Jumat sore pukul tiga, waktu dimana Jeressa kadang menyempatkan diri untuk datang ke makam dan sekarang perempuan itu tengah berjalan menuju kesana, berjalan melewati beberapa makam hingga akhirnya sampai ditempat peristirahatan terakhir sang mama. Setibanya disana, Jeressa menatap bingung gundukan makam itu, karena ada yang berbeda dari biasanya.Jeressa menaruh alas lalu duduk disana, kemudian tangannya terulur menyentuh bunga hortensia yang tergeletak diatas makan ibunya. "Ada orang kesini?" Tanyanya pada diri sendiri. "Nggak mungkin papa kan? soalnya bunganya beda," berfikir sejenak lalu kembali bergumam, "temen mama kali ya."
Jeressa kembali menaruh bunga itu, ia juga turut membawa bunga kesukaan mamanya - anggrek putih, dan ia tempatkan disamping bunga hortensia.
"Sore ma.." Sapanya diawal. "Tadi temennya jenguk ya ma? Keliatan bunganya masih seger." Katanya, dan setelah itu dirinya mulai membersihkan makam, yang kemudian berlanjut memanjatkan doa. Perempuan itu berdoa dengan tangan mengadah seraya memejamkan mata, terlihat dirinya benar-benar begitu tulus mengucap doa untuk sang ibunda.
Kata Amin sudah terucap dan Jeressa menyudahi doa itu dengan seulas senyuman. "Ma... maaf hari ini aku nggak bisa lama-lama soalnya udah janji mau anter Wendelyn nyari kado buat tante Diana. Nggakpapa kan ma?" Katanya, "Jeressa pamit dulu ya ma. Dah mama."
***
"Tas?" Tanya Jeressa ketika Wendelyn menyeretnya ke sebuah store tas dengan merk ternama.
"kemarin nyocap gue ngode, katanya pingin sesuatu yang dijinjing, terus bisa buat naruh dompet, make up, multifungsi, gitu-gitu. Apalagi kalau bukan tas?"
"Itu sih bukan ngode lagi." Balas Jeressa seraya tertawa. "Mama lo bener-bener ya! Nggak tanggung-tanggung ngasih kode."
"Totalitas nyocap gue."
Jeressa masih tertawa seraya matanya mengedar ke setiap etalase. "Warna cream bagus tuh," Tunjuknya , "cocok kayanya buat tante Diana."
"You know my mom so well. Bangga gue jadi temen lo." Kata Wendelyn seakan berdecak kagum seraya menepuk pundak Jeressa.
"Gue nggak terharu Lyn."
Point plus dalam diri Wendelyn juga Jeressa adalah, mereka bukan perempuan yang gemar menghabiskan waktu berlama-lama untuk memilih sesuatu, bahkan setibanya di mall, tanpa basa basi mereka langsung menuju ke tempat tujuan, dan sekarang tidak sampai lima belas menit, Wendelyn sudah menyelesaikan pembayarannya.
Setelah selesai membeli apa yang dimau, mereka end up di sebuah restoran jepang, berburu ramen kesukaan Jeressa juga Wendelyn. Keduanya menatap binar ketika pesanan ramen mereka datang, lalu tanpa berlama-lama lagi menyantap hidangan yang ada didepannya itu.
Bersantai dulu menjadi pilihan mereka ketika keduanya selesai makan. Posisi tempat duduk mereka berada di pojokan dan itu membuat mereka berdua bisa menjangkau untuk melihat para pengunjung disana, dan ketika Jeressa tengah bercerita, Wendelyn mendengarkan pandangan dengan mata yang tak lepas mengamati keadaan sekitar, membuatnya tanpa sengaja menangkap keberadaan dua sepasang lawan jenis yang tengah makan tak jauh dari dirinya berada.
"Je,"
"Hm?"
"Arah jam dua, si Bara sama Naura bukan sih? Yang natural dong liatnya!" Sentak Wendelyn ketika Jeressa langsung saja memutar kepalanya. "Yang natural gitu loh." Katanya lagi.
"Iya iya, natural nih, natural." Jengahnya lalu pelan-pelan mencari keberadaan dua orang yang dimaksud Wendelyn. "Lah iya, Bara sama Naura."
"Mau denger gosip nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDE
Fanfiction║Follow u/ update info dan cerita baru. ║Cover by Monolatte ║✎ Feb 2021 ║DILARANG MEM-PLAGIAT !!! ********************** Jeressa, perempuan yang mengaku takut akan kesendirian juga kesepian justru memutuskan untuk hidup sendirian. Mencoba abai da...