Author pov
"Ga dimakan baksonya?"
Dia hanya melihat mata itu, lalu mengarahkan sendok ke mangkoknya. "Ga enak ya?"
Menggeleng perlahan seolah bukan itu yang ia rasakan. Baru beberapa bulan lalu dia bahagia, seolah kebahagiannya masih sangat penuh. Namun mengapa dua bulan ini rasanya hambar bak tiada arah.
"Mau ganti menu lain?"
"Koko.."
Lelaki itu memejamkan mata perlahan, mencoba sabar. Ia tau bahwa Kak Kevin berpesan untuk bisa membimbing Zelda. Biar dia menjadi wanita yang kuat. Tetapi dua bulan ini Angkasa bisa melihat kemurungan Zelda yang membuatnya bingung harus bagaimana. Ditambah lagi kegiatan organisasinya yang mulai padat.
"Kita udah makan kesini masa ga dimakan si.. hmm?"
"Iya, Zelda makan kok ko.. tenang. Eh, maksudnya Kak, ralat. Maaf ya Kak." Angkasa hanya tersenyum lembut, padahal dalam kamus hidupnya tidak ada hal-hal demikian. Tetapi untuk Zelda, apa yang tidak buat dia.
"Ko Kevin tuh cari ilmu, suatu saat Kak Angkasa dan kamu juga begitu." Zelda mentapa lembut mata Angkasa. "Apa itu artinya Kak Angkasa juga bakalan ninggalin Zelda abis lulus?"
Hmm
Angkasa mencoba mengatur nafas, rasanya ingin memberikan sebuah petuah-petuah dan semoga Zelda bisa memasukkan dalam kamus hidupnya.
"Sayang.."
"Umm?"
"Kak Angkasa juga suatu saat bakalan kuliah, entah itu di luar atau dalam negeri sendiri. Tapi, perlu diingat. Itu bukan berarti bakalan ninggalin kamu. Tapi, Kak Angkasa mau merjuangin kamu!"
"Merjuangin dengan cara ninggalin? Gimana konsepnya?"
Angkasa masih bengong, dia menelan ludahnya sendiri. Apa dengan penjelasan sekecil ini Zelda masih bingung? Tapi kenapa matematika biologi dia jagoo??
"Bukan gitu sayang.."
"Umm.. terus??"
"Sini, dengerin baik-baik ya.. Kak Angkasa suatu saat bakalan kuliah dan kemungkinan jauh dari Zelda. Nah dari kuliah Kak Angkasa punya ilmu, dari situ Kak Angkasa bisa lanjut kerja di instansi yang kakak pengen. Nah, kalau Zelda nih minta kakak lamarr, bisa tuh entar cap cus karena dah punya penghasilan sendiri. "
"Ihhh mikirnya jauh bangettt."
"Loh itu namanya prepare sayang. Biar nanti kalau kamu minta hantaran apapun, kakak bisa beliin. Mau cincin? kakak beliin! Mau sepatu? kakak beliin! Mau sapii?? Kak beliin deh sekandangnya!"
"Sapi buat apa kak?"
"Hahaha, umpama itu Zelda sayang.."
"Tapi kan, ga harus materi kak. Zelda cuma butuh waktu untuk diperhatiin ajah."
Loh
He
"Gini sayang, emang dari setelah Ko Kevin sampai di Belanda, ada tuh kata ga peduli sama Zelda?"
Zelda menggeleng lembut, merasa menolak pernyataan yang diberikan oleh Angkasa. "Terus mana yang mau disedihin? Apa jangan-jangan kamu yang ga bahagia kalau sama Kak Angkasa nih?"
"Ga gituu kak. I'm happy with u. But still miss Koko."
Astaga
"Zelda.. Kamu sayang sama Ko Kevin?"
"Iya lah Kak, bangettt malah lebih dari Kak Angkasa."
Hahahaha, polos banget Zelda kalau seperti ini. Dosa banget kalau Angkasa ada niat jelek untuk membohongi cewe mungil ini. Tetapi ia sama sekali tidak tega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zelda
Teen FictionHappy Reading, "Gis?" nada lembutku muncul. Aku seperti orang yang di penuhi tanda tanya. Aku sendiri tidak tahu tentang kesalahan teman baruku sendiri? Teman akrab masuk SMA seminggu ini. "Maafin aku Zel," Gisti meninggalkanku sambil berlari dengan...