Bingkai Tujuh

384 86 27
                                    

Duduk dengan bersandarkan railing balkon di lantai dua, Jeressa memainkan ponselnya selagi menunggu Wendelyn dan Boby yang sekarang berada didalam layanan Mahasiswa. Sebenarnya tadi mereka datang bersama, hanya saja urusan Jeressa sudah selesai dan tinggal menunggu mereka berdua.

Jeressa mendongakkan wajahnya, ia berniat melihat kearah layanan mahasiswa untuk mengecek keberadaan kedua sahabatnya itu, namun entah darimana datangnya, pandangannya menangkap sosok Naura yang tengah berjalan kearah layanan mahasiswa seraya menatap sinis dirinya. Dia datang bersama Lula.

Bersamaan dengan itu, kedua sahabatanya keluar. Wendelyn keluar dengan raut wajah tak mengenakkan.

"Kesel banget gue sama mbak-mbak LM." Gerutu Wendelyn begitu sampai dihadapan Jeressa.

"Kenapa?" Tanya Jeressa.

"Gue kan udah transfer dari kemarin yang buat seminar. Malah duluan gue dari pada lo kan Je pas transfer?" Jeressa membenarkan. "Cuman didata mereka tuh nggak ada katanya. Ngeyel banget, terus pas udah lama ngecek ternyata ada dong, salah cek sistem. Tuh mbak-mbak malah ngecek daftar pembayaran seminar anak PR bukan anak BC!"

"Mbak Lina ?" Tanya Jeressa yang di 'iya' kan oleh Boby.

"Sabar-sabar, kan emang udah biasa begitu." Kata Jeressa.

"Ya kesel aja, wasting time banget jadinya. - by the way tadi ada si Naura sama Lula." Sambungnya setelah selesai menggerutu.

"Hm. Gue juga liat tadi."

"Mau ikut seminar juga kali ya?"

Jeressa menghedikkan bahunya, "ke kantin jadi nggak?"

"Jadi, laper banget gue." Wendelyn yang menyahuti.

"Iya sampe ngeluh perutnya sakit tadi." Boby menimpali, membuat Jeressa berdecak karena kelakuan sahabatnya yang suka melewatkan waktu sarapan.

"Lain kali sarapan lah Lyn. Jangan cari penyakit deh."

"Iya, iya. Sorry tadi pagi lupa."

***

"Langsung balik Je?" Tanya Wendelyn. Sekarang mereka bertiga sudah selesai dengan urusan perutnya.

"Masih nunggu Ratna, ada pesen case hp sama dia."

"Kelas dia kelar jam berapa emangnya?"

"Tiga katanya."

"Mau ditemenin nggak Je?"

"Nggakpapa Bob, nggak usah. Kalian kalo mau balik duluan nggakpapa, lagian gue cuma mau ambil barang habis itu pulang."

"Serius?" Boby dan Wendelyn memastikan.

"Serius. Gue tau kalian setia kawan, tapi please...nggak segitunya juga sampai harus ditemenin." Katanya terkekeh.

"Soalnya mau hujan, Je." Terang Boby yang akhirnya membuat Jeressa berpikir dua kali. "Nanti kalo kenapa-kenapa gimana?"

"Kita tungguin aja ya? kalo misalnya hujan nanti gue anter pulangnya, mobil lo tinggal dikampus aja." Saran Wendelyn yang diangguki oleh Boby.

Kenyataan yang ada adalah semenjak itu Jeressa takut hujan, Jeressa benci hujan, dan Jeressa tidak bisa mengendarai mobil ketika hujan. Ada trauma tersendiri ketika mendengar suara hujan, baik yang rintik maupun deras. Dan satu hal yang Jeressa lakukan ketika hujan tiba adalah dengan mengenakan earphone lalu memutar lagu sekencang-kencangnya.

"Je." Wendelyn membuyarkan lamunan singkat Jeressa.

"Nggakpapa, lagian jam tiga setengah jam lagi. Sekarang juga masih cerah langitnya, kalau pun hujan, nanti gue bisa ke perpus dulu buat nunggu." Dia meyakinkan kedua sahabatnya.

SOLITUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang