Selipkan hati nuranimu!
Zelda Aileen VictoriaSeminggu memang cepat, entah mengapa,Bu Rahayu sekarang sangat baik pada Angkasa. Angkasa mulai melamunkan Bu Rahayu yang memintanya untuk mengerjakan soal, dan pada akhirnya. Angkasa pun dapat Menjawabnya.
"Aksa! Lagi ngapain?" ucap beberapa cewek. Lalu duduk di samping Angkasa. Lamunan Angkasa pun menghambur.
"Lagi makan, mau gue suapin?" ucap Angkasa.
Cewek itu mengangguk. Angkasa memang super dengan keromantisan. Padahal cewek itu bukan siapa-siapanya. Ia tak menyudahi sikap gombalnya. Ketika Angkasa memberikan satu suapan kepada cewek tadi, tiba-tiba ia tercengang dengan Gisti.
Gisti masuk sekolah, pertanda baik. Angkasa mulai memperhatikan Gisti yang di dekati oleh seorang gadis. Ia tahu dia, Zelda. Gadis Cina. Angkasa mulai menelan ludahnya ketika senyuman Zelda memancar.
Zelda tak sengaja melihat ke arah Angkasa. Zelda tak percaya, Angkasa dengan para wanita. Dengan sendok yang di pegangnya, masih menempel di mulut perempuan yang duduk bersamanya. Ih, lelaki genit. Pikirnya.
Cantik, dan pastinya baik. Tebak Angkasa untuk Zelda.Tentu saja, setelah apa yang di lihat Angkasa kemarin-kemarin di taman, ketika Zelda memberikan semangat pada Gisti. Ingin merubahnya.
Angkasa berdiri, merapikan pakaiannya yang compang-camping. Lalu berjalan dengan gagahnya, tanpa memperdulikan perempuan yang baru ia suapi tadi. "Gis!"
"Apa Sa?"
"Lo masuk hari ini?" ucap Angkasa, sesekali melihat Zelda. Namun gadis itu menunduk saat kedatangan Angkasa. Takut rupanya?
"Lah yang lo liat?" Angkasa diam. Menelan ludahnya. Ia memang hanya ingin berbasa-basi agar melihat wajah gadis lucu itu.
Gisti menggenggam tangan Zelda yang ketakutan. Tanpa berpamitan pada Angkasa, sepupunya itu.
Angkasa melihat gadis itu yang mulai menghilang. Entah mengapa ia selalu menunduk jika bertemu dengan Angkasa. Lucu, batin Angkasa.Apakah rasa? Ah, sebentar lagi juga reda. Batin Angkasa yang selalu meremehkan rasa cinta. Karena buktinya, dari dulu tidak ada perempuan yang membuatnya singgah. Hanya bermain-main saja.
Bel pulang sekolah adalah bel yang paling di suka siswa. Angkasa mulai mengemudikan mobil sportnya dari parkiran. Ia agak lelah. Sampai,Srrrt,
Gradak,
Apa itu?
Angkasa keluar dari mobilnya. Sepertinya, ia menyerempet sesuatu. Angkasa begitu terkejut, dengan goresan yang membekas di mobilnya. Seorang siswa wanita berkaca mata, dengan sepeda kayuh merasakan kesakitan. "Arrgh, " ucap Angkasa yang mengorak-ngarik rambutnya, sepertinya ia ingin emosianal di tempat itu juga.
"Aw," wanita itu merintih kesakitan.
"Eh, kalau bawa sepeda itu ati-ati, lihat nih! Lecet!" kasar sekali, sontak semua siswa mengarah ke Angkasa. Tak menolong, malah membentak. Wanita itu hanya diam saja. Dia takut dengan kakak kelasnya.
"Gimana nih? Lo bisa tanggung jawab? Lo tau kan, biaya servise mobil gue mahal."
Wanita itu hanya menggeleng, menangis. Karena sakit akibat luka dan sakit karena bentakan kakak kelas kasarnya itu.
"Yuki! Kamu tidak apa-apa?"
Gadis itu? Gadis lugu? Batin Angkasa lalu membalikkan badannya.
"Ti-tidak apa Zel,"
Angkasa hanya terdiam, ia seperti telah salah bersikap pada wanita berkacamata itu. Apakah dia teman Zelda? Itu pasti.
"Kita ke UKS ya, luka kamu harus di obati." nada anak kecil itu sangat membuat Angkasa diam. Sepertinya dia tak dianggap disini.
"A-aku mau pulang saja Zel,"
"Eh, terus mobil gue?"
Zelda melotot ke arah Angkasa. Namun, ia benar-benar lucu di hadapan Angkasa, Zelda tak pantas bersikap kejam. Zelda masih tak habis pikir. Apa maksud kakak kelasnya itu? Dengan melihat darah yang masih bercucuran, ia masih ingin meminta pertanggungjawaban? Mana hati nuraninya?
Zelda mengacuhkan Angkasa. Angkasa hanya diam lalu menggelengkan kepala. Zelda menuntun sepeda milik Yuki. Lalu menuntun bahu Yuki. Angkasa tercengang. Maksudnya apa? Angkasa melangkah dan sampailah ia di depan gadis lugu itu. Ternyata ia tidak begitu lugu. Lebih berani.
"Tunggu, mobil gue gimana?"
Sebenarnya Zelda takut, namun bagaimana lagi. Ia punya hati nurani. Temannya dengan cucuran darah, lalu dia harus diam saja? "Kakak ini gak punya hati nurani apa?"
Sekarang malah Angkasa yang melotot. Zelda menatap. Lalu mulai ketakutan. Angkasa di katakan tak memiliki hati nurani? Begitu?
"Maaf kak," Zelda begitu ketakutan. Ia tak seberani tadi, takut. Sangat takut.
Angkasa melihat Zelda dengan sangat tajam. Seperti tak suka. Angkasa memegang erat tangan Zelda dengan kasar. Sangat kuat, lalu menggeret Zelda meninggalkan Yuki. Yuki hanya bisa diam. Semoga Zelda baik-baik saja."Aw," ucap Zelda meronta. Namun, Angkasa masih bersih keras menggenggam tangan itu. Kuat sekali. Lalu mulai berhenti melangkah di tempat yang sepi. Zelda ketakutan. Tempat itu sangat sepi.
"Kak, sakit."
Angkasa menatap Zelda, masih memegang tangan Zelda dengan kuat dan kasar. Tak mempedulikan Zelda yang kesakitan.
"Kak, sakit..." Zelda semakin hilang dari keberanian. Mama, batinnya.
Angkasa melepaskan tangan itu, namun tatapannya masih begitu tajam. Zelda serasa ingin menangis di tempat itu. Ada apa?Zelda mulai menundukkan kepalanya, ketika sampai di tepian tembok. Ia mulai takut melihat tatapan tajam Angkasa. Melihat tundukan Zelda, Angkasa mengangkat dagu Zelda. Seperti satu minggu lalu. Namun, perbedaannya. Saat ini ia sangat kasar. Kasar sekali.
Zelda mengalihkan angkatan dagu dari Angkasa. Ia menghadap ke arah samping. Itu penolakan besar untuk Angkasa. Angkasa hanya tercengang dengan kekejamannya. Namun dari tadi lelaki itu hanya diam.
Angkasa mulai menegangkan tangannya pada tembok. Kedua tangannya itu mengunci Zelda. Zelda meronta ingin keluar dari terkaman tangan itu, namun tidak bisa. Angkasa begitu kuat.
Tiba-tiba saja, sesuatu menempel pada pipi kiri Zelda. Zelda hanya tercengang. Ia membeku dan mematung. Angkasa tersenyum menatap wajah putih Zelda. Zelda tersadar dari lamunannya, lalu meronta kembali. Angkasa melepaskan terkamannya. Angkasa ingin melihat ekspresi gadis itu, namun Zelda sudah hilang. Ia berlari begitu kencang.
Pasuruan, 1 Oktober 2018
Hai! Jangan lupa voment ya! Kan gak enak baca tapi gak apresiasi.
My ig: nadiahalfi
Fb: Nadiah Alvi R
Sampai ketemu di Senin minggu depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zelda
Fiksi RemajaHappy Reading, "Gis?" nada lembutku muncul. Aku seperti orang yang di penuhi tanda tanya. Aku sendiri tidak tahu tentang kesalahan teman baruku sendiri? Teman akrab masuk SMA seminggu ini. "Maafin aku Zel," Gisti meninggalkanku sambil berlari dengan...