Jalannya

15 0 0
                                    

Sedikit saja, menolehkan kepadaku. Lihatlah aku denga;n penuh harap untuk menginginkanmu.

Silvia

🍁🍁🍁

Hari ini Silvia akan pergi ke pematang sawah untuk sekedar menenangkan diri. Setelah mendengar pengakuan dari kakaknya, Silvia akhirnya paham sekarang bahwa semuanya akan baik-baik saja, ia tau bahwa kakaknya sangat menyayanginya.

Mengenai tentang perasaanya kepada Mas Budi, hanya bisa ia sembunyikan dalam diam. Dia memang sudah menyukai pemuda itu sejak masih kecil karena Zulaikha, Silvia dan Mas Budi sering bermain bersama. Dia ingat betul waktu kecil Mas Budi pernah menolongnya ketika kakinya terluka karena jatuh waktu mengejar layangan yang putus.

"Hiks hiks....Ibu ini sakit." Rintih Silvia dalam tangisnya.

Budi yang baru pulang dari sekolah dan melihat Silvia yang terjatuh langsung berlari menghampirinya.

"Kenapa dek?  Kakinya kenapa?" Tanya Budi cemas, namun tetap berusaha untuk tidak terlihat khawatir.

"Ini kak, tadi Silvia jatuh terus kakiku kesandung batu hiks... sakit kak."  Adunya sambil terisak.

"Silvi tenang ya, kakak akan bawa kamu pulang kerumah." Ucapnya sambil menyeka air mata Silvi lalu mengusap puncak kepala Silvi.

"Ta...tapi kak, Silvi gak bisa jalan hiks hiks terus gimana caranya pulang?"  Isaknya lagi sambil menunjuk kakinya yang lebam.

"Sini kakak gendong." Ucap Budi sambil menepuk-nepuk pundaknya agar Silvi segera naik.

"Silvi berat loh kak." Ucap Silvia polos sambil mengusap air mata dipipinya.

Melihat tingkah lucu Silvi, anak laki-laki itu hanya terkekeh geli.

"Kakak kuat kok serius." Ucap Budi meyakinkan.

Setelah itu Silvia mendekati Budi kemudian mulai mengalungkan tangannya dileher Budi supaya tidak jatuh.

Lamunan Silvia terhenti, senyum yang tadi terukir di bibirnya kini hilang ketika dirinya tersadar bahwa sekarang akan turun hujan.

"Ya Allah hujan..." Ucapnya sambil berlari segera menuju kedai untuk berteduh.

Karena saking terburu-burunya dia tidak sengaja menyenggol bahu seorang pemuda.

"Ma...maafkan saya mas, saya tidak sengaja." Ucapnya pelan sambil menunduk karena tidak berani menatap orang di depannya.

"Hei tidak apa-apa adik kecil." Ucap pemuda itu lalu tersenyum.

Deg

Jantung Silvi berdetak tidak karuan, suara itu adalah suara yang sangat ia rindukan, suara pemuda yang selalu mengisi pikirannya dan sekarang pemuda itu ada di depannya?

"Oh ya Allah...tamatlah riwayatku, baru saja pemuda itu lalu lalang di pikiranku, kenapa wujudnya malah ada di hadapanku sekarang?" Silvia membatin sambil menatap pemuda di depannya yang sudah tersenyum manis di depannya.

"Please Mas, jangan senyum gitu deh."  Ucapnya tak sadar, membuat Budi mengerjap heran.

"Kenapa memangnya?" Tanya Budi.

"Manisnya kelewatan sih."  Silvi membatin.

"Engg...enggak kok Mas, gapapa seriusan deh. Saya tadi cuma salah bicara hehe." Jawab Silvi gugup.

Melihat Silvia yang salah tingkah membuat Budi tertawa.

"Itu pipi kamu kok merah dek, kamu lagi demam ya?" Tanya Budi lagi yang ingin menggoda Silvi.

"Enggak kok mas Silvi tidak demam." Ucapnya sambil menutupi kedua pipinya dengan tangannya. Dia sangat malu sekarang karena ketemu pemuda itu tingkahnya sangat aneh, terlebih lagi jantungnya yang berdetak sangat kencang sekarang.

"Kamu lucu banget sih dek, Mas kan jadi gemess haha." Budi tertawa geli melihat tingkah gadis didepannya ini.

"Ah...ibu...Mas Budi rese ngetawain aku terus." Ucapnya sambil berlari pergi sambil merengek mengadukan tingkah Budi yang terus menggodanya dari tadi. Padahal ibunya tidak ada di sana.

Budi yang melihat tingkah gadis itu hanya bisa menggelengkan kepala.

"Menggemaskan sekali gadis itu." Batinnya sambil tersenyum.

...

Dalam Dekapan IslamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang