Bingkai Lima

403 79 6
                                    

Menjelang siang pukul sepuluh, Jeressa, Boby juga Wendelyn baru saja terbangun dari tidurnya. Semalam, Wendelyn dan Boby pikir mereka tidak akan melanjutkan menonton drama karena mood Jeressa yang tidak baik, tapi ternyata mereka salah besar. Jeressa tiba-tiba kembali masuk ke kamar dengan raut wajah yang amat sangat berbeda, seperti tidak terjadi apa-apa dan justru menyuruh para sahabatnya itu melanjutkan menonton drama hingga pukul tiga dini hari.

Ya.. meskipun mata sembabnya tidak bisa membohongi Wendelyn ataupun Boby....

Jeresa benar-benar terlihat biasa saja saat ini, Wendelyn juga sebenarnya penasaran, ingin tahu reaksi Jeressa seperti apa, apa yang ada didalam benak perempuan itu, tapi niatnya ia urungkan, rasa ingin tahunya takut kembali menyinggung perasaan sahabatnya itu.

Kini mereka-Jeressa juga Wendelyn sudah selesai membersihkan diri, dan sekarang sedang melaksanakan keharusannya sebagai seorang perempuan tulen-memakai lotion, skin care dan rangkaian tetek bengeknya. Tersisa Boby yang saat ini masih setia berada di dalam kamar mandi seraya melaksanakan konser mini.

Jeressa memakai make up tipis, dengan setelan baju oversize warna cream dan celana jeans hitam, tidak lupa sneakers putih kesayangannya. Sekarang, baik Jeressa maupun Wendelyn, mereka sudah sama-sama siap dan rapih.

Seraya menunggu Boby yang belum selesai, Wendelyn memainkan poselnya, begitu juga dengan Jeressa, ia membuka laman instagramnya hanya untuk melihat bagian explore. Kegiatan men-scroll terus ia lakukan, sampai pada akhirnya ingatannya bekerja dan mengingat tentang kejadian semalam. Jeressa terdiam sejenak, entah apa yang ia pikirkan, tapi setelahnya.. jari lentiknya mengarah ke bagian tombol search, dengan ragu-ragu Jeressa mengetik nama depan orang itu, hingga tanpa menuntaskan ketikannya, nama akun tersebut sudah muncul.

Ibu jari Jeressa tertahan, mengambang diudara ketika hati dan pikirannya bergelut menyuruhnya untuk tidak membuka akun itu, tapi ada rasa penasaran yang menggebu untuk kembali memastikan bahwa yang ia lihat semalam itu salah. Jeressa masih berharap jika postingan lelaki itu masih sama seperti yang lalu, masih sama seperti yang Jeressa lihat terakhir kalinya.

Namun salah.... Jeressa menegang ketika ibu jarinya berhasil membuka akun itu, akun yang jumlah postingannya sudah bertambah satu sejak lima bulan terakhir, dengan hati-hati Jeressa menekan postingan terkahirnya, memberanikan diri untuk melihat juga membaca caption yang cukup membuat dirinya sesak.

Apa ini balasan dari penantian dia selama bertahun-tahun? Dia yang menyuruhnya menunggu, tapi dia juga yang meninggalkannya begitu saja. Sejahat itukah dia?

Jeressa mencoba menguatkan hati meskipun merasa sesak ketika lelaki yang dulu berjanji untuk kembali lagi, tapi nyatanya memposting sebuah berita bahagia berupa kabar pertunangannya yang entah dengan siapa. Satu hal yang merupakan kabar bahagia namun menjadi sebuah derita bagi Jeressa.

Jeressa mematikkan ponselnya, tarikan nafasnya juga kian memberat. Ia alihkan dengan berdehem sesekali, salah satu cara agar dirinya dapat menetralkan segala perasaan kacaunya, meskipun sebenarnya Jeressa sudah siap menumpahkan air mata akibat sesak yang ia rasa. Jeressa tidak sekuat itu, tapi dengan pertahanan yang ia punya, Jeressa berusaha keras untuk menahan dirinya agar tak terlihat lemah didepan sahabatnya.

Setidaknya ia tidak ingin menangis lagi sekarang.

Pintu kamar mandi terbuka, Jeressa seketika menoleh dan mencoba menutupi perasaan kacaunya dengan menggoda Boby. "Udah konsernya Bob? Berapa ribu yang nonton?"

"Lumayan, kecoa sama cicak sih."

"Enak aja, kamar mandi gue bersih ya!"

"Canda sayang."

SOLITUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang