RUMIT

146 10 2
                                    

Assalamu'alaikum...
Abi, ummi maafkan Yusuf yang tidak bisa menerima perjodohan ini.  Aku tidak ingin membuat Zahra menderita karena aku harus menerimanya secara terpaksa dan bukan karena mencintainya. Untuk itu aku ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada Zahra dan keluarga. Zahra berhak mendapatkan seseorang yang tulus menerima dan mencintainya.
Alasan terbesarku karena aku mencintai gadis lain. Yah... Gadis yang tidak pernah memikirkan diri dan kebahagiaannya sendiri. Di dalam hatinya dia hanya ingin membuat orang lain bahagia.
Aku tahu, aku telah menyakiti kalian. Tetapi aku lebih takut jika harus menyakiti kalian lebih lama dengan cara berpura-pura bahagia.
Zahira, aku titip abi dan ummi.
Wassalamu'alaikum.

Yusuf

Isi Surat itu membuat kaki yang awalnya kokoh menjadi melemah dan seakan roboh. Abi Yusuf sangat syhok tidak menyangka anaknya akan melakukan hal yang seperti itu, sedangkan umminya masih masih tidak sanggup membendung air matanya dan berusaha ditenangkan oleh Zahira yang juga menangis.

Zahra masih mematung, matanya berkaca-kaca. Dadanya sesak dan hatinya hancur. Dalam hatinya berkecamuk mengapa Yusuf tega sekali mempermalukan dan menyakitinya. Dia sangat ingin tahu siapa wanita kurang ajar yang telah berani merebut hati Yusuf dan membuat dia dipermalukan dihari yang paling ia tunggu-tunggu selama ini. Nafasnya semakin sesak dan matanya memerah dialiri air mata yang sudah tidak bisa ia tahan lagi kemudian dia menangis histeris membuat seisi gedung iba dan kaget.

"Kenapaaa? Kenapa  Mas Yusuf tega sekali... kepadaku??? Hikss..."

"Dia jahat....!!! Dia sudah mempermalukanku, aku benci dia! hiks..hiks..."

"Siapa??? Siapa wanita sialan itu...! Akan kulenyapkan dia sekarang juga!"

Zahra benar-benar kacau. Sisi Zahra yang dulu sebelum berhijrah muncul. Semua kursi dan kue yang ada di atas meja dia hamburkan dan di lemparkan kesembarang arah.

"Sudah sayang yang sabar, Allah punya rencana yang lebih indah untuk Zahra." Kata bundanya mencoba menenangkan anaknya.

"Tidak bun, Zahra sakit hati! Zahra sayang sama mas Yusuf tapi dia tega bun sama akuuu, hiks..hiks". Ucap Zahra dengan suara serak dan sesegukan.

Kemudian dilihatnya gedung itu menjadi gelap, semuanyaenjadi memutar, dan keseimbangan tubuh Zahra pun hilang dan akhirnya dia jatuh pingsan.
Ayah dan bunda Zahra sangat kaget dan khawatir melihat kondisi anaknya yang benar-benar kacau. Begitu pun abi, ummi dan adik Yusuf yang kaget melihat Zahra. Mereka betul-betul merasa bersalah. .

"Saya harap kalian bisa menebus kesalahan dan rasa malu yang sudah keluargamu berikan kepada kami. Anakmu ternyata anak yang masih kurang didikan. Tolong pergi sekarang juga!" Ucap ayah Zahra tegas dengan tatapan tajam kepada keluarga Yusuf.

"Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kejadian ini, kami betul-betul tidak tahu akan semua ini. Semua atas kehendak Allah. Tolong maafkan anak kami." Ucap abi Yusuf dengan nada merasa bersalah.

"Kami tidak akan memaafkan kalian teelebih anak kalian dengan mudah!" Jawab ayah Zahra ketus kemudian mengangkat anaknya menuju kamar.

Keluarga Yusuf meninggalkan tempat itu. Tempat yang mereka kira akan menjadi tempat yang menjadi saksi moment bahagia. Namun ternyata Allah berkehendak lain.  Hanyak ucapan istighfar yang terus mereka layangkan untuk melapangkan hati mereka.

***
Sedangkan disebuah masjid terdapat seorang pemuda yang tengah asik bercengkrama dengan Rabbnya di sujud terakhirnya. Air matanya menjadi saksi betapa topik pembahasan yang ia adukan adalah hal yang menjadi beban dalam hatinya.

Yusuf telah selesai shalat. Setidaknya beban yang ia rasakan menjadi berkurang. Dia merasa bersalah telah membuat orang yang ia sayangi kecewa. Tetapi dia juga tidak bisa membohongi perasaannya sendiri.  Hatinya hanya mengiyakan Zulaikha dan tidak mampu menerima Zahra.

"Ya Allah...iringilah setiap langkah hamba, tegarkan hamba agar tidak menjadi budak hawa nafsu hamba sendiri." Ucapnya dalam hati. Kemudian membaca ayat suci Al-Qur'an.

Yusuf memutuskan untuk sementara ini dia tinggal sebagai marbot di masjid Baitul Iman yang agak jauh dari rumahnya. Hingga semuanya menjadi tenang barulah dia kembali.

Nanti sore masih ada lagi...tunggu yak😊

Dalam Dekapan IslamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang