Bingkai Sembilan

425 97 23
                                    

Layaknya orang yang ingin menghilangkan semua beban yang ada, Bara dan teman-temannya asik mengikuti alunan musik yang berdentum keras. Tubuh mereka bergerak mengimbangkan setiap tempo yang dimainkan oleh sang DJ. Tak hanya mereka, semua pengunjung hitjump melakukan hal yang sama, membuang penat dan bersenang-senang.

Bara menyudahi gerakannya, dengan sedikit terengah dirinya kembali ke table untuk melepas dahaga lalu beranjak menuju ke toilet. Saat kembali dari toilet, Bara melewati beberapa table, hingga netranya tanpa sengaja melihat seseorang yang dia kenal-Jeressa. Perempuan itu tengah tertidur pulas padahal musik masih terdengar sangat keras.

Bara berdecak, kemudian tersenyum seraya kepalanya menggeleng kekanan dan kekiri. Dia menghampiri Jeressa, duduk disebelahnya lalu mengamati wajah damai perempuan itu. Hampir tiga menit Bara hanya diam mengamati, sampai akhirnya duduknya ia rapatkan lagi karena kepala Jeresa yang kian menunduk. Tangannya terulur, menggapai kepala Jeressa untuk dia sandarkan ke bahunya.

Sudah hampir dua puluh menit mereka dalam posisi itu, sampai akhirnya Jeressa terbangun dengan menampakkan wajah bingung karena Bara ada didepannya. Keduanya terlibat percakapan kecil, seperti Jeressa yang bertanya kenapa Bara ada di table-nya, lalu Bara yang meledek Jeressa karena bisa-bisanya perempuan itu tidur ditempat dimana orang seharusnya bersenang-senang, hingga akhirnya sekarang keadaanya berbalik. Kini Bara menjadikkan bahu Jeressa sebagai tumpuan kepalanya, lelaki itu berniat tidur dan meminta Jeressa untuk membangunkannya setelah sepuluh menit.

Tidak banyak yang bisa Jeressa lakukan selain menurut, karena sekarangpun dirinya justru membiarkan Bara tertidur pulas dibahunya.

"Ngatain gue bisa tidur ditempat rame, tapi sendirinya pules banget tidurnya." Gumam Jeressa sampai selang beberapa detik dirinya mengumpat karena kedua sahabatnya datang dengan wajah menuntut penjelasan. "Mampus gue.." Gumamnya, "Panjang urusannya ini mah."

"Wah..wah.." Wendelyn terperangah. "Lo? Bara? kenapa bisa..." Dia menunjuk posisi Jeressa dan Bara.

"Jelasin Je! Kenapa lo sama Bara bisa lengket begitu?!" Sambung Boby.

"Ssttt... nanti gue jelasin." Kata Jeressa pelan. "Udah sana lanjut joget."

"Jelasin sekarang." Tuntut Wendelyn.

"Nggak bisa Lyn, kan ada orangnya. Gue janji habis dari sini gue jelasin." Jeressa bahkan mengangkat jarinya dan membentuk huruf v. "Janji, sumpah."

"Bob, foto dulu buat jaminan." Suruh Wendelyn dan Boby menurutinya.

"Kena lo." Kata Boby, membuat Jeressa mendengkus kesal.

"Byeee, kita mau have fun lagi." Pamit Boby.

"Awas! Kalian jangan macem-macem." Wendelyn memperingati sebelum dirinya Kembali bergabung diantara kerumunan.

"Siapa juga yang mau macem-macem." Sungut Jeressa.

"Temen lo bawel juga ya." Ujar Bara pelan. Jeressa yang mendengar itu seketika menoleh. "Lo udah bangun?"

Bara membenarkan posisi, sekarang sudah duduk seperti biasa dengan punggung yang bersandar di sofa. "Gue nggak tidur tuh."

"Hah???"

"Hmm." Kepala Bara mengangguk-angguk. "Gue nggak bisa tidur di tempat rame."

"Ya terus kenapa lo.....???"

"Sengaja." Katanya dengan tersenyum.

"Rese lo ya!"

"Marah-marah mulu." Katanya.

Jeressa memutar bola matanya malas, "Terus ngapain masih disini?" Tanya Jeressa tanpa melihat kearah Bara.

"Nggak boleh ya?"

SOLITUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang