بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
"Ya Allah, tolong jangan biarkan aku mengharapkan apa yang bukan menjadi takdirku."
(Ailah Zulaikha)
🍁🍁🍁
Setelah beberapa hari kritis di rumah sakit, keadaan Alif Semakin membaik. Ibunya selalu menemaninya disana. Zulaikha juga sering datang membesuk karena merasa kasihan dengan bu Melati. Zulaikha sangat kasihan dengan pemuda tersebut. Sangatlah parah kecelakaan yang menimpanya sehingga seluruh wajahnya harus dibalut dengan perban. Setiap selepas kuliah Zulaikha selalu datang menggantikan bu Melati ketika sedang pergi, karena bu Melati yang memintanya.
Diatas kursi tepat disamping tempat tidur Alif, Zulaikha membacakan surah Ar-rahman dengan sangat merdu.
Setelah selesai, Zulaikha menaruh mushaf berwarna pink tersebut didalam tasnya kemudian dilihatnya tangan pria yang ada didepannya mulai bergerak. Zulaikha sangat panik dan langsung memanggil dokter."Bagaimana keadaannya dokter?"
"Alhamdulillah, pasien sudah sadar dan kondisinya sudah sangat membaik. Luka-lukanya juga sudah mulai sembuh besok perbannya juga sudah bisa di buka."
"Alhamdulillah, terima kasih banyak dokter."
"Sama-sama, kalo begitu Saya permisi dulu."
"Baik dokter."
Zulaikha sangat bahagia, dia pun segera memberi tahu kabar gembira tersebut ke bu Melati.
Keesokan harinya, dokter dan seorang suster sudah mengotak-atik perban Alif bermaksud untuk melepasnya. Sementara bu Melati dan Zulaikha menyaksikan kejadian itu. Zulaikha menggigit bibir bagian bawahnya karena khawatir.
"Alhamdulillah, anakku." Suara bu Melati memecah keheningan di ruangan tersebut. Dia langsung memeluk anaknya. Menumpahkan semua kerinduan dan rasa khawatir yang ia rasakan selama ini. Sedangkan Zulaikha masih mematung ditempatnya. Dia kaget melihat orang yang ada di depannya itu.
"Pa..Pak...Alif?" Tanyanya gemetar.
"Kamu kenal Alif, nak?" Tanya bu Melati kepada Zulaikha.
"Iya bu, beliau dosen saya di kampus." Jawabnya.
"Ma syaa Allah nak, terima kasih banyak yah. Semua ini karena kamu sudah menolong anak Saya." Ucap ibu Melati kemudian beralih memeluk Zulaikha.
"Iya bu, semua ini atas bantuan Allah." Jawab Zulaikha sambil tersenyum.
"Zulaikha?" Suara serak dari Alif membuat kedua wanita itu berbalik.
"I...iya pak, bagaimana keadaan bapak? Masih ada yang sakit?" Tanya Zulaikha gugup.
"Terima kasih." Pertanyaan Zulaikha hanya dijawab dengan ucapan terima kasih dan senyum tulus dibibir pucat milik pak Alif.
"Afwan pak." Jawab Zulaikha tersenyum.
***
Di gedung megah itu, nampak telah ramai sekali. Hiasan pernikahan terpajang disetiap sudut bangunan itu. Pernikahan Yusuf dan Zahra akan dilaksanakan malam ini. Zahra sangat bahagia. Senyum merekah selalu terpancar diwajahnya.
Ibunya kini memasuki kamarnya kemudian lihatlah anaknya yang sedang duduk didepan cermin."Ma syaa Allah, anak bunda cantik sekali." Ucapnya sambil menatap wajah anaknya lekat. Dia masih belum percaya anaknya yang dulu masih ditimangnya kini sudah akan mengabdi menjadi seorang istri.
"Bunda, Zahra takut tidak bisa menjadi istri yang baik." Rengek Zahra sambil memeluk bundanya.
"Sayang, bunda percaya kamu pasti bisa. Jadilah istri yang baik dan selalu menaati suamimu dan jangan pernah membuatnya merasa kekurangan apapun. Setelah menikah, pintu surgamu berpindah kepada suamimu. Maka berbaktilah nak kepada suamimu." Ucap bu Fatimah sambil mengelus puncak kepala anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Dekapan Islam
EspiritualJika Islam dapat memuliakanmu, maka mulialah dengan Islam