Bingkai Sembilan Belas

192 40 9
                                    

Setelah puas keduanya saling tatap, kini hanya ada keheningan diantara mereka berdua. Dan sekarang, Jeressa dikejutkan dengan tindakan lain dari seorang Bara.

Jeressa memundurkan langkahnya ketika Bara semakin mendekat ke arahnya, sedangkan tangannya siaga ke depan untuk berjaga-jaga.

Takut terjadi sesuatu yang tidak-tidak.

"Bar..." Lirihnya ketika lelaki itu semakin menatapnya intens dan juga melakukan suatu hal yang membuat nafas Jeressa tiba-tiba tercekat.

Bara mendaratkan jari-jarinya pada wajah Jeressa, mengelus lembut pipinya lalu beralih pada bibir bawahnya. "Bar, jangan please." Mohonnya, bermaksud untuk Bara menghentikkan tindakannya lalu melirik ke ruang tengah, takut jika kedua sahabatnya melihat mereka dan berpikir yang tidak-tidak.

"Jangan gimana?" Tanyanya parau. Bara menghentikan elusannya lalu menatap Jeressa lekat. Tatapan yang bahkan baru kali ini Jeressa lihat dari seorang Bara.

"Jangan begini?" Katanya lagi namun setelahnya melakukan hal yang tak Pernah Jeressa duga.

Bara, dia tanpa aba-aba mencium Jeressa tanpa permisi, membuat perempuan itu mematung dan tak tau harus berbuat apa. Otak warasnya seakan lenyap begitu saja, pun dengan tenaga yang terserap bersamaan dengan permainan bibir Bara yang semakin dalam memagut milik Jeressa.

Jeressa tanpa sadar ikut naluri dan turut memejamkan matanya seperti yang Bara lakukan. Tanpa sadar pula kedua tangannya ia julurkan untuk mendekap leher Bara. Membuat keduanya kini semakin dekat tanpa jarak sedikitpun.

Mereka berdua lupa dengan keadaan sekitar, suara bising pun serasa teredam. Membuat Jeressa juga tanpa sadar mengabaikan sesuatu yang sedari tadi sudah berteriak meminta perhatian.

"Jeressaaaaaaaa." Teriak Wendelyn. "Gila !!"

Dan ditengah pagutannya itu Jeressa merasakan sakit di lengan kanannya, membuatnya mengaduh lalu melepaskan tautan diantara dirinya juga Bara.

"Bangun nggak lo?!"

"Hah?"

"Hah heh hah heh. Bangun Woy!!"

Dan detik itu Jeressa terbangun dari tidurnya, membuatnya sadar jika apa yang terjadi antara dirinya dan Bara hanyalah mimpi belaka.

Dia melihat kesamping dan mendapati Wendelyn sudah menatapnya dengan raut wajah kesal. "Tumben banget lo kebo? Buruan mandi, telat nanti." Ujarnya lalu berlalu begitu saja, meninggalkan Jeressa yang diam meruntuki mimpinya.

"Astaga.." Gumamnya tak lupa mengusap wajahnya kasar.

Dia beranjak dari ranjangnya untuk bersiap membersihkan diri, dan sesampainya di dalam kamar mandi, Jeressa menatap cermin untuk memerikasa keadaan dirinya, yang mana justru membuat bayangan mimpi itu kembali muncul.

Jeressa meraba bibirnya saat mengingat cumbuan tak nyata itu, tapi kemudian dia menggelengkan kepalanya, meruntuki dirinya yang bisa-bisanya membayangkan hal itu terjadi. "Gila, gila, gue udah gila. Makanya kalau tidur doa Je."

***

Untuk pertama kalinya, seorang Jeressa telat masuk kelas, bersama Wendelyn pastinya, yang akhirnya kini membuat mereka berada dikantin hanya ditemani dua cup minuman peppermint tea juga makanan ringan.

Tak banyak yang Jeressa dan Wendelyn lakukan, mereka hanya sibuk memainkan ponsel untuk menghalau rasa bosannya, atau mengobrol. Dan untung saja suasana kantin tak begitu ramai. Mereka beruntung sekarang adalah jadwal beberapa kelas tengah berlangsung.

"Kita ikut kelas ke dua nih? Apa bolos aja sekalian?" Usul Wendelyn dan Jeressa menatapnya jengah. Pasalnya, sahabatnya itu meruntuki Jeressa karena sudah membuat mereka telat masuk kelas, tapi sekarang ?? Dia justru mengusulkan untuk bolos dikelas berikutnya.

SOLITUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang