapur untuk mengambil segelas air putih.
Ting!
Suara dari ponselnya menunjukkan bahwa Angka sudah membalas pesan yang dikirimkannya.Alea mendudukan kembali tubuhnya ke atas sofa. Mengambil ponsel, membukanya lalu membalas pesan yang baru masuk tersebut. "Kalo gue pribadi nggak punya pandangan khsusus sih, Le. Namnya cowo emang sifatnya gitu. Semakin dia penasaran ya dia juga semakin berani cari tau." Angka memanggil Alea dengan sebutan Le karena sejak awal mereka berkenalan dia menyebutkan dirinya bernama Ale.
Ale adalah pilihan nama yang cukup baik karena Angka tidak akan tahu nama lengkapnya, namun di sisi lain juga tidak membuatnya berbohong karena Ale masih menjadi bagian dari nama yang disandangnya selama ini.
"Nggak heran kalo ada banyak kasus pemerkosaan yang korbannya pada pake pakaian tertutup." tulis Angka di kolom chat mereka.
Alea meneguk minumannya, lalu gantian meletakkannya di atas meja yang tadi dia gunakan untuk meletakan ponsel. "Gue jadi mikir gini sih, Ka."
"Perkara kaya gini emang bukan masalah apa yang di pake sama ceweknya."
"Catcalling bisa dialami siapa aja. Nggak peduli pakaian si perempuannya tertutup atau gak." Entah alasannya apa, Alea memang cenderung lebih terbuka dengan Angka. Mungkin karena keduanya tidak saling mengenal secara real, atau memang karena obrolan mereka yang selama ini nyambung dan berhasil membuat Alea yang biasanya tertutup menjadi lebih terbuka,
"Tapi tetep sih, Le. Ikan gak akan makan kail kalo nggak ada umpannya."
"Sori nih gue berpendapat gini."
"Tapi pakaian cewek sekarang juga menurut gue aneh-aneh." Alea tidak begitu menangkap pesan kedua yang dikirimkan oleh Angka. Dia hanya menduga bahwa itu menjurus ke model pakaian yang menutup tapi tipis/menerawang, atau model lain yang sejenisnya. Tertutup tapi memperlihatkan lekuk tubuh si perempuan dengan jelas.
"Tetep aja jenis pakaian apapun yang di pake si cewek nggak bisa membenarkan perlakuan kaya gitu, Ka."
"Kenapa sebagai cowok dia nggak jaga pandangannya aja ya!" Dari obrolan biasa kini sudah menjadi sedikit panas karena keduanya berbeda pandangan dalam menyikapi hal.
"Nggak munafik, Le."
"Sebagai cowok nggak bakal nolak pemandangan yang ada di depan mata, dan nggak semua cowo juga bisa jaga pandangan kaya yang lo suruh."
"Balik lagi ke fetish, kalo si cowok emang udah terlanjur sange lihat gituan dan nggak punya cukup 'bekal' buat tahan diri menurut lo apa yang bakal terjadi?"
Membicarakan permasalahan yang cukup sensitif sudah menjadi obrolan biasa bagi Alea dan Angka. Entah kapan mulainya, yang jelas diantara mereka sama-sama open minded dan tidak merasa bahwa obrolan semacam ini tergolong tidak senonoh. Baik Alea dan Angka memandang bahwa berbagi perspektif dalam memandang suatu problem bisa dijadikan pembelajaran, meski tidak jarang berujung saling debat karena membenarkan perilaku dari gendernya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aleandra
Teen Fiction"Ya, open BO nggak?" Gila! Alea hampir melempari laki-laki yang barusan berbicara itu dengan buku cetak setebal 350 lembar lebih yang ada di tangan kanannya. Bagaimana bisa mulutnya begitu lancar mengatakan hal menjijikan seperti itu pada perempuan...