Sembilan

10 1 0
                                    

Jika cinta adalah anugerah, maka pemicu cinta juga termasuk ke dalamnya, dirimu.
Angkasa Kenzo Narendra

Zelda melangkahkan kakinya ke arah taman ketika bel sekolah di bunyikan. Ia mencari tempat duduk. Dan dapat!

Satu menit

Dua menit

Lima menit

Zelda menyandarkan tangannya ke dagunya, merasa seperti kelelahan. Siapa sebenarnya pengirim bunga itu? Angkasa, indah sekali namanya.

"Jangan seperti ini!" ucap seseorang yang tiba-tiba datang dan mengusap pipi Zelda dengan lembut. Zelda benar-benar terkejut, ia tahu suara itu dan tangan i-itu?

Zelda mulai mendongak, tatapan lembut dari laki-laki yang beberapa hari lalu yang menyakitinya membuatnya terkejut. Aksa?

"Lepas," Zelda berucap lalu menunduk. Ucapannya tak kaku, namun Angkasa sangat tersentuh, sepertinya ada rasa kecewa padanya.
Angkasa duduk di samping Zelda, taman sekolahannya itu memang luas. Ada beberapa gazebo serta tempat duduk yang menyebar menjadikan tempat itu sangat nyaman.

"Nungguin siapa?" ucap Angkasa yang sebenarnya sudah tahu dengan alasan Zelda datang ke taman. Zelda diam, ia kesal sekali dengan kakak kelasnya itu. Selalu datang di saat yang tak ia inginkan.

"Ditanya kok gak jawab sih," Angkasa mulai santai menempatkan tangannya di belakang Zelda. Zelda membiarkan.

"Nungguin gue?"

Zelda terkejut, PD tingkat maksimal. Zelda melirik Angkasa yang asik mempertahikan wajah Zelda.

"Angkasa?" ucap Angkasa.

"Ha?"

Kok dia tahu? Batin Zelda.

"Itu gue,"

"Ha?"

"Jangan Ha ha ha ha, itu emang bener. Gue Angkasa, yang kemarin kirim bunga."

Zelda melotot. "Jangan melotot ah, gak pantes!" ucap Angkasa mengusapkan tangannya ke wajah Zelda dengan satu usapan membuat Zelda tak lagi menatap dengan mata yang lucu. Kalau lucu seperti ini, gimana Angkasa mau bicara?

"Kakak itu kak Aksa! Bukan Angkasa, jangan bohongin Zelda!"

"Masih gak percaya?"

Zelda terangguk kecil, Angkasa mulai menunjuk name tagnya dengan senyuman.

Angkasa Kenzo Narendra

Ha?

Angkasa?

Aksa?

Gimana sih?  Batin Zelda.

"Jadi kita belum kenalan ya?" Zelda masih diam, ia masih tercengang akan kenyataan.

"Kenalin, gue-"

"Gak mau kenalan" Zelda menggeleng seolah anak kecil yang ngambek.

"Kok?"

"Pokoknya gak mau!"

"Ha?"

"Ih, sebel!" Zelda berjalan meninggalkan Angkasa. Angkasa gelagapan, langsung berlari mengejar.

"Jangan ngambek dong gadis bocah!"
Gadis? Bocah? Sekecil itukah Zelda dimata Angkasa? Ia ingin meluap.

"Ihh, Zelda bukan bocah! Kesel," tingkah Zelda membuat Angkasa menggaruk kepalanya. Katanya bukan bocah? Kok malah menyandung-nyandung ubin seperti anak kecil?

"Eee, ok, ok. Maaf ya,"

"Gak mau,"

Angkasa yang tak pernah melihat keadaan seperti ini mulai kesal. "Lo ngemaafin orang ajah gak bisa. Sombong lo!" bentakan Angkasa membuat Zelda menatap Angkasa.

Sekali lagi ia membentak Zelda?
Zelda berlari, sedangkan Angkasa menepuk jidatnya. Ia menyakitinya lagi? Sekali lagi, ia harus mengalami suasana ngos-ngosan karena lari-larian.

"Zel-"

Angkasa sudah dekat dengan Zelda. Mulai menggapai tangannya, dan dapat!

"Lepasin!"

"Maaf Zel,"

"Kakak itu gak nyadar ya? Kakak itu jahat!"

Jederr

Jahat?

Angkasa menatap Zelda, tiba-tiba ia memeluk Zelda. Angkasa merasakan isakan Zelda, entah mengapa begitu menyakitinya.

"Maafin gue,"

Hiks hiks

"Zel?"

Zelda masih hanyut dalam pelukan Angkasa. Ia memang nyaman jika Angkasa seperti ini, namun lebih ke kesal jika Angkasa membentaknya.

"Zel?"

"Bocah!" kesal dengan kediaman Zelda.

"Aaaaa," Zelda mulai melepaskan pelukan kakak kelasnya itu dengan nada manja.

"Lah terus siapa?"

"Zelda!" tatapan Zelda membuat Angkasa tersenyum. "Jadi di maafin nih?"

Zelda mengedipkan mata beberapa kembali, lalu mengangguk lugu. Sebenarnya ada perasaan gemas di batin Angkasa.

"Boleh cium gak?"

"Ha?"

Angkasa melakukannya dan mulai memperhatikan wajah Zelda yang masih tercengang. "Genit!" sengit Zelda.

"Hahaha, mau bareng gak?" ucap Angkasa yang menjauhi kata-kata kasar.

"Gak,"

"Dasar anak kecil!"

"Iih, Zelda bukan anak kecil kak."

"Terus apa? Anak besar?"

"Bukan juga!"

"Terus? Anak cantik?" Angkasa mulai menggoda, namun memang ia tak berbohong. Zelda memang gadis yang cantik.

"Absen berapa kak? Nanti biar Zelda kasih nilai seratus, hihihi."

Ada yang nungguin ga sih? Kok yang baca part sebelumnya dikit :(

Udah lama banget gak muncul uyy. Masih fokus ke novel ke 2 ku.
Makasih ya supportnya, kasih vote dong biar aku lanjut.
Well, aku bakalan up setelah dapat 50 readers. Bye bye

ZeldaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang