Sekeras itukah hatimu? Aku kira lebih keras dari batu.
Zelda Aileen Victoria
"Zelda, ini salah Zel, gini yang bener." melihat sendok yang di pegang Zelda terbalik.
"Oh, iya ya?"
Gisti dan Yuki hanya memperhatikan sikap Zelda. Zelda baik-baik saja kan? Pikir mereka berdua.
Zelda memang sedang memikirkan sesuatu. Yah di pikir-pikir, mengapa lelaki itu berani menciumnya. Dua kali? Itu bukan hal sepele.
"Zel,"
Pikiran Zelda masih terlambai, saat Angkasa menguncinya dengan tangannya. Lalu ciuman itu mendarat ke pipi Zelda. Zelda menggeleng dengan spontan, namun tak bisa ia pungkiri. Ciuman itu memang sudah ia terima.
"Zel,"
"Hmm?" Zelda mengerjapkan matanya beberapa kali. Sangat lucu menurut Yuki dan Gisti.
"Kamu kenapa Zel?" Gisti mulai bersuara. Ia sama sekali tidak tahu apa yang terjadi padanya.
"Mm, tidak apa-apa."
Yuki mengangguk. Namun tidak untuk Gisti, ia masih penasaran dengan Zelda. Pasti ada yang di sembunyikan. Karena hampir sebulan berteman dengannya, tidak pernah tuh melihat muka Zelda seperti ini.
Mereka pun bergegas meninggalkan kantin, sebab sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.Zelda sangat bersyukur, ia tak bertemu dengan dia. Tumben? Batin Zelda, lalu berpikir. Pasti lelaki itu masih sibuk. Hmm, itu sangat menguntungkan bagi Zelda. Sekarang Zelda mulai menggelengkan kepala lagi, entah berapa kali ia menggelengkan kepala dalam satu minggu ini. Ia tak seharusnya ada di pikiran Zelda.
🍁🍁🍁
"Zel, kamu naik apa?" Yuki mulai menatap ke arah Zelda.
"Aku di jemput sopir. Mau bareng Ki? Kan kemarin.." Zelda mengatupkan bibirnya melihat Gisti. Ia tak ingin menyakiti Gisti. Itukan sepupunya. Oh, iya? Ia lupa. Gisti sepupu lelaki itu. Bagaimana kalau lelaki itu mengatakan kejadian kemarin?Gawat!
"Maafin Aksa ya Ki." ucap Gisti, nada yang sangat tulus.
"Gak apa Gis, aku udah baik-baik ajah. Oh iya Zel, kemarin kamu di bawa kemana sama kakak itu?"
"Kakak itu?" ucap Gisti tak mengerti.
"Maksudnya sepupu kamu Gis," Gisti masih menggeleng. Ia masih kekurangan informasi. Akhirnya Yuki bercerita sampai,
"Emangnya kamu di apain Zel?" ucap Gisti cemas. Zelda lebih ketakutan, apa yang harus ia katakan sekarang. Jujur? Rasanya tidak mungkin, itu akan sangat menyakiti Gisti. Bahkan malu, Zelda tidak ingin Gisti seperti itu.
"Ga-gak ngapa-ngapain k-kok,"
"Beneran?" Gisti sangat cemas. Apalagi sepupunya itu anak yang tidak bisa di katakan baik.
"Iya," Zelda mencoba tidak gugup, Gisti pasti akan curiga. Itu memang benar, buktinya sekarang Gisti mengangguk lalu mengajak Zelda pulang. Menggandeng tangannya.
Zelda, Gisti, dan Yuki mulai berpisah di arah taman. Gisti harus mengambil mobilnya. Sedangkan, Zelda harus menuju ke depan sekolah bersama Yuki. Ia berjanji akan mengantar Yuki, sebab sepeda Yuki masih di perbaiki dan lukanya masih membekas.
Belum sampai ke gerbang utama, genggaman tangan dengan kasar menyambar tangannya. Dia lagi? Batin Zelda.
"Lepas!" Angkasa menggeleng. Gadis itu tak seperti kemarin dan tadi pagi. Ini lebih berani.
Angkasa menggeret tangan itu dengan genggamannya yang bisa dikatakan sangat kasar. Lebih kasar dari tadi. Ia kembali mengambil jalan ke arah sepi.
Zelda menghembuskan nafas lagi. Apa lagi? Batin Zelda. "Lepas!"
Semakin sesak, itu yang di rasakan Angkasa. Gadis ini berbeda? Ia tidak salahkan? Itu Zelda kan?
Yuki cemas, ia mengikuti langkahan Angkasa yang menarik kasar Zelda namun hanya memperhatikan dari kejauhan, sekitar sepuluh meter.
"Lepas!"
"Lo bisa diem gak?" Angkasa mulai melepaskan tangan Zelda dengan kasar. Ia tidak suka teriakan yang sangat berbeda dari Zelda.
Zelda sekarang diam dengan mata tajam dan memalingkan wajah dari Angkasa. Mengapa dia selalu kasar? Sedangkan palingan wajah Zelda, adalah sebuah penolakan besar bagi Angkasa.
"Lo gak bisa natap gue!"
Angkasa semakin berteriak, keras sekali. Yuki dapat mendengarnya, ia serasa bersalah pada Zelda. Pasti gara-gara masalah kemarin. Pikirnya ingin menangis melihat Zelda di teriaki lelaki, yang tak lain adalah kakak kelasnya.
"Gak," jawab Zelda singkat. Seperti bukan sosok Zelda. Zelda sebenarnya masih kecewa dengan Angkasa. Apa haknya dapat memperlakukannya seperti ini? Lembut dan kasar.
Tiba-tiba dagu Zelda di angkat dengan kasar oleh Angkasa. Angkasa mulai memegangi dagunya seolah berkata."Lo itu siapa? Sok jual mahal." Angkasa mengatakannya dengan bertingkah sombong.
Sakit sekali.
Zelda tak kuasa. Air matanya tiba-tiba jatuh. Ia tidak pernah di bentak seperti ini. Bisa saja ia melaporkan hal ini ke kepsek. Namun, ia ingat Gisti. Pasti sangat malu, jika sepupunya itu melakukan hal yang tak baik pada sahabatnya sendiri.
"Gak usah sok-sokan nangis!" lebih kasar.
Zelda tak bisa membendung air matanya, tiba-tiba nada tangisnya terdengar di telinga Angkasa. Angkasa mulai diam. Zelda tak menghentikan tangisnya. Ia masih memejamkan matanya, dengan dagu yang masih diangkat kasar oleh Angkasa.
Hiks, hiks,
Sakit sekali, itu batin Angkasa. Ia menyakitinya? Angkasa melihat tangannya yang masih memegang dagu Zelda dengan kasar. Angkasa menelan ludah. Tangisan itu mulai melumpuhkan hatinya.
"Zelda?" Angkasa mulai menatap Zelda yang menunduk dengan tetesan air mata. Namun Zelda benar-benar rapuh kali ini, Angkasa memperlihatkan sifat sebenarnya, dan itu mematahkan hati Angkasa.
Zelda meronta dan menampik tangan Angkasa di dagunya. "Minggir!" ucapnya ketika tubuh Angkasa menghalanginya. Angkasa bisa apa? Zelda sangat terpukul."Zel,"
"Yuki? Ayo!"
Ucap Zelda dengan membenarkan tangisnya. Ia harus diam. Ia takut Yuki bertanya tentang kejadian tadi. Di dalam mobil, Yuki hanya diam melihat Zelda yang melamun di jendela mobil, yang ia lihat tadi ialah Angkasa yang bertingkah kasar dan berteriak pada Zelda.
Zelda mulai memikirkan kejadian tadi, tingkah kasar lelaki itu sudah keterlaluan. Padahal Zelda sendiri tak pernah di bentak bahkan di perlakukan kasar seperti tadi oleh orang tuanya. Kenal saja masih dua mingguan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Zelda
Подростковая литератураHappy Reading, "Gis?" nada lembutku muncul. Aku seperti orang yang di penuhi tanda tanya. Aku sendiri tidak tahu tentang kesalahan teman baruku sendiri? Teman akrab masuk SMA seminggu ini. "Maafin aku Zel," Gisti meninggalkanku sambil berlari dengan...