Enam Belas

23 1 0
                                    

Ketika kamu mengatakan niatmuhanya secara langsung, disitulah semuanya akan mudah untuk dipahami.

Pagi masih menerpa, embun menetes menyisahkan bekas di tanah. Seringnya, semua itu perbuatan angin. Namun embun tak pernah mempermasalahkannya.

Senin memang dikatakan hari yang padat, sebab hari Senin adalah hari dimana mengawali semua kegiatan, dari perkerjaan hingga pada setingkat pendidikan.

6. 34 AM

Lapangan upacara sudah siap untuk di di isi, ada siswa yang terburu-buru berlari agar tak ketinggalan padahal masih pagi. Ada juga yang sedang duduk santai di gazebo yang ada.

Sepatu hitam legam dengan tatanan seragam yang rapih membalut fisik seseorang. Ia berjalan menyusuri lorong sekolah dengan muka datarnya.

Brukk!

Tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya dari arah depan. "Eh, sorry Sa." ucap pria yang menabrak pria berwajah flat itu, yang tak lain adalah Angkasa.

Tanggapan Angkasa sangatlah cuek, ia hanya menaik turunkan alisnya tanpa satu kata terucap.

"Angkasa."

Ingin ia melangkahkan kaki kembali, namun pria yang tadi menabraknya memanggilnya. Angkasa hanya menoleh, lalu ia di sodori sebuah formulir bertuliskan 'Form Calon Ketua MPK'.

Ha?

Angkasa ingin mengembalikan kertas tersebut. "Bawa ajah, simpan dulu. Kalau lo bersedia, gua terima dengan tangan terbuka. DL, Senin yang akan datang."

Maksudnya Angkasa di ajak untuk masuk ke ranah organisasi? Begitu? Angkasa menyernyit, ia menatap kakak kelasnya bernama Rizal itu meninggalkannya. Lalu, melipat kertas tersebut menjadi dua, dan memasukkannya ke tas.

Formulir tersebut tidak sembarangan formulir, hanya orang tertentu yang diberikan formulir itu. Angkasa berpikir, mengapa harus dia? Rizal kan tahu ia seperti apa?

****
15.30

Zelda menapaki tangga sekolahannya itu, ia dengan detail melihat ke bawah takut terjatuh. Tiba-tiba saja, pandangannya tak lagi ke bawah ketika ada sepasang sepatu yang menghalangi sepatunya.

Ia menatap ke depan, lalu mengedipkan mata beberapa kali.  Ia sangat lucu kali ini dengan wajah seperti itu. "Kak?"

"Iya, gue Angkasa. Perlu kenalan lagi ya?" Angkasa menampilkan senyum tulusnya. Ia tidak mau melewatkan kesempatan ini. Namun, Zelda hanya terpaku ke arah lantai. "Zelda," ucap Angkasa membuyarkan kediaman Zelda.

"Emm,"

"Maaf,"

Zelda menatap Angkasa, ia tak sengaja memperhatikan wajah Angkasa yang dirasa memang tak bisa dikatakan jelek. Bahkan banyak wanita yang hinggap karena ketampanannya. "Untuk?"

"Semua ini, semua yang pernah aku lakukan padamu. Tanpa minta izinmu, maaf untuk itu." Zelda merasa tak pernah mendengar suara Angkasa  seperti ini. "Sudah Zelda maafkan."

Zelda tak mau kalut dan terbujuk, ia menghindar melangkah kembali. Namun, tangannya tiba-tiba di tarik Angkasa dengan lembut. "Maukah kamu menjadi pacarku? Untuk yang pertama kali?"

ZeldaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang