Satu

143 1 0
                                    

Gadis lugu

Author pov

Tatapan sinis masih dituju pria itu ke arah kumpulan anak OSIS. Sepertinya ada kegiatan perkenalan OSIS disana. Pria itu hanya melangkah maju tanpa melihat ke kumpulan itu. Ia sama sekali tidak suka dengan kumpulan itu.

"Sa!"

Angkasa menghentikan langkahnya dan menoleh dengan mata tajam.

"Gabung yuk!"

Dengan sombongnya, Angkasa melanjutkan lagi langkahannya. Ia tidak minat sekali dengan organisasi itu. Anak OSIS itu hanya menggeleng dengan senyuman.

"Zal, kok lo ngajak Angkasa?"

Ucap satu anggota ke arah Rizal, ketua OSIS priode tahun lalu. Rizal menjelaskan, bahwa sebenarnya Angkasa adalah orang baik. Orang yang tegas dan disiplin. Hanya penampilannya saja, yang membuat sifat baiknya terselubung.

"Tapi Zal, cewek-cewek itu banyak yang genit sama dia dan dia ngerespon."

Rizal mulai memikirkan adik kelasnya itu, Angkasa Kenzo Narendra. Lelaki berusia 16 tahun, biasa di panggil Aksa. Orang yang sangat possesive dengan organisasi yang ia pimpin saat ini. Ia tidak tahu, mengapa Angkasa tidak pernah suka dengan organisasi ini.

Angkasa memang sangat terkenal di kalangan siswa. Meskipun baru satu tahun, namun banyak siswa yang sudah tahu dengan sikap lelaki yang satu ini.

Bukan karena kebaikannya, namun karena keangkuhannya, sikap sensitifnya, serta sikap kasar darinya. Iya, dia sangat kasar. Apalagi jika sudah melihat hal yang salah, maka sikap kasarnya akan muncul.

Sesuatu yang salah? Berarti disini Angkasa ingin memperbaikinya bukan? Namun, caranya saja yang salah. Kasar!

Rizal mulai menyudahi lamunannya. Ia sudah mengantongi ide. Jika bukan OSIS, maka masih banyak organisasi lainnya.

***

"Sa!"

"Hmm,"

"Pinjem buku ekonomi lo dong,"

Angkasa melirik seorang teman wanitanya, lalu menatap sinis.

"Nyontek?"

"Iya,"

"Nih," ucap Angkasa dengan bukunya, temannya itu kegirangan.

"Tunggu dulu!" ucap Angkasa. "Apa Sa?"

"Lo harus balikin buku itu sebelum Bu Rahayu dateng,"

"Siap!" Angkasa tersenyum, lagi pula biarkan saja di contek. Dari dulu, ia selalu tak ketinggalan dengan pr-prnya. Semuanya selalu lengkap, namun tak ada kata ingin menampilkan jawaban tersebut di depan guru.

Inilah yang membuat ketidaktahuan guru-guru, bahwa Angkasa adalah anak yang cerdas. Guru-guru selalu menilai bahwa Angkasa adalah anak yang sangat acuh pada mereka.

Pernah dua kali ia masuk ke ruangan kepsek, bukan sekedar BP, tapi sudah tahap kepsek. Hal ini karena laporan guru terkejamnya. Ibu Rahayu.

"Selamat pagi anak-anak,"

Angkasa terkejut setengah mati. Ia melihat bukunya tak ia bawa, Angkasa berjalan ke arah teman wanita peminjam bukunya tadi. Tiba-tiba sebelum Angkasa berada pada tempat duduknya,

"Angkasa! Apa itu? Kamu mencontek?"

Angkasa hanya diam. Guru itu selalu kasar padanya. "Maju sini!"

"Kamu mencontek?"

"Tidak,"

"Masih mengelak? Keluar!"

ZeldaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang