Kecelakaan

165 8 4
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

"Izinkan aku menemukanmu diujung aksaraku. Karena untuk menemukanmu di dunia nyata, aku tahu diri."

Ailah Zulaikha

🍁🍁🍁

Sesampai dirumah Zahra, gadis ini langsung disambut oleh bundanya Zahra. Raut wajah yang selalu Zulaikha ingin temui, karena sifat kasih sayangnya yang sangat tulus senantiasa diberikan kepadanya.

"Assalamu'alaikum." Ucapnya sambil meraih tangan Fatimah, lalu mencium punggung tangannya.

"Wa'alaikumussalam, ehh zulaikha. Kemari sayang, bunda rindu sekali sama kamu. Kamu jarang sekali main kesini lagi." Ucapnya lembut, disertai pelukan hangat.
Zulaikha sangat rindu moment ini. Terbersit rindu yang sangat mendalam juga bagi orang tuanya dikampung. Apalah daya, kepingan rindu itu hanya mampu ia simpan dan sangat sulit ia obati karena kampungnya sangat jauh dari tempat ia kuliah sekarang.

"Zahra dimana bunda?"

"Ada dikamar nak sepertinya masih tidur, kamu langsung naik saja yah. Bunda mau kedapur dulu."

"Baik bun, Zulaikha Naik dulu."

Setelah menaiki anak tangga, kakinya kini mendarat disebuah kamar.

"Tok...Tok..Tok..., Assalamu'alaikum"
Namun, tidak ada sahutan dibalik pintu.

"Zahra ini aku Zulaikha."
Meskipun sudah bersahabat sejak lama, Zulaikha tidak semerta-merta masuk kekamar sahabatnya itu tanpa izin dari pemiliknya. Karena dia tahu kamar adalah tempat privasi.

"Clekk... Wa'alaikumussalam, Zulaikha masuk." Suara pintu terbuka, rupanya benar yang dikatakan bunda Fatimah kalau Zahra masih tidur.

"Astaghfirullah, Zahra sekarang udah jam 10 pagi dan kamu baru bangun." Ucap Zulaikha sambil geleng-geleng kepala.

"Aku masih ngantuk. Soalnya semalaman aku gak bisa tidur." Jawabnya sambil mengucek-ngucek matanya dan mengumpulkan nyawanya.

"Kamu kenapa Za, ada yang kamu pikirin? Kamu mau ngasih tau apa sama aku?" Tanya Zulaikha penasaran sekaligus khawatir kepada sahabatnya itu.

"Aku lagi pusing banget, sebentar lagi aku dan mas Yusuf Akan menikah tapi mas Yusuf seperti belum bisa menerima aku didalam hidupnya. Senyum yang disuguhkan kepadaku adalah senyum keterpaksaan dan itu membuatku sedih. Aku sangat mencinyainya. Apakah alasan dia tidak bisa menerimaku karena kami dijodohkan? Atau karena mas Yusuf mencintai gadis lain?" Tanyanya dengan mata yang berkaca-kaca. Mendengar pertanyaan terakhir Zahra, bagaikan ditampar Zulaikha merasakan ada yang sakit dalam hatinya. Yahh dialah penyebab dari rasa sedih sahabatnya itu. Inilah yang sangat ditakutkannya, dia tidak ingin orang lain merasakan kesedihan hanya karena dirinya.

"Zahra, kamu harus tegar. Belum tentu apa yang kamu katakan benar. Jangan menerka-nerka karena bisa jadi itu salah. Tolong jangan siksa dirimu yah." Ucap Zulaikha lembut kemudian menyeka air mata Zahra yang sudah jatuh.

"Aku tahu, memasuki relung hatinya bukanlah perkara yang mudah. Tetapi aku percaya jika dia adalah jodohmu, maka Allah Akan tumbuhkan benih cinta didalam hatinya untukmu." Lanjutnya dengan senyuman.
Ya...inilah Zulaikha, gadis dengan ribuan tusukan jarum dihatinya. Sakit? Ya..., Tapi dia sangat ahli dalam menyembunyikan rasa sakitnya hanya untuk melihat senyum orang lain.

"Syukron ukhtiku. Pokoknya aku harus semangat!." Ucap Zahra bersemangat mendengar apa yang diucapkan oleh Zulaikha.

"Afwan. Sekarang pergi tuh mandi, udah hampir jadi istri mandinya masih kesiangan. Malu tuh sama umur." Ucap Zulaikha tertawa sambil melemparkan bantal yang ada dilantai kearah Zahra.

Dalam Dekapan IslamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang