Bingkai Lima Belas

348 61 15
                                    

Liliana mendengkus kesal ketika anak terakhirnya itu lebih memilih memakan masakan orang lain daripada masakan ibunya sendiri. Padahal hari ini, wanita paruh baya itu sudah mengeluarkan tenaga ekstra untuk memasak beberapa hidangan, dibantu Ninik pastinya.

"Besok-besok beli sotonya banyakan, buat stok sampai seminggu." ujarnya yang Bara tau jika itu adalah sindiran untuknya.

"Tapi mama masak banyak karena bang Bagas mau kesini juga 'kan?"

"Tapi mama masak juga buat kamu, kamu pikir anak mama Bagas aja?"

"Bara pasti makan lagi ma, kalo sekarang lagi pingin soto."

"Pokoknya nanti makan lagi." Tegasnya, "Kamu sama Aruby gimana?" Tanyanya tiba-tiba.

"Gimana apanya?"

"Hubungan kalian?" Tanyanya, namun Bara sepertinya enggan menjawab, malah sibuk dengan nasi dan sotonya, tapi meskipun begitu, Liliana terus saja berbicara perihal hubungan anaknya. "Dari awal ketemu sama Aruby, mama tau dia itu baik, cuman kurang perhatian aja, kamu tau 'kan, dia nggak tinggal sama orangtuanya? Kamu harus banyak-banyak kasih perhatian buat Aruby."

"Iya."

"Kapan diajak main kesini? Kok semenjak mama tau kamu pacaran sama dia, Aruby malah jarang kesini?"

"Kan memang jarang kesini ma. Itu juga mama yang nyuruh kalo main kesini."

"Ya maksudnya, biasanya selalu oke kalau mama minta dia kesini, tapi sekarang malah selalu sibuk jawabnya." Paparnya, kemudian melanjutkan, "Aruby sibuk urusan kuliah katanya, tapi mama liat kok kamu santai-santai aja?"

"Beda lah ma, Aruby kan banyak ikut kegiatan. Mahasiswa aktif."

Liliana mengangguk-anggukkan kepalanya. "Kalo kamu? Cuma ikut kegiatan photography aja?"

"Iya."

"Jadi bener-bener udah move on? Kalau cuma mainin Aruby awas ya kamu."

"Enggak ma, tenang aja."

"Papamu sudah ada cerita ke kamu?"

"Cerita apa?"

"Tiga hari yang lalu sempat ketemu sama pak Herlan, bahas soal perjodohan." Katanya. "Nanti kamu tanya sendiri ke papamu."

"Oke."

"Abangmu nanti kira-kira sampai jam dua. Kamu nanti momong dulu lah ponakanmu, mama sama papa habis kontrol mampir ke toko kue teman sebentar, nggak lama."

"Iya."

Dan sebelum benar-benar menyusul suaminya yang sudah berada didepan rumahnya, Liliana kembali berujar. "Ajak Aruby kesini, biar bisa kenalan sama abang dan iparmu."

"Masih ada kelas dia, ma."

"Sepuluh menit yang lalu mama iseng chat nanya dia dimana, malah katanya lagi di apartementnya, udah pulang kuliah dari tadi siang."

Bara mendesah pelan, dia lupa kalau mamanya itu memang dekat dengan pacar pura-puranya itu.

"Kasian ma, takutnya cape."

"Ya kamu coba ngomong dulu! Kamu ini kok kayak nggak ada usahanya jadi orang, kalo nggak kamu jemput."

"Astaga.. iya-iya."

***

Disinilah Jeressa berada, di rumah sang pacar pura-puranya setelah dirinya menyempatkan waktu kerumah papanya terlebih dahulu untuk menjemput adik sambungnya. Dia gunaKan Arisha sebagai benteng agar dia tidak merasa canggung dirumah itu.

SOLITUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang